MEMENTUM KEBANGKITAN ANSHOR DI ERA OTONOMI DAERAH

Oleh : Kholid SST, M.Kes *)

Anshor merupakan gerakan pemuda Islam yang tidak asing lagi, setiap masyarakat mengetahui nama Anshor, terutama generasi tua dapat langsung menyimpulkan bahwa mereka adalah anak–anak muda NU (Nahdatul Ulama). Anak-anak muda NU yang gigih membela Islam membawa panji panji Ahlus Sunah waljamaah, dengan gagah berani mereka menumpus faham–faham atheis di negeri ini di tahun enam puluh-limaan.
Awal berdirinya Ashor sebagai gerakan sosial keagamaan anak–anak muda NU ini adalah untuk mengkader generasi yang memiliki komitmen tinggi dalam menjaga kehidupan beragama dengan mencontoh kehidupan Rosulullah Shalahualaihi wasalama dan para Shahabat Rodhiayallahu anhum seperti garis perjuangan bapaknya yakni NU. Barangkali memang sudah menjadi keniscayaan sejarah bahwa pemuda memikul beban mitos politik dan gudangnya perubahan sosial. Untuk itu orang tua-orang tua kita terdahulu (masayik-masayik) memahami gejolak anak-anak muda dengan sifat-sifatnya progresif, reaktif, ingin selalu perubahan. Ada beberapa alasan mengapa banyak pihak menaruh harapan kepada pemuda, yang pertama, pemuda mempunyai garis perjuangan tanpa pamrih (tidak vested interest); kedua, memiliki tekad yang besar dan semangat yang membara; ketiga, pemuda sedang atau telah menyelesai pendidikan tingkat menengah atas bahkan sekarang pemuda telah banyak mengeyam pendidikan tinggi.
Namun dalam perjalanan waktu anshor penuh dinamika dan pasang surut. Memang kita menyadari bahwa Anshor lebih tampak dalam pengerahan masa untuk menekan kekuasaan karena ketidakadilan dibanding dengan ajakan melalui pemikiran, seperti saat menekan kekejaman kelompok sosialis-atheis pada orde lama, menekan tirani kekuasaan orde baru. Hemat penulis ini terjadi karena, pertama memang situasi dan kondisi saat itu yakni pemerintahan yang sedang berkuasa menggunakan militeristik; kedua, menyadari minimnya kemampuan shahabat-shahabat Ashor dalam mempengaruhi kebijakan pemerintah karena teralalu minimnya shahabat-shahabat Anshor memperoleh pendidikan yang layak. Akan tetapi berbeda dengan situasi sekarang shahabat-shahabat Anshor telah banyak menempuh pendidikan yang layak, mereka tidak sedikit yang telah menyelesaikan pendidikan tinggi, dan telah banyak yang mapan baik secara ekonomi maupun status sosial. Kemudian, tinggal bagaimana shahabat-shahabat anshor ini kembali menyatukan pikir untuk menghadapi perubahan zaman ini, yakni era mellinium?, seiring dengan situasi ini bangsa kita sedang mengalami proses politik dari sentralistik menjadi desentralistik dengan karakteristik: otonomi daerah (daerah memiliki otoritas yang sangat tinggi), partisipasi aktif masyarakat, dan profesionalisme. Melihat perkembangan ini seharusnya Anshor Banyuwangi tidak berkutat pada politik kekuasaan sebagai tujuan, tetapi lebih mengutamakan kepada warga masyarakat ini memperoleh hak-haknya.
Menyadari bahwa saat ini bangsa Indonesia berada pada abad ke-21 atau abad pertama melinium ketiga yang di tandai dengan globalisasi, industrialisasi, Asianisasi dan sistem informasi yang canggih, maka tantangan utama bangsa ini adalah bagaimana cara mengelola Indonesia ini bermanfaat semaksimal mungkin bagi seluruh rakyat dalam meningkatkan mutu kehidupan?. namun sayangnya banyak orang terpukau dengan era millennium ini, dunia serba medernis, industrialis dan transparansi mereka menyangka bahwa hal itu akan membawa pada kesejahteraan, padahal di balik moderinisasi dan industrialisasi yang serba gemerlap dan memukau itu ada gejala yang namanya The agony of modernization yaitu azab sengsara karena medernisasi dan industrialisasi yang berdampak dehumanisasi, yakni orang yang sudah mengesampingkan atau meninggalkan nilai nilai kemanusiaan, orang-orang meninggalkan nilai nilai kegotong-royongan, hormat–menghormati tepo seliro, yang lebih parah agama mulai di tinggalkan sebaliknya situasi menjadi tidak beradab; tidak lagi satun dalam berkomunikasi, saling menjatuhkan, saling menghina dan ini tontonan setiap hari pada anak-anak kita sebagai penerus bangsa.
Kondisi ini nyata ada di hadapan kita, prosesnya tidak terasa dampaknya sangat jelas berawal dari sedikit demi sedikit akhirnya nilai-nilai moral yang telah tertanam begitu aja lepas dalam masyarakat: anak-anak tidak lagi dapat mengontrol dirinya akhirnya terlibat dalam pergaulan bebas, miras dan narkoba, orang tua tidak mampu mengendalikan dirinya untuk menikmati tanyangan madia yang mengarah pada pornografi, pornoaksi atau kekerasan, pemimpin–pemimpin merasa tidak berdosa hidup dalam kemewahan disaat saudara kita yang masih sulit untuk mencari kerja. Nah ini menurut penulis PR bagi kita dan shahabat–shahabat Anshor, apakah kita masuk dalam katagori dehumanisasi tersebut? dan masihkah kita berorganisasi berjuang atas agama Allah SWT membawa panji–panji akidah Ahlus sunnah waljamaah dengan ikhlas (sebagai ciri-ciri dari seorang pemuda), tanpa embel–embel kedudukan, jabatan atau maksud–maksud?, tetapi dapat menggerakkan warga masyarakat di dunia modern untuk dapat mengamalkan agama: memilih pemimpin yang adil dan beranggung jawab, memakmurkan masjid–masjid Allah SWT, menciptakan suasana beragama menjaga anak-anak dan keluarga dari tanyangan media yang tidak beranggung jawab, menciptakan komunikasi yang beradab, perhatihan terhadap kelestarian lingkungan, pendidikan yang berakhlakul karimah, melawan sifat boros dan kemewahan., membendung peredaran narkoba.
Kondisi ini kita harus usahakan bersama, sehinggga harapannya Allah SWT selalu menurunkan hidayah pada masyarakat Banyuwangi, pemimpin yang memenuhi syariat Islam yakni adil, komunikasi yang beradab, tidak lagi terdengar cacian antar sesama muslim antar sesama warga masyarakat, terciptanya lapangan kerja , masyarakat sehat dan berpendidikan, membangun dengan akhlak, memperhatikan kelestarian lingkungan, dan pembangunan berorientasi masa depan.
Untuk mengahadapi persoalan-persoalan sosial dan akidah tersebut diatas, sudah seharusnya Anshor Banyuwangi bangkit untuk melahirkan pemikiran barunya dalam menghantarkan warga masyarakat di dunia modern, seperti awal berdirinya Anshor di Banyuwangi ini penuh dengan inspirasi-inspirasi. Ada beberapa yang patut shahabat-shahabat Anshor cermati di era ini sebagai garda depan pemuda NU yang menjaga nilai-nilai Islam yang berakhidah Ahli sunnah waljamaah, yakni :

a. Pendidikan yang berakhlakul karimah
Melihat situasi bangsa tersebut di atas, Anshor seharusnya memandegani pendidikan yang berahlakul karimah adanya kurikulum adab–adab dari mulai pendidikan dasar sampai pendidikan menengah, Rosullohllah SAW diutus di muka bumi ini untuk menyempurnakan akhlak. Bagaimana mengembalikan Indonesia seperti dahulu sebagai bangsa timur yang terkenal adab dan sopan satun. Sekarang pendidikan berlomba-lomba untuk mencetak anak-anak yang pintar secara Intelgentia sehingga kurikulumpun sesuai dengan keinginan yakni berbasis kompetensi tanpa memperhatikan akhlak pada anak-anak, apa yang disebut dengan kemampuan emosional atau spiritual. Coba kita bisa rujuk pesantren yang tetap mempertahankan kurikulum/kitab ta’alim muta’alim kitab salaf yang terus di junjung oleh pesantren, ulama paham sekali perilaku santri sehingga umumnya santri itu dengan kyai dan guru hormat, di masyarakat kebiasaan ini terbawah.
b. Perlindungan keluarga
Situasi keluarga saat ini terancam, bagaimana tidak?, coba kita analisis selama 24 jam rumah kita di sodori tayangan–tayangan media yang jelas mempengaruhi image atau pikiran keluarga terutama anak–anak kita, maka wajarlah anak-anak kita mencontoh perilaku media, seperti kasus smick down dan masih banyak lagi tindakan –tindakan amoral akibat media di masyarakat. Ini PR kita bersama, teknologi informasi dan komunikasi memang tidak mungkin kita bendung tetapi bagaimana keluarga kita terlindung dari bahaya ini. Di samping itu masalah penyakit dan narkoba yang sudah mengintai keluarga kita, seperti HIV/AIDS, flu burung, makanan halal haram, makanan yang mengandung zat-zat berbahaya.
c. Pelestarian alam
Banyuwangi merupakan daerah pegunungan, hutan dan perkebunan serta sawah dengan keanekaragaman ekosistem. Jika hutan–hutan dan lingkungan ekosistem di Banyuwangi ini banyak yang digunduli dan dirusak tidak hanya kita mengalami kekeringan maka mungkin kita ini menunggu adab dari Allah SWT. Hutan-hutan ini harus kita kembalikan lagi sesuai fungsinya sebagai penahan erosi, penyimpan air, dan penyelamat ekosistem. Pemerintah seharusnya serius terhadap bahaya yang disebabkan oleh rusaknya lingkungan melalui zona merah/bahaya dengan mendapat perhatian khusus dalam penghijauan seperti hutan lindung, pinggiran sungai, pinggiran pantai, hutan kota dan penataan perumahan. Shahabat–shahabat anshor seharusnya kembali mempelopori untuk menjadikan lingkungan yang sejuk dan aman, mencegah bencana, penanganan bencana melalui tindakan langsung atau mempengaruhi kabijakan pemerintah.
d. Penciptaan lapangan pekerjaan
Pekerjaan merupakan sarana hidup manusia. Banyak dari kita saat ini belum memeperoleh pekerjaan apabila jaminan keselamatan, terutama dalam hal ini adalah warga NU. Setiap tahun bangsa ini disodori anak-anak yang telah lulus pendidikan untuk siap kerja, tetapi bangsa ini belum mampu menyalurkan lulusan itu secara merata. Sehingga bangsa ini memiliki tugas cukup berat terhadap warganya yakni penciptaan lapangan bekerjaan. Belum lagi, perlindungan terhadap tenaga kerja baik itu di perusahaan atau tempat-tempat lain seperti mereka yang bekerja di luar negeri. Anshor sebagai gerakan yang melindungi warga masyarakat dari ketidakadilan dan akidah seharusnya sudah memikirkan bagaimana hubungan sosial/muasyaroh ini tetap mendapat perlindungan, keselamatan dan tunjangan, lebih dari itu memperhatikan akidah dari warga masyarakat, jangan sampai situsi ini meninggalkan akidah yang sudah tertanam sejak kecil.
e. Kepemimpinan bangsa
Bangsa ini telah sedang mengalami krisis kepemimpinan, kita pernah mendengar sabda baginda Rosulullah salah satu turunnya hidayah Allah SWT disebuah kampung adalah oleh karena memiliki pemimpin yang adil. Bagaimana pemimpin yang sesuai sariat Islam, hemat penulis anshor paham masalah ini. Saat ini kalau Banyuwangi diributkan masalah pimpinan, itu tidak serta merta menyalahkan warga masyarakat tetapi kita sendiri harus instropeksi diri bahwa Anshor sebagai kader bangsa. Untuk itu pengkaderan sangatlah penting, Anshor seharusnya sudah sejak dini berfikir bagaimana mencetak pempimpin masa depan yang berahlaq karimah, tangguh, tidak terpengaruh oleh situasi. Kita lihat, mengapa dari kalangan kita disaat menjabat sebagai pemimpin tidak mampu mengendalikan diri terhadap godaan-godaan materi? ini yang perlu menjadi catatan dalam pengkader pemimpin bangsa masa depan. Disamping itu anshor seharusnya bersikap kritis terhadap situasi, terus mengontrol pemerintahan untuk berahlakul karimah , jujur dan professional dan mengontrol perilaku perilaku penguasa yang hidup secara berlebihan.
f. Menghidupkan masjid
Masjid merupakan simbol Islam, Anshor lahir di sebuah surou/masjid. Masjid sebagai sarana ibadah umat Islam. Kita melihat kondisi masjid saat ini cukup memadai dan kadang lebih dari memadai bagus dan indah . tetapi yang menjadikan risau kita adalah jamaah yang memanfaatkan . ini seharusnya menjadi agenda penting bagi anshor bagaimana Anshor kembali ke masjid-masjid Allah SWT untuk membangun bangsa ini. Rosullah mengajak kepada shahabat-shahabatnya apabila ada bahaya untuk lari ke masjid. Kita sekarang berhadapan dengan bahaya media. Bagaimana anshor dalam melawan media ini kembali ke masjid, bagaimana amal masjid dihidupkan kembali. Masjid sebagai sarana perjuangan Rosulullah, sebaik–baik tempat, dan sebagai tempat untuk memeperoleh ketenangan dan kemenangan. Mulailah berjuang lewat masjid seperti di jaman Rosullah.
Akhirnya dalam situasi otonomi daerah ini insyaallah anshor masih ta’dim dan cinta terhadap para kyai, masyayik, ulama, tabiit-tabiin, sahabad rodliayallahuanhu dan taudaladan kita nabi yang Agung Muhammad Rosulullah dan tetap memiliki ruh jihat dalam hatinya kalimat lailahhaillallah muhammadar Rosullalah melalui inovasi dan pemikiran baru sehingga menambah ketawajuhan dalam beramal, pemikiran yang berpihak kepada keadilan, mengkader pemimpin-pemimpin bangsa yang berahlaqkul karimah. Ingsaallah (*Dosen STIKes Banyuwangi & Staf Keperawatan Jiwa PKJM/KKO Licin Banyuwangi)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar