TEKNIK KOMUNIKASI DALAM KEPERAWATAN

Tujuan Instruksional Khusus
1. Mahasiswa mampu menjelaskan maksud dan tujuan komunikasi terapeutik
2. Mahasiswa mampu menyebutkan fase-fase komunikasi
3. Mahasiswa mampu menyusun strategi komunikasi terapeutik
4. Mahasiswa mampu menjelaskan maksud dan tujuan Analisa Proses Interaksi
5. Mahasiswa mampu menganalisis proses interakasi


A. Pengantar
WE WERE GIVEN TWO EARS BUT ONLY ONE MOUTH, BECAUSE LISTENING IS TWICE AS HARD AS TALKING (kita diberi dua telinga satu mulut tatapi mendegar lebih berat dari pada berbicara)

Komunikasi merupakan fasilitatif praktek keperawatan. Perawat dalam 24 jam prakteknya selalu berhubungan dengan klien dan relasi kerja apakah itu perawat-klien, perawat-keluarga, perawat-perawat dan perawat-dokter serta perawat dengan petugas kesehatan lain. Sehingga seorang perawat sudah seharusnya menyadari bahwa setiap perilaku merupakan komunikasi baik verbal maupun nonverbal. Seorang perawat dituntut untuk memiliki kemampuan dalam menjalin hubungan lebih-lebih 80 % hubungan kita lebih banyak nonverbalnya.
Menurut Towsend (1996), keperawatan kesehatan jiwa merupakan pemberian bantuan secara total kepada klien yang didukung oleh situasi belajar bersama perawat-klien. Hubungan terapeutik perawat-klien merupakan pengalaman belajar timbal balik dan pengalaman emosional korektif bagi klien. Dalam hubungan ini perawat menggunakan diri (self) dan teknik-teknik klinik tertentu dalam bekerja dengan klien untuk meningkatkan penghayatan dan perubahan perilaku klien. Untuk memenuhi hubungan yang terapeutik perlu fasilitatif yaitu komunikasi (stuart & sundeen, 1996). Ada dua syarat komunikasi itu efektif apabila, pertama komunikasi itu ditujukan untuk menghormati kedua belah pihak pengirim dan penerima dalam hal ini perawat dank lien, ke-dua adanya penerima atau terjalin trust (Varcarolis, 1990).
Dalam upaya membantu dan mempermudah dalam komunikasi maka sebelum melakukan komunikasi terlebih dahulu seorang perawat pemula harus menyusun strategi pelaksanaan komunikasi. Strategi pelaksanaan komunikasi merupakan rangkaian percakapan perawat dengan klien atau rekanan pada saat melaksanakan tindakan keperawatan. Strategi pelaksanaan ini melatih kemampuan intelektual tentang pola komunikasi serta kemampuan intelektual, psikomotor dan afektif secara terintegrasi.
Selanjutnya bila terjadi miskomunikasi maka perawat harus memiliki kemampuan untuk menganalisis pola komunikasi. Sebagai contoh Analisa Proses Interakasi (API), adalah sarana menganalisa tahap-tahap komunikasi antara perawat dan klien baik verbal maupun nonverbal. Kemudian keduanya dilakukan interpretasi.
Strategi pelaksanaan terdiri dari 2 (dua) bagian yaitu
1) Proses keperawatan dan
2) Strategi komunikasi pada saat melaksanakan tindakan keperawatan.

(1)Proses keperawatan merupakan kemampuan intelektual perawat dalam menjustifikasi sumber tindakan keperawatan yang akan dilakukan secara ilmiah.
Contoh 1.
Seorang perawat yang akan melakukan pengukuran tanda-tanda vital (TTV), sebelumnya ia harus mengetahui : 1) apa diagnosenya, 2) apa tujuan yang akan dilakukan TTV, dan 3) apa saja prosedur tindakan TTV.
Contoh 2
Seorang perawat akan membina hubungan saling percaya (BHSP), sebelumnya ia harus mengetahui : 1) Kondisi klien,
2) Apa diagnosenya,
3) Apa tujuan dilakukan BHSP, dan
4) Langkah-langkah dalam membina hubungan saling percaya.

(2) Strategi komunikasi dalam pelaksanaan tindakan keperawatan adalah tahapan komunikasi terapeutik perawat-klien; pra interaksi, perkenalan/orientasi, kerja dan terminasi.
Contoh
Salam terapeutik pada saat perkenalan, “Selamat pagi bu, saya Ana Maria, saya seorang perawat di ruang perawatan ini, saya biasa di panggil suster maria, nama ibu siapa? “saya pungki irawati”, senang dipanggil siapa ibu?, “ saya senang dipanggil ibu Pungki. Begini, ibu pungki saya suster maria yang akan merawat ibu pada sift pagi……. Dan seterusnya.

B.Maksud dan tujuan komunikasi
Menurut Echols dan Shadily (1997), Komunikasi merupakan upaya mengirim pesan sedangkan terapeutik berarti pengobatan, sehingga komunikasi dapat diartikan sebagai proses pengiriman pesan kepada satu atau lebih orang yang bertujuan untuk memberikan pengobatan atau kesembuhan.
Menurut Berlo’s (1960) yang dikutip varcarolis (1990) komunikasi merupakan proses pengiriman berita kepada satu atau lebih orang.
Tujuan membina hubungan terapeutik adalah
1) meningkatkan kesadaran diri,
2) meningkatkan identitas dan integritas diri,
3) meningkatkan kemampuan berhubungan intim dan interdependen,
4) meningkatkan fungsi dan kemampuan memenuhi kebutuhan diri.

C.Hubungan unsur unsur dalam komunikasi
Unsur-unsur dalam komunikasi, meliputi ;
1.Komunikator atau sumber adalah penyampai pesan
2.Incoding atau perumusan pesan adalah sebelum pesan disampaikan terlebih dahulu dirumuskan
oleh komunikator
3.Komunikan atau penerima adalah penerima pesan
4.Decoding atau menafsirkan adalah komunikan penafsirkan pesan yang telah disampaikan oleh
komunikator
5.Chanel atau saluran adalah sarana atau fasilitas sehingga pesan dapat tersalurkan
6.Massage atau berita adalah informasi

D.Teknik-teknik komunikasi
Perawat perlu memahami seluruh proses agar komunikasi mencapai tujuan dan waktu yang digunakan efektif. Perawat menghadirkan dirinya saat komunikasi harus totalitas, yaitu; fisik dan psikologis.
Ada lima sikap untuk mengahdirkan diri secara fisik, yaitu;
1) berhadapan,
2) mempertahankan kontak mata,
3) membungkuk kearah klien,
4) mempertahankan sikap terbuka, dan rileks.

Ada banyak teknik-tenik komunikasi, diantaranya adalah:
1.Pertanyaan terbuka
Pertanyaan terbuka adalah perawat memberikan dorongan kepada klien untuk dapat mengungkapkan perasaannya. Nilai terapeutiknya adalah seorang perawat penunjukkan penerimaan serta mendorong munculnya inisiatif klien. Untuk klien jiwa usahakan untuk menggunakan teknik pertanyaan terbuka dari pada tertutup.
Contoh :
”saya merasa gembira bapak bisa menjenguk anaknya, sehingga saya bisa tahu lebih banyak dari bapak, Bagaimana sebenarnya yang menimpa anak bapak di rumah ?

2.Diam
Diam adalah seorang perawat tidak melakukan komunikasi verbal dengan alasan terapeutik. Nilai terapeutiknya adalah memberi waktu kepada klien untuk berfikir dan menghayati sementara perawat memberikan dukungan dan penerimaan.
Saat kita berkomunikasi, baik dlm pergaulan di kantor, mengikuti seminar, maupun komunikasi dlm keluarga serta hubungan sosial lainnya, diperlukan komunikasi yang baik, bila tidak bisa lebih baik diam, dan untuk dpt merespon dengan baik kita perlu atau harus mendengar dengan baik
Manusia berbicara setiap masa. Bicara yang baik akan membawa keselamatan dan kebaikan. Oleh karena itu diam adalah benteng bagi lidah manusia. Dari pada mengucapkan perkataan yang sia-sia.
Diam pada saat yang tepat merupakan karakter orang-orang besar, sebagaimana berbicara pada saat yang tepat merupakan tabiat termulia.
Hikmah diam
1) Benteng tanpa pagar
2) Perhiasan tanpa berhias
3) Kehebatan tanpa kerajaan
4) Kekayaan tanpa meminta maaf kepada orang
5) Menutupi segala aib
6) Istirahat bagi ke-dua malaikat pencatat amal

3.Mendengar
Mendengar adalah proses aktif perawat dalam menerima informasi dan menelaah reaksi atau respon klien. Nilai terapeutiknya adalah secara nonverbal seorang perawat menerima dan mampu mengkomunikasikan kepada klien dengan menunjukkan minat serta memperhatikan masalah yang dihadapi


How to be a good listener

Good Listener


Active Listening ----------> Reflectif listening


Effective Listening


Ketrampilan mendengar dengan baik (good listening skill) sangat penting, baik di tempat kerja maupun dalam kehidupan sehari-hari
a.Skill atau ketrampilan adalah sesuatu yang kita latihkan dengan sungguh-sungguh, sehingga
akan dipraktekkan dan kmd menjd kebiasaan
b.Sangat sedikit kita mendapatkan pelatihan bagaimana mendengar aktif (Active listening) sehingga kita dapat mendengar sacara efektif (efektif Listening)

Apakah anda tahu, bahwa :
a. Sebagian besar kita tidak pernah berfikir tentang bagaimana “mendengar”, padahal kita
sebenarnya telah mengeluarkan separo waktu kita dlm mendengarkan
b. Sekitar 50% “kesalah pahaman” terjadi akibat org tdk mendegar secara efektif
c. Sebagian dari kita tahu dan percaya bahwa menjadi pendengar (being heard) sudah cukup!,
tidak perlu mendengar dengan baik (listening).
d. Orang percaya hal tersbt (hanya mendengar saja), krn seseorang mempyi kemampuan dengar
(hearing ability) dan dgn sendirinya menganggap dirinya “pendengar yg aktif” (?)
e. Sebagian kita tdk pernah memahami bahwa mendengar aktif (active listening) sangatlah penting
f. Perlu diketahui : 80% dari komunikasi (interpersonal communication) adalah Non verbal
g. Faktor perintang “tdk bisa menjadi pendengar aktif”
(a)menghayal
(b)berfikir ttg org lain, tempat lain atau barang
(c) menyiapkan respon dengan membthkan
(d) banyak waktu
Strategi menjadi pendengar aktif
(a)Dibutuhkan waktu utk mendengar
(b)Berikan penuh perhatian
(c)Memulai membuat point utama
(d)Jangan bereaksi berlbhan dalam menyampaikan respon
(e)Jangan bereaksi berlbhan dlm mengulas isi
(f)Jangan mengganggu perhatian
(g)Dengarkan baik-baik
(h)Pahami isi pikiran
(i)Jangan memonopoli
(j)Sesuaikan kecepatan pada berfikir


Reflekting skills/kemampuan merefleksikan ide, pikiran, perasaan adalah dengan cara
memberikan umpan balik

4.Refleksi
Refleksi adalah seorang perawat mampu mengarahkan kembali ide, pikiran, perasaan, pertanyaan dan isi pembicaraan kepada klien. Nilai terapeutiknya adalam mampu memvalidasi apa yang diucapkan klien dan menekankan empati, minat dan rasa hormat terhadap klien
Contoh
Klien , ”apakah saya sudah diperkenankan pulang akhir minggu ini ?”
Perawat, ”menurutmu apakah kamu sudah merasakan dapat mengatasi masalah, sehingga kemudian kamu ingin pulang?”
Keterampilan refleksi
(1) Paraphrase
Seorang berkata : “saya pikir, kita seharusnya menambah lebih banyak sumber dana untuk menyelesaikan program ini”
Pendengar berkata: “menambah sumber dana”

(2)Repeating
Seorang berkata : “ saya tidak dapat menunggu untuk mendapatkan perumahan di Banyuwangi”.
Pendengar berkata: “Banyuwangi.

(3) Summarizing
Seorang berkata: “ pesanan barang sudah datang melalui Kantor Suvervisor, tapi melihatnya isinya menurut pendapatku pesanan itu lebih cocok untuk kantor manager. Jika kamu setuju, saya akan menulis suatu penjelasan dan mengirim barang inike kantor manajer
Penengar berkata : “ Mari kita melihat langsung permasalahannya. Pesanan dikirim Ke Kantor suvervisor. Menurut kamu kiriman itu lebih cocok untuk kantor manager. Dan kamu akan menulis sebagai penjelasan dan mengirim barang tersbt ke kantor manager, Apakah saya benar ?

(4) Cofirmation
Seorang berkata : “ saya mau meyakinkan, apakah pegawai baru datang tepat pada waktu dan siap kerja”
pendengar berkata : “ Tampaknya kamu sangat concern pada masalah itu”.

5.Klarifikasi
Klarifikasi adalah seorang perawat mampu menjelaskan ide, perasaan, pikiran yang tidak jelas atau meminta klien untuk menjelaskan maksudnya. Nilai terapeutiknya adalah membantu mengklarifikasi perasaan, ide dan pikiran klien dan memberikan penjelasan tentang hubungan antara perasaan dengan tindakan.
Contoh
Klien, ”saya benci tempat ini, saya tidak betah disini”
Perawat, ”kamu tidak betah disini?”

6.Memfokuskan
Memfokuskan adalah membantu klien bicara pada topik yang telah dipilih. Nilai terapeutiknya adalah pembicaraan tidak keluar dari topik yang dipilih, sehingga klien tidak mengalami kesulitan dalam memberikan kesimpulan.
Pasien, ”wanita sering menjadi bulan-bulanan”
Perawat, ”coba ceritakan bagaimana perasaan anda sebagai wanita?

E.Demensi hubungan
Kualitas hubungan sangat dibutuhkan oleh seorang perawat, sehingga bagaimana perawat dapat secara totalitas yaitu fisik dan psikologis dapat hadir dalam komunikasi. Kualitas tersebut menggabungkan perilaku verbal dan non verbal serta sikap dan perasaan pada saat komunikasi.
Menurut Stuart & Sundeen (1995), untuk mencapai kualitas hubungan yang efektif ditentukan oleh 2 demensi besar, yaitu dimensi responsif dan demensi yang berorientasi tindakan.

Dimensi responsif lebih kepada upaya menjalin kepercayaan yaitu pada fase orientasi. Demensi ini akan menentukan keberhasilan fase-fase berikutnya. Demensi responsi ini meliputi;
(a) Kesejatian yaitu seorang perawat mempunyai sikap iklas, terbuka dan transparan,
(b) Hormat atau respek yaitu seorang perawat memperlakukan klien tanpa syarat, menghargai,dan
menghormati sebagai seorang yang membutuhkan pertolongan,
(c) empati,
(d) konkrit yaitu seorang perawat mampu menggunakan bahasa yang jelas.

Demensi yang berorientasi pada tindakan ini adalah demensi yang memberi ruang untuk perawat mengobservasi hambatan klien dalam berhubungan. Hambatan ini terjadi bisa karena sisi internal klien seperi kepribadian klien tetapi bisa terjadi karena sisi ekternal karena lingkungan kurang adaptif.
Demensi ini meliputi;
(a) Konfrontasi yaitu seorang perawat mampu mengekspresikan sikapnya terhadap perilaku klien
yang menyimpang untuk tujuan memperluas kesadaran diri klien,
(b) kesegeraan yaitu seorang perawat sensitif terhadap perbaikan fungsi klien melalui
kemamdirian untuk pemenuhan kebutuhan dasar,
(c) Pengungkapan diri perawat yaitu seorang mampu memberikan informasi tentang diri, nilai,
perasaan dan sikapnya dalam rangka memfasilitasi klien belajar untuk mengungkapkan
perasaannya dan
(d) katarsis emosional yaitu seorang perawat mampu mendorong klien untuk mengungkapkan
perasaan yang mengganggu.

F.Faktor-faktor yang mempengaruhi unsur-unsur komunikasi

Situasi
(a) Tempat melakukan komunikasi
(b) Pesan tdk lengkap
(c) Tekanan waktu

Pengirim
(a) Tdk memahami pesan yang disampaikan
(b) Melibatkan emosi
(c) Penggunaan bahasa yg berbeda / tdk setara

Penerima
(a) Pengetahuan dan pengalaman
(b) Perasaan/feeling
(c) Perhatian
(d) Pandangan norma/ budaya
(e) Mood/suasana hati
(f) Keadaan fisik
(g) mekanisme koping


Sumber kesalahan
(a) Pesan yg tdk lengkap
(b) Kesimpulan yg terll cepat
(c) Generalisasi
(d) Prasangka
(e) Kesan pertama
(f) Norma individu yg tak sama


G.Faktor-faktor yang mempengaruhi komunikasi
(1)Fisik (iklim, cuaca, suhu udara, bentuk ruangan, warna dinding, penataan tempat duduk,
alat-alat yang tersedia)
(2)Waktu (hari apa, jam berapa, pagi, siang sore)
(3)Psikologis (stirotipe, prasangka, emosi)
(4)Sosial ( nilai, sikap dan keyakinan, agama, budaya, status)
(5)Biologis (usia perkembangan, jenis kelamin )

H.Tahap- tahap komunikasi dalam proses keperawatan
Sebelum menjalin hubungan terapeutik seorang perawat terlebih dahulu memahami proses keperawatan, yaitu proses dalam memberikan asuhan keperawatan, disamping itu dalam memberikan asuhan keperawatan terlebih dahulu tercipta hubungan yang saling menerima sehingga perlu komunikasi dengan kiat-kiat tertentu.

1. Tahapan proses keperawatan
a. Kondisi klien
Keadaan klien yang terkait dengan komunikasi yang akan dilakukan pada kondisi awal umumnya
terkait dengan keluhan utama.
b. Diagnose keperawatan
Masalah atau diagnose keperawatan yang akan dilakukan tindakan keperawatan
c. Tujuan Umum
Tujuan yang akan dicapai dengan tindakan keperawatan yang dilakukan
d. Tindakan keperawatan
Tindakan keperawatan yang akan dilakukan sesuai rencana dan tujuan
2. Tahapan proses komunikasi
1. Pra Interaksi
Pra interaksi merupakan masa persiapan sebelum berhubungan dengan orang lain. Jika
saudara telah siap maka saudara membuat rencana interaksi dengan klien, tetapi
sebaliknya jika saudara belum siap maka saudara perlu berdiskusi dengan teem, atasan,
dan lebih banyak membaca standar operaional prosedur. Hal-hal yang saudara siapkan pada
saat interaksi adalah :

a. Evaluasi diri
Evaluasi diri ini merupakan cara untuk mengetahui kesiapan dalam berinteraksi dengan
klien, dengan mempertanyakan kepada diri kita, seperti :
(1) Apa pengetahuan dan kemampuan saya miliki tentang kondisi pasien ?
(2) Apa yang saya ucapkan saat bertemu nanti ?
(3) Bagaimana respon saya selanjutnya ?
(4) Apakah ada pengelaman negatif sebelumnya ?
(5) Jika ada lakukan koreksi dengan cara membaca, konsultasikan dengan teem atau
kelompok
(6) Bagaimana tingkat kecemasan saya ?

b.Penetapan tahapan interaksi/hubungan
(1) Apakah ini interaksi yang pertama atau lanjutan ?
(2) Apa tujuan pertemuan ?
(3) Apa tindakan yang akan dilakukan ?
(4) Bagaimana cara melakukannya ?

c. Rencana interaksi
(1) Untuk interaksi dengan klien dan keluarga perlu direncakan : Rencana percakapan
tertulis, teknik komunikasi dan langkah-langkah tindakan (SOP).

2. Perkenalan/orientasi
Perkenalan merupakan kegiatan yang dilakukan saat pertama kali bertemu atau kontak
klien. Sedangkan orientasi adalah awal setiap pertemuan kedua dan seterusnya.
(1) Perkenalan
(a) Salam terapeutik disertai perkenalan
(a) Ucapan salam :
Assalammualaikum, Selamat pagi, Selamat siang, Selamat Sore,
Selamat Malam, permisi dan sebagainya
(b) Mengulurkan tangan untuk berjabat tangan (disesuaikan dengan kondisi)
(c) Memperkenalkan diri
Nama saya Joni Suratno, saya seorang perawat dan biasa dipanggil
joni, saya yang akan merawat bapak pagi ini.....
(d) Menanyakan nama klien
Nama bapak, ibu, atau saudara siapa ?
Biasanya senang di panggil siapa ?
(2) Validasi
Apa yang ibu tuti rasakan di rumah ?
Apa yang terjadi di rumah sampai ibu tuti datang ke RS ?
(3) Kontrak
(a) Topik
Bagaimana kalau kita bicara mengenai apa yang dirasakan ibu tuti ?
Bagaimana kalau ibu saya periksa?
(b) Waktu
Kita akan bicara lebih kurang 10 – 15 menit ?
(c) Tempat (sesuaikan dengan keinginan klien)
Dimana tempat yang cocok untuk bicara menurut ibu ?

(2) Orientasi
(a) Salam terapeutik
Selamat pagi bu tuti
(b) Validasi
Bagaimana perasaan ibu tuti pagi ini ?
Bagaimana tidur ibu tuti tadi malam ?
(c) Kontrak
(a) Topik
Bu tuti masih ingat yang akan kita bicarakan pagi ini ?
Baik bu, pagi ini saya akan ganti verban ibu dan nanti saya bantu ibu tuti
latihan duduk ?
(b) Tempat dan waktu di sesuaikan dengan kondisi


3. Kerja
Inti hubungan perawat-pasien yang terkait erat dengan pelaksanaan rencana tindakan
keperawatan yang akan dilaksanakan sesuai dengan tujuan yang akan di capai :
a) Meningkatkan pengertian, perasaannya, pikiran dan perilakunya
b) Mengembangkan, mempertahankan dan meningkatkan kemampuan klien
c) Melaksanakan pendidikan kesehatan
d) Melaksanakan terapi
e) Melaksanakan kolaborasi
f) Melaksanakan observasi/monitoring

4. Terminasi
a. Terminasi sementara
Terminasi sementara adalah akhir dari setiap pertemuan, misalnya pada saat dinas
pagi perawat akan melaksanakan 3 (tiga) macam kegiatan : jam 08.00 memandikan, jam
10.00 ganti verban, jam 12.00 memasukkan obat intravena (antibiotik)

Isi percakapan, “setelah memandikan” pada terminasi sementara
1) Evaluasi hasil
Bagaimana perasaan ibu setelah mandi ?
2) Tindak lanjut
Ibu sudah boleh miring kiri dan kanan serta menggerakkan tungkai.
3) Kontrak (topik, waktu)
Sampai nanti jam 10.00 bu, tapi kalau ada apa-apa panggil saya, ya.

b. Terminasi akhir
Terminasi akhir terjadi jika pasien akan pulang dari Rumah Sakit
(apakah dalam kondisi sembuh/sehat, pindah ke RS lain atau meninggal)
Isi percakapan meliputi seluruh tindakan keperawatan yang telah
dilaksanakan terutama kemampuan dan kegiatan yang diperlukan di rumah
( discharge planning )
Isi percakapan ”pasien sehabis melahirkan” sebagai berikut :
1) Evaluasi akhir
Bagaimana perasaan ibu rencana pulang hari ini ?
Apa saja yang telah ibu dapatkan tentang perawatan selama dirawat di RS?
2) Tindak lanjut
Coba ibu sebutkan apa saja yang perlu ibu lakukan di Rumah ?
3) Kontrak (topik, waktu, dan tempat)
Ibu jangan lupa kontrol, satu bulan lagi, jam 09.00 di Poli kebidanan,
tetapi jika ada gejala yang dirasakan segera telpon atau datang kemari.

I. Aplikasi komunikasi
1. Rencana strategi komunikasi perawat – klien
Untuk mempermudah hubungan perawat dan klien, seorang mahasiswa perawat sebelum ketemu
klien terlebih dahulu menyusun strategi; 1) laporan pendahuluan, 2) strategi komunikasi ,
yaitu :
a. Laporan pendahuluan tentang kasus
Pertama, memahami kondisi klien/karakteristik klien, sebagai contoh klien dengan perilaku
kekerasan, dengan tanda dan gejala; - ruman muka merah, bicara keras, tidak terarah,
aktifitas meningkat.
Kedua, menentukan masalah atau diagnosa keperawatan
Perilaku kekerasan
Ketiga, menentukan tujuan umum (TUM) dan Tujuan khusus (TUK)
Tujuan umumnya PK, adalah;
- Klien mampu mengungkapkan emosional secara adaptif
Tujuan khususnya, adalah;
1. Klien dapat membina hubungan saling percaya
2. klien dapat mengidentifikasi penyebab marah
3. Klien dapat mengidentifikasi tanda dan gejala marah
4. Klien dapat mengidentifikasi kebiasaan marah
5. Klien dapat mengidentifikasi akibat marah
Kemudian ke-empat menentukan tindakan keperawatan,
1. Bina hubungan saling percaya
2. Identifikasi penyebab marah
3. Identifikasi tanda dan gejala marah
4. Identifikasi kebiasaan marah
5. Identifikasi akibat marah


b.Strategi pelaksanaan komunikasi
Setelah menyusun laporan pendahuluan, seorang mahasiswa dituntut untuk membuat skenario
bagaimana komunikasi dengan klien sesuai dengan tahap-tahap hubungan.
1. Rencana strategi komunikasi perawat – keluarga

Contoh dibawah ini dengan kasus perilaku kekerasan.

1) SP 1 - klien

Strategi komunikasi pada pertemuan pertama (SP 1):
(a) membina hubungan saling percaya,
(b) Identifikasi penyebab perasaan marah,
(c) Indentifikasi tanda dan gejala marah,
(d) Identifikasi perilaku kekerasaan yang sering dilakukan,
(e) Ajarkan cara mengontrol

(1) Tahap Orientasi
Salam terapeutik
”assalamu’alaikum pak, perkenalkan nama saya gunawan sasmita, panggil saya sasmita, saya
perawat yang didinas di ruang Arjuna ini, hari ini saya dinas pagi dari pukul 07.00-14.30.
saya yang akan merawat bapak selama bapak di rumah sakit ini. Agar kita lebih dekat saya
kenal nama bapak, Nama bapak siapa?, biasanya senang dipanggil siapa?”
Validasi
“Bagaimana perasaan bapak saat ini?, baik, apa sebenarnya yang menyebabkan bapak diantar
oleh saudara datang ke RS ini?.
Kontrak (topik, waktu dan tempat)
“Baiklah bapak saya ingin mengajak bapat untuk dapat menceritakan tentang masalah bapak
saat ini, bersedia bapak?”, “ada waktu berapa lama bapak bersedia untuk menceritakan
masalah bapak?” ....., “bagaimana kalau 10 menit?”........, “dimana ya pak enaknya kita
berbincang-bincang?”....., “Bagaimana kalau kita berbincang-bincang di ruang tamu?”
(2) Tahap kerja
“apa yang menyebabkan bapak marah?”, “apakah sebelumnya bapak pernah marah?”, “terus
penyebabnya apa?”, Samakah dengan yang sekarang?”, “ O...iya, jadi ada 2 penyebab marah?”
“Pada saat penyebab marah itu ada, apa yang bapak rasakan?” ( misalkan penyebab marah belum
tersedianya hidangan makan, karena istri sibuk bekerja) , “apakah bapak merasakan kesal
kemudian dada bapak berdebar-debar, mata melotot, rahang terkatup rapat dan tangan
mengepal?”,
Setelah itu, “apa yang bapak lakukan?”, O....ya..., jadi bapak memukul istri, memecah
piring, apakah kemudian cara ini makanan dapat terhidangkan?”(tunggu respon klien.....jawab
klien, “tidak” ), tidakan kan, “apa kerugian dari tindakan bapak?”,....... betul, istri
sakit dan jadi takut, piring-piring pecah, menurut bapak bagaimana perasaan bapak setelah
kejadian ini?”, maukah bapak belajar cara mengungkapkan kemarahan dengan baik tanpa
menimbulkan kerugian?”, “ada cara-cara yang sangat bermanfaat guna mengontrol kemarahan
bapak, salah satunya adalah dengan cara fisik, yaitu dengan cara melakukan kegiatan fisik
yang bapak sukai, apakah olah raga, aktifitas lain seperti membersihkan rumah, maka marah
bapak dapat tersalurkan dengan baik?”,
“Bagaimana kita belajar cara yang satu dulu?’, “begini pak, kalau tanda-tanda marah itu
bapak rasakan maka bapak berdiri, lalu tarik nafas panjang, tahan sebentar, lalu keluarkan,
berlahan-lahan melalui mulut seperti mengeluarkan kemarahan. Ayo,... coba lagi tarik dari
hidung, bagus... tahan, kemudian keluarkan melalui mulut. Nah lakukan 5 kali, bagus
sekali.
Bapak sudah bisa melakukannya. Bagaimana perasaan bapak sekarang?’.
”Nah, sebaiknya latihan ini bapak lakukan secara rutin, sehingga bila sewaktu-waktu rasa
marah itu muncul, bapak sudah terbiasa.
(3) Fase terminasi
”Bagaimana perasaan bapak setelah berbincang-bincang tentang kemarahan bapak?”
”Jadi, ada 2 penyebab marah, .......(coba sebutkan) dan yang bapak rasakan saat itu
bagaimana?..... (coba sebutkan) dan yang bapak lakukan apa?..... (coba sebutkan) yang
bapak rasakan saat itu bagaimana?..... (coba sebutkan)
”coba selama saya tidak ada, ingat-ingat lagi penyebab marah bapak yang lalu, apa yang
bapak lakukan kalau perasaan marah itu muncul?”, dan jangan lupa cara mengatasi seperti yang
kita pelajari bersama, sekarang kita buat jadwal latihan ya pak, .... berapa kali sehari
bapak mau latihan nafas dalam?, jam berapa saja pak?”, baik, bagaimana kalau 2 jam sekali
saya datang dan kita latihan cara yang lain untuk mencegah atau mengontrol marah, tempatnya
disini saja ya pak’.... sampai nanti, asalamu’alaikum.

2) SP 2 - klien

Strategi komunikasi pada pertemuan ke-dua (SP 2) : Latihan mengontrol perilaku kekerasan
secara fisik, meliputi (a) evaluasi latihan nafas dalam, (b) latihan cara fisik ke-2; pukul
kasur dan bantal, (c) susun jadwal kegiatan harian,
(1) Tahap Orientasi
”Assalamu’alaikum pak (usahakan sebut nama), sesuai janji saya dua jam yang lalu, saya
sekarang datang lagi.
”bagaimana perasaan bapak saat ini, adakah hal yang menyebabkan bapak marah?”
”Baik sekarang kita akan belajar cara mengontrol perasaan marah dengan kegiatan fisik untuk
cara yang kedua”, Bapak bersedia,
”mau berapa lama ? Bagaiman kalau 20 menit?
”dimana kita bicara? Bagaiman kalau diruang tamu?
(2) Tahap kerja
”Kalau ada yang menyebabkan bapak marah dan muncul perasaan kesal, berdebar-debar, mata
melotot, salain dengan menggunakan cara nafas dalam, dapat bapak lampiaskan dengan cara
melakukan tindakan yang tidak merugikan atau membayakan, seperti bapak memukul bantal atau
kasur”.
”sekarang mari kita latihan memukul bantal atau kasur. Mana kamar bapak?”. jadi kalau nanti
bapak kesal atau ingin marah, langsung ke kamar dan lampiaskan kemarahan tersebut dengan
memukul kasur dan bantal. Nah coba bapak lakukan, pukul kasur dan bantal”. Nah bagus
sekali bapak dapat melakukannya”. Kekesalan lampiaskan kekasur atau bantal”. ”nah cara
inipun dapat dilakukan secara rutin jika ada perasaan marah, kemudian jangan lupa merapikan
tempat tidurnya”.
(3) Tahap terminasi
”bagaimana perasaan bapak setelah latihan cara menyalurkan marah tadi?”,
”ada berapa cara latihan kita, coba bapak sebutkan?, bagus!”
“mari kita masukkan kedalam jadual kegiatan sehari-hari bapak. Jam berapa kita tebah-tebah
kasur atau bantal? Bagaimana kalau setiap pagi?”, baik, jadi jam 08.00 pagi dan jam 17.00
sore. Lalu kalau ada keinginan marah sewaktu-waktu lakukan hal yang sama.
Besuk pagi kita ketemu lagi, kita akan latihan cara mengontrol dengan belajar bicara yang
baik, besuk jam berapa pak?” baik, besuk pagi jam 10.00 kita ketemu lagi ditempat ini,
sampai besuk. Assalamu’alaikum.

3) SP 3 - Klien

Strategi Komunikasi pada pertemuan ke-tiga (SP 3) : Latihan mengontrol perilaku kekerasan
secara sosial dan verbal, meliputi; (a) evaluasi jadual harian untuk 2 cara fisik, (b)
latihan mengungkapkan cara marah secara verbal; menolak dengan baik, meminta dengan baik,
mengungkapkan perasaan dengan baik.

(1) Tahap Orientasi
”Assalamu’alaikum pak sesuai janji saya kemarin, saya sekarang ketemu lagi.
”bagaimana perasaan bapak pagi ini, sudahkah dilakukan latihan tarik nafas dalam atau saat
sedang mengalami perasaan marah bapak melampiaskan dengan memukul bantal?”
”coba saya lihat jadwal kegiatan hariannya?
”Baagus, nah kalau tarik nafas dalamnya dilakukan sendiri tulis ”M” artinya mandiri, kalau
diingatkan oleh perawat tulis ”B” artinya dibantu, kalau tidak dilakukan tulis ”T” artinya
belum bisa dilakukan.
”Bagaimana kalau sekarang kita latihan cara bicara untuk mencegah marah?, ”mau berapa
lama?”, ”Bagaimana kalau 20 menit?, ”dimana kita bicara?, ”Bagaiman kalau diruang tamu?”
(2) Tahap kerja
”sekarang kita latihan cara bicara yang baik untuk mencegah marah. Kalau marah disalurkan
melalui taraik nafas dalam dan memukul kasur atau bantal dan sudah lega, maka kita perlu
bicara dengan orang yang membuat kita marah”, ada 3 caranya pak, yaitu :
”Pertama, meminta dengan baik tanpa marah dengan nada suara yang rendah serta tidak
menggunakan kata-kata kasar. Kemarin bapak bilang penyebab marahnya karena minta uang sama
istri tidak diberi” Coba bapak minta dengan baik, ”Bu, saya perlu uang untuk beli
rokok”. Kalau dirumah, bapak bisa melakukannya bila ada keperluan sama istri, anak atau
saudara dengan baik seperti meminta sesuatu, meminjam sesuatu, menyuruh kepada orang
lain. Nah sekarang coba bapak praktekkan, bagus pak.
”Ke-dua, menolak dengan baik. Jika ada yang menyuruh dan bapak tidak ingin melakukannya”,
katakan; ”maaf, saya tidak bisa melakukannya karena sedang ada kerjaan”. Coba bapak
praktekkan. Bagus pak.
”Ke-tiga, mengungkapkan perasaan kesal, jika ada perlakuan orang lain yang membuat kesal
bapak dapat mengatakan; ”saya jadi ingin marah karena perkataanmu itu”. Coba praktek.
Bagus pak.
(3) Tahap Terminasi
”bagaimana perasaan bapak setelah bercakap-cakap tentang cara mengontrol marah dengan
bicara yang baik?”, ”coba bapak sebutkan lagi cara bicara yang baik setalah kita belajar
tadi?”, bagus, sekarang kita masukan dalam jadual. ”barapa kali bapak mau latihan bicara
yang baik?”, bisa kita buat jadwalnya?”. coba masukkan dalam jadual latihan sehari-hari,
misalnya meminta obat, uang atau yang lain. ”Bagus, nanti dicoba ya, pak?”
”bagaimana kalau dua jam lagi kita ketemu lagi?”, nanti kita akan bicarakan cara lain
untuk mengatasi rasa marah bapak dengan cara ibdah, bapak setuju? Mau dimana, pak?”,
Nanti kita akan bicarakan cara lain untuk mengatasi rasa marah bapak yaitu dengan cara
ibadah, ”bapak setuju?”, ”Mau dimana pak?”, ”Disini lagi?”, ”Baik sampai nanti, ya”.

4) SP 4 - Klien
Strategi Komunikasi pada pertemuan ke-empat (SP 4) : Latihan mengontrol perilaku kekerasan
secara spiritual, meliputi; (a) diskusikan hasil latihan mengontrol perilaku kekerasan
secara fisik dan sosial, (b) latihan sholat atau berdoa, dan (c) buat jadual latihan
sholat atau berdoa.
(1) Tahap Orientasi
”Assalamualaikum pak, sesuai dengan janji saya dua jam yang lalu sekarang saya datang
lagi”. Baik, yang mana yang mau dicoba?”
”bagaimana pak, apakah sudah berlatih?”, apa yang dirasakan setelah melakukan latihan secara
teratur?”, Bagus sekali, kemudian bagaimana rasa marahnya?”
”Bagaimana kalau sekarang kita latihan cara lain untuk mencegah rasa marah yaitu dengan
ibadah kepada Tuhan yang kuasa?”.
”Dimana tempat kita berbincang-bincang?”, bagaimana kalau ditempat tadi?”, Berapa lama
kesediaan bapak untuk berbincang-bincang?”, Bagaimana kalau 15 menit?”.
(2) Tahap Kerja
”Coba ceritakan kegiatan ibadah yang biasa bapak lakukan?”, ”Bagus,........ Baik, yang mana
mau dicoba?
”Nah, kalau bapak sedang marah coba bapak langsung duduk dan tarik nafas dalam.
”Jika tidak reda juga marahnya, rebahkan badan agar tetap rileks, jika tidak reda juga ambil
air wudhu kemudian sholat”(untuk ibadah sholat dilakukan bagi muslim).
”Bapak bisa melakukan solat secara teratur untuk meredakan kemarahan”.
”coba bapak sebutkan sholat lima waktu?”, bagus, mau coba yang mana?”, sebutkan caranya.
(3) Tahap terminasi
”bagaimana perasaan bapak setelah bercakap-cakap tentang cara yang ketiga ini?”, jadi sudah
berapa cara untuk mengontrol marah kita pelajari?”, bagus, sekarang kita masukan dalam
jadual.
”kapan waktunya bapak ingin melakukan sholat?”, bisa kita buat jadwalnya?”. coba masukkan
dalam jadual kegiatan sehari-hari.
”coba bapak sebutkan lagi cara mengendalikan dengan berdoa bila bapak marah?”
”bagaimana kalau besuk kita ketemu lagi?”, besuk kita akan bicarakan cara lain untuk
mengatasi rasa marah bapak dengan menepati minum obat, bapak setuju? Mau jam berapa,
pak?”,
”Mau dimana pak?”, ”Disini lagi?”, ”Baik sampai besuk, ya”. Assalamu’alaikum

5) SP 5 -Klien

Strategi Komunikasi pada pertemuan ke-lima (SP 5) : Latihan mengontrol perilaku kekerasan
dengan obat, meliputi; (a) evaluasi jadual kegiatan harian pasien untuk cara mencegah marah
yang sudah dilatih, (b) latih pasien minum obat secara teratur dengan prinsip lima benar,
yaitu; benar nama pasien, benar nama obat, benar cara minum obat, benar waktu minum obat,
dan benar dosis obat. Disertai penjelasan guna obat dan akibat berhenti minum obat. Dan
susun jadual minum obat secara teratur.
(1) Tahap Orientasi
”Assalamualaikum pak, sesuai dengan janji saya kemarin sekarang saya datang lagi”.
”bagaimana pak, apakah sudah berlatih latihan tarik nafas dalam, pukul kasur atau bantal,
bicara yang baik, kemudian dengan solat?”, mari kita bersama-sama lihat jadual yang telah
bapak tetapkan?”, Bagus, ”apa yang dirasakan setelah melakukan latihan secara teratur?”,
Bagus sekali, kemudian bagaimana rasa marahnya?”
”Bagaimana kalau sekarang kita latihan cara lain untuk mencegah rasa marah yaitu dengan
mematuhi minum obat?”.
”Dimana tempat kita berbincang-bincang, ya?”, bagaimana kalau ditempat kemarin?”, Berapa
lama kesediaan bapak untuk berbincang-bincang?”, Bagaimana kalau 15 menit?”.
(2) Tahap Kerja
”Bapak sudah dapat obat dari dokter?”, ”Berapa macam obat yang Bapak minum?”, “apa
warnanya?”, Bagus, “jam berapa bapak minum obat ?”, Bagus.
”Begini pak, untuk mencegah timbulnya marah bapak harus mematuhi minum obat secara
teratur. Ada 3 jenis obat yang harus bapak ketahui, yaitu; pertama, warnnya oranye namanya
CPZ gunanya agar bapak pikirannya tenang, yang putih ini namanya THP gunanya agar bapak
lebih rileks dan tenang, sedangkan yang merah jambu namanya HLP gunanya agar pikiran
teratur dan rasa marah berkurang, semua ini bapak minum 3 kali sehari jam 7 pagi, jam 1
siang, dan jam 7 malam”.
”bila nanti setelah minum obat mulut bapak terasa kering, untuk membantu, mengatasinya
bapak bisa minum air putih sedikit-sedikit tapi sering”. ”bila tarasa mata bapak berkunang-
kunang, bapak sebaiknya istirahat dan jangan beraktifitas dulu”.
”nanti bila di rumah, sebelum minum obat ini bapak lihat dulu label dikotak obat, apakah
nama bapak tertulis dalam label tersebut, berapa dosis yang harus diminum, jam berapa
saja harus diminum, baca apakah nama obatnya sudah benar?.
”jangan pernah menghentikan obat sebelum konsultasi dengan dokter ya bak, karena dapat
terjadi kekambuhan”.
”sekarang kita masukkan waktu minum obatnya kedalam jadual ya pak”.
(3) Tahap terminasi
”bagaimana perasaan bapak setelah bercakap-cakap tentang cara mematuhi minum obat?”, ”coba
bapak sebutkan lagi jenis obat yang bapak minum?”, bagus, bagaimana cara minum obat yang
benar?”, Nah, sudah arapa kali bapak belajar mengontrol perasaan marah?”, bisa kita
tambahkan dalam jadwal kegiatan bapak yaitu minum obat secara terjadual?”. coba masukkan
dalam jadual bapak?”, Bagus, nanti bapak tepati,..... ya?”
Baik pak, besuk kita bertemu lagi untuk terus berlatih cara-cara yang telah kita pelajari
kemarin dan hari ini, ”bapak bersedia?”, ”Mau dimana, pak?”, Besuk kita akan praktek
kembali, ”bapak setuju?”, ”Baik, sampai besuk,..... ya”. Assalamu’alaikum.



2. Rencana strategi komunikasi perawat – keluarga
a). Tujuan
Keluarga dapat merawat klien di rumah
b) Tindakan
1) Diskusikan masalah yang dihadapi keluarga dalam merawat pasien
2) Diskusikan bersama keluarga perilaku kekerasan
3) Diskusikan bersama keluarga kondisi klien yang perlu segera dilaporkan kepada
perawat, seperti melempar atau memukul benda atau orang lain
4) Latih keluarga merawat pasien dengan perilaku kekerasan
(a) Anjurkan keluarga untuk memotivasi pasien melakukan tindakan yang telah
diajarkan oleh perawat.
(b) Ajarkan keluarga untuk memberikan pujian kepada pasien bila pasien dapat
melakukan kegiatan tersebut secara tepat.
(c) Diskusikan bersama keluarga tindakan yang harus dilakukan bila pasien
menunjukkan gejala-gejala perilaku kekerasan
(d) Buatlah perencanaan pulang bersama keluarga

c) Strategi komunikasi pada keluarga

SP - 1 keluarga
Pertemuan pertama (SP 1. keluarga); memberi penyuluhan kepada keluarga tentang cara
merawat klien perilaku kekerasan di rumah, meliputi; (1) diskusikan masalah yang
dihadapi keluarga dalam merawat klien, (2) diskusikan bersama keluarga tentang perilaku
yang muncul dan akibat dari perilaku tersebut, (3) diskusikan bersama keluarga kondisi-
kondisi pasien yang perlu segera dilaporkan kepada perawat, seperti melempar atau
memukul benda atau oranglain.
(1) Tahap Orientasi
Salam terapeutik
”assalamu’alaikum Bu, perkenalkan nama saya gunawan sasmita, panggil saya sasmita, saya
perawat yang didinas di ruang Arjuna ini, hari ini saya dinas pagi dari pukul
07.00-14.30. saya yang merawat bapak selama bapak di rumah sakit ini. Agar kita lebih
dekat saya ingin perkenalan dengan ibu, Nama ibu siapa?, biasanya senang dipanggil
siapa, bu?”, betulkah ibu istri bapak?
Validasi
“Bagaimana perasaan bu selama suami ibu dirawat di rumah sakit ini?, baik, apa
sebenarnya yang menyebabkan bapak diantar oleh saudara datang ke RS ini, bu?.
Kontrak (topik, waktu dan tempat)
“Baiklah bu, saya ingin tahu lebih banyak dari ibu tentang masalah bapaknya, yaitu
suami ibu, bersedia ibu?”, “ada waktu berapa lama ibu bersedia untuk menceritakan
masalah bapak?” ....., “bagaimana kalau 10 menit?”........, “dimana ya ibu enaknya
kita berbincang-bincang?”....., “Bagaimana kalau kita berbincang-bincang di ruang
saya?”
(2) Tahap Kerja
”Bu, apa masalah yang ibu hadapai dalam merawat bapak?, ”apa yang ibu lakukan ?”, Baik
bu, saya akan coba jelaskan tentang marah bapak dan hal-hal yang perlu diperhatikan”.
”Bu, marah adalah suatu perasaan yang wajar tapi bila tidak disalurkan dengan cara yang
benar akan membahayakan dirinya sendiri, orang lain dan lingkungan, begini bu, biasanya
seorang suami itu marah dan ngamuk kepada istrinya adalah kalau dia merasa direndahkan,
keinginan tidak terpenuhi, ”kalau bapak apa bu penyebabnya?”, ya, baik.
”nanti kalau di rumah, bila bapak kelihatan gelisah, mondar mandir, tegang dan merah
matanya, itu artinya bapak sedang marah dan biasanya akan dibarengi dengan melampiaskan
emosinya dengan berbagai cara seperti membanting-banting perabotan rumah tangga atau
mumukul kasar istrinya atau anaknya?” , sedangkan bapak, apa yang biasa dilakukan
ketika bapak marah?”, ya, baik.
”bila hal tersebut terjadi lagi sebaiknya ibu tetap tenang tapi waspada, jauhkan
benda-benda yang berbahaya atau berharga atau anak-anak, bicaralah yang lembut dan
penuhi kebutuhannya selama tidak membahayakan, jawablah dengan tegas bila tidak
memiliki apa yang dibutuhkan”. Bila bapak masih ngamuk dan marah segera bawa ke
Puskesmas atau RSJ terdekat. Minta bantuan keluarga untuk melakukan ikatan secara baik.
Dalam melakukan ikatan tetap waspada, lindungi diri kita dulu. Beri penjelasan saat
mengikat yaitu bapak diikat ini tidak ada maksud jelek tetapi ingin mengamankan bapak
agar tidak mencederai diri, saudara, atau orang lain dan merusak lingkungan”
”bu, mengertikan apa yang saya jelaskan tadi, seperti penyebab marah?”, coba ibu
sebutkan penyebab marah dan bagaimana cara menghadapai bila marah?” bagus, berarti ibu
sudah paham.
”ibu bisa bantu bapak dengan cara mengingatkan jadual latihan cara mengontrol marah yang
sudah dibuat, yaitu; secara fisik, verbal, spiritual dan obat secara teratur”
”kalau bapak bisa melakukan latihan dengan baik, jangan lupa di puji ya bu”
(3) Tahap terminasi
”Bagaimana perasaan ibu setelah kita bercakap-cakap tentang cara merawat, bapak?”, coba
ibu sebutkan lagi cara merawat bapak”, setelah di rumah coba ibu selalu ingatkan jadual
yang telah dibuat untuk bapak ya bu”. ”kapan ibu akan berkunjung lagi?”.
”Bagaimana kalau kita ketemu 1 minggu lagi untuk belajar langsung cara mengontrol marah
bersama bapak ?”, ingsaallah tempatnya besuk disini?”, ibu bersedia ? baik, kita
ketemulagi besuk 1 minggu lagi, trimakasih atas kedatang ibu, selamat jalan.

SP - 2 Keluarga
Pertemuan ke-dua (SP 2. keluarga) : melatih keluarga melakukan cara-cara mengontrol
kemarahan, meliputi; (a) evaluasi pengetahuan keluarga tentang marah, (b) anjurkan
keluarga untuk memotivasi pasien melakukan tindakan yang telah diajarkan oleh perawat,
(c) ajarkan keluarga untuk memberikan pujian kepada pasien bila pasien dapat melakukan
kegiatan tersebut secara tepat. dan (d) diskusikan bersama keluarga tindakan yang harus
dilakukan bila pasien menunjukkan gejala-gejala perilaku kekerasan.
(1) Tahap Orientasi
Salam terapeutik
”assalamu’alaikum Bu, sesuai dengan janji kita 1 minggu yang lalu, ibu bisa menyisihkan
waktu untuk datang?”, ”bagaimana khabarnya ibu?”, Sehatkan, bu?”
Validasi
"Baik, masih ingat diskusi kita yang lalu?”
”adakah yang ingin ibu tanyakan?”
”bagaimana sekarang kita latiahan bersama bapak?, baik, kalau ibu bersedia nanti kita
panggilkan agar bersama-sama kita untuk mengatasi perihal marah, bapak.
“Baiklah bu, kita hadirkan bapak disini, ada waktu berapa lama ibu bersedia untuk
menemani bapak?” ....., “bagaimana kalau 10 menit?”........, “dimana ya ibu enaknya
kita berbincang-bincang?”....., “Bagaimana kalau kita berbincang-bincang di ruang saya
ini ?”
(2) Tahap Kerja
” Nah pak, coba ceritakan keada ibu, latihan yang sudah bapak lakukan. Bagus sekali. Coba
perlihatkan kepada ibu jadwal harian bapak!, bagus!
”nanti dirumah ibu bisa membantu bapak latihan mengontrol kemarahan bapak”,
”sekarang kita coba latihan bersama-sama ya, pak?”
”Masih ingat ya pak!,
”coba, kalau ada perasaan marah, apa yang harus dilakukan pak?”, ”ya.... betul sekali,
bapak berdiri, lalu tarik nafas dari hidung, tahan sebentar lalu keluarkan, atau tiup
berlahan-lahan lewat mulut seperti mengeluarkan kemarahan. ”ayo,......coba lagi, tari
dari hidung, .......bagus, .....tahan, dan tiup berlahan-lahan lewat mulut. Nah, lakukan
sampai lima kali !,
”coba ibu temani dan bantu bapak menghitung latihan ini sampai 5 kali !, ..... bagus
sekali, bapak dan ibu sudah bisa melakukannya dengan baik”.
”cara yang kedua masih ingat, pak, bu ?” (tunggu respon klien)
”ya, ...... benar, kalau ada yang menyebabkan bapak marah dan muncul perasaan kesal dan
berdebar-debar, mata melotot, selain nafas dalam dapat memukul kasur atau bantal !”.
”sekarang coba kita latihan memukul kasur dan bantal, mana kamar bapak?, jadi, kalau
nanti bapak kesal dan ingin marah, langsung kekamar dan lampiaskan kemarahan tersebut
dengan memukul kasur dan bantal.
”Nah, coba bapak lakukan sambil didampingi ibu, berikan bapak semangat ya bu”.
”ya,..... bagus sekali bapak melakukannya”.
”cara yang ketiga adalah bicara yang baik bila sedang marah. Ada tiga cara, coba
praktekan langsung kepada ibu cara bicara ini, yaitu :
Pertama, meminta dengan baik tanpa marah denagn nada suara yang rendah serta tidak
menggunakan kata-kata kasar, misalnya: “bu, saya perlu uang untuk beli rokok ?”, coba
bapak praktekkan, Bagus pak.
Ke-dua, menolak dengan baik, jika ada yang menyuruh dan bapak tidak ingin melakukannya,
katakan: “maaf saya tidak bisa melakukannya karena sedang ada kerjaan”, coba bapak
praktekan.
“ya,....coba prktekkan”, .....”bagus pak”,
Ke-tiga, mengungkapkan perasaan kesal, jika ada perlakuan orang lain yang membuat kesal
bapak dapat mengatakan: ”saya jadi ingin marah karena perkataanmu itu”
”ya,.... coba praktekkan !, ya, bagus !,
”Cara berikutnya adalah kalau bapak sedang marah apa yang harus dilakukan?” , ”baik
sekali”, bapak coba langsung duduk dan tarik nafas dalam. Jika tidak reda juga
marahnya maka rebahkan badan bapak agar rileks. Jika tidak reda juga, ambil air wudhu
kemudian sholat. ”bapak bisa melakan secara teratur dengan didampingi ibu untuk
meredakan kemarahan”.
”cara terakhir adalah minum obat secara teratur ya pak, agar pikiran bapak menjadi
tenang, tidurnya tenang, tidak ada rasa marah”
”Coba bapak, jelaskan berapa macam obatnya !”, ”bagus”, jam berapa minum obat’,
”bagus. “apa gunanya obat?”, “bagus”. Apakah boleh mengurangi atau menghentikan obat.
“wah, bagus sekali”, satu minggu yang lalu sudah saya jelaskan kepada bapak
atau ibu tentang terapi pengobatan. Ibu tolong selama di rumah, ingatkan bapak
untuk meminum obat secara teratur?

(3) Tahap terminasi
“baiklah bu, latihan kita sudah selesai”, “bagaimana perasaan ibu setelah kita latihan
cara-cara mengontrol marah langsung kepada bapak ?”
“bisa ibu sebutkan lagi ada berapa cara mengontrol marag?
“selanjutnya tolong pantau dan motivasi bapak dalam melaksanakan jadual latihan yang
telah dibuat selama di rumah nanti. Jangan lupa berikan pujian untuk bapak, bila dapat
melakukan dengan benar, ya.....bu !.
”karena bapak sebentar lagi sudah diizinkan pulang, bagaimana 1 minggu lagi bertemu
untuk membicarakan jadual aktifitas di rumah dan puskesmas, ”ibu bersedia”, ya,
....baik, ingsaalloh swt ibu masih diberikan sehat sehingga kita masih dipertemukan
pada minggu depan, di tempat ini, jam 09.30 dengan topik yang sama, terimaksih, wassalam
Wr. Wb.

SP - 3 Keluarga
Pertemuan ke-tiga (SP 3. keluarga) : membuat perencanaan pulang bersama keluarga,
meliputi; (a) buat perencanaan pulang bersama keluarga.
(1) Tahap Orientasi
”assalamu’alaikum Bu, sesuai dengan janji kita 1 minggu yang lalu, ibu bisa menyisihkan
waktu untuk datang?”, ”bagaimana khabarnya ibu?”, Sehatkan, bu?”
Validasi
Baik, masih ingat diskusi kita sekarang?”
”Ya,....betul, karena bapak ini sudah diperkenankan pulang, maka kita perlu diskusikan
bagaimana perawatan di rumah bapak?
”bagaimana bu, selama bapak di rawat di rumah sakit ini ada nggak perubahan ?”. baik,
kita sekarang diskusi rencana perawatan di rumah ya bu, sehingga ibu akan lebih mudah,
ibu bersedia, kan ?”, ”baik”, ”berapa lama ibu ada waktu?”, “bagaimana kalau 10
menit?”........, “dimana ya ibu enaknya kita berbincang-bincang?”....., “Bagaimana kalau
kita berbincang-bincang di ruang saya ini ?”
(2) Tahap Kerja
”Pak, bu, jadual yang telah di buat selama di rumah sakit tolong dilanjutkan di rumah,
baik jadual aktifitas maupun jadual minum obatnya. Mari kita lihat jadwal bapak, ya
bu!
”hal-hal yang perlu diperhatikan lebih lanjut adalah perilaku yang ditampilkan oleh
bapak selama di rumah, ....... berikan kesempatan bapak untuk mengekspresikan
perasaannya ya, bu!
”Kalau misalnya bapak menolak minum obat atau memperlihatkan perilaku membahayakan orang
lain. Jika hal ini terjadi hubungi perawat di puskesmas terdekat. Jika ibu kesulitan
maka ibu bisa menghubungi tim krisis di RS ini
(3) Tahap terminasi
”bagaimana bu? Ada yang ingin ditanyakan? Coba ibu sebutkan apa saja yang perlu
diperhatikan (jadual kegiatan, tanda atau gejala, follow up ke puskesmas). Baiklah,
silahkan menyelesaikan administrasi!, saya akan mempersiapkan pakaian dan obat, bapak”.
selamat jalan,



3. Rencana strategi komunikasi perawat – dokter
a) Tujuan
Kolaborasi pemberian obat untuk menurunkan gaduh gelisah
b) Tindakan
(a) Beritahu kondisi klien saat ini
(b) beritahu tindakan yang sudah dilakukan
(c) Mintalah saran tindakan apa yang harus dilakukan
c) Strategi pelaksanaan komunikasi
(1) Tahap oreintasi
Salam terapeutik
”Selamat pagi dokter ”,
Validasi
”bagaimana khabarnya dok,
Kontrak
”Dakter ini saya perawat pasien nana, ada yang ingin saya konsulkan”, dokter ada
waktu”
(2) Tahap kerja
"Begini dokter, perlu saya sampaikan mengenai keadaan pasien nana”, ”Kondisi pasien
nana tadi malam tidak dapat tidur, berteriak-teriak, sulit makan, sudah diijeksi
valium 2 ml?
"Apa tindakan yang tepat ya dok, agar gaduh gelisah berkurang?"
(3) Tahap terminasi
”ya, jadi kita observasi terus, ....kemudian kalau toh tidak ada reaksinya kita
lakukan tindakan ECT, begitu dokter”
”kapan dokter akan mengobservasi langsung”
”terimakasih dokter, kita tunggu berkembangannya”.



4. Rencana strategi komunikasi perawat – perawat
a) Tujuan
Operan sift jaga
b) Tindakan
(a) Beritahu kondisi klien saat ini
(b) Beritahu tindakan yang sudah dilakukan
(c) Diskusikan bersama tindakan apa yang harus dilakukan
c Strategi komunikasi terapeutik
(1) Tahap orientasi
Salam terapeutik
”Selamat pagi bapak, ibu”,
Validasi
”bagaimana kabarnya pagi hari ini, mudah-mudah bapak ibu mendapatkan lindungan
Allah swt, begini bapak ibu pagi hari ini kita akan evaluasi pasien, bersamaan
dengan operan jaga,
Kontrak
”kita tahu tujuan evaluasi ini untuk mengetahui berkembangan klien, dan mohon
petugas jaga malam dapat menyampaikan infiormasinya, bapak-ibu setujukan, untuk
bersabar sebentar, ya kurang lebih 10 menit?
(2) Tahap kerja
”bapak ibu kita mulai ya dari klien A.. klien A ini tadi malam tenang, tidur sering
terjaga bolak-balik ke kamar mandi, makan dihabiskan minum obat, tetapi kadang
emosinya masih dangkal, persepsinya realitis”
”Bapak ibu ada yang perlu didiskusikan?”
dan seterusnya ke pasien berikutnya
(3) Tahap terminasi
”bapak ibu, ada 3 pasien yang menunjukkan perkembangan bagus, tinggal bagaimana
memulihkan sosialnya dengan keluarga”,
”oh ya, 3 pasien tersebut perlu mendapatkan dukungan dari keluarga”. Sebelum pulang
tolong keluarga perlu mendapatkan terapi, sehingga keluarga siap menerima. itu saja
pertemuan pagi, sampai ketemu besuk pagi.


J. Analisis Proses Interaksi
Proses terapi dalam konsep komunikasi denagan melalui Analisis Proses Interaksi (API) yaitu menguraikan kegiatan baik verbal (percakapan) maupun non verbal (perbuatan).
Menurut Ellis, dkk (1995), komunikasi dimulai dari pikiran dan perasaan pengirim pesan dari dalam diri, jika mereka ingin dikeluarkan dari intra psikis atau berkomunikasi dengan orang lain pengirim pesan mengubah pengetahuan yang ada dalam pikiran dan perasaan menjadi sandi dalam bentuk perilaku atau pesan.
Maksud analisis interakasi adalah menganalisis pertukaran kata, pikiran, dan perilaku dari 2 orang sedang berdialog dalam kondisi tampak atau disembunyikan.
1. Tujuan API
a. Meningkatkan ketrampilan perawat mendengar secara aktif
b. Meningkatkan ketrampilan perawat berkomunikasi
c. Mengembangkan dasar kemampuan perawat berkomunikasi, sebagai alat pengkajian, interaksi
perawat-klien, memberi intruksi, supervisi klinis, bimbingan klinis
d. Pemahaman diri bagi perawat dan dampaknya
e. Mempersiapkan diri bagi perawat dalam dinamika perilaku
f. Membantu perawat dalam menyusun intervensi keperawatan
2. Komponen API
a. Komuniksi verbal dan non verbal
b. Analisis interpretasi
c. Mengenal perasaan perawat
d. Persepsi perawat, untuk melihat emosi klien
e. Evaluasi, untuk mengetahui efektifitas
f. Alternatif keperawatan, melalui rasionalisasi
3. Analisis berpusat pada perawat
a. Perilaku non verbal perawat
b. Isi pembicaraan perawat
c. Perasaan perawat
d. Tujuan interaksi
e. Mengubah interaksi
4. Analisis berpusat pada klien
a. Perilaku non verbal
b. Isi pembicaraan
c. Perasaan klien
d. Kebutuhan klien

5. Analisis teoritis, yaitu alasan teoritis intervensi


Referensi
Keliat, B.A. (2001). Laporan Pendahuluan dan Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan,
makalah disampaikan pada pelatihan nasional Asuhan Keperawatan Profesional jiwa dan
komunikasi terapeutik Keperawatanm, Batu, Malang.
Varcarolis, E. M. (1990). Foundations of Psychiatric Mental Health Nursing, W.B. Sounders
Company.
Tawnsend, M. C. (1996). Psychiatric Mental Health Nursing Consept of Care, Davis Company,
Philadelphia.


Jawablah pertanyaan dibawah ini singkat dan jelas !
1. Dalam hubungan terapeutik ada dimensi responsif dan dimensi tindakan yang harus diketahui
dan dikuasai oleh perawat. Apa yang anda ketahui demensi responsif ?
2. Sebutkan fase-fase hubungan terapeutik ?
3. Sebutkan faktor-faktor yang mempengaruhi unsur-unsur komunikasi ?
4. Jelaskan fase orientasi atau perkenalan dan tahapan-tahapannya ?
5. WE WERE GIVEN TWO EARS BUT ONLY ONE MOUTH, BECAUSE LISTENING IS TWICE AS HARD AS TALKING.
Apa maksudnya ? dan bagaimana menjadi pendengar efektif ?


1. B – S Hubungan terapeutik perawat-klien merupakan pengalaman belajar timbal balik dan
pengalaman emosional korektif bagi klien
2. B – S Encoding atau menafsirkan adalah komunikan penafsirkan pesan yang telah disampaikan
oleh komunikator
3. B – S Menurut Johari Window, sukses komunikasi interperosnal tergantung oleh kualitas
konsep diri yaitu konsep diri positif atau transparan.
4. B – S Sikap responsif sebagai sarana untuk menjalin hubungan saling percaya, seperti,
ikhlas dalam bertindak, respek, empati, ungkapannya jelas.
5. B – S Perbedaan komunikasi pria dan wanita jika pria itu merindukan tempat/space sedang
wanita merindukan keintiman.
6. B – S Steriotipe dapat menggangu komunikasi, yaitu mengeneralisasikan orang-orang
berdasarkan sedikit informasi.
7. B - S Konfrontasi yaitu seorang perawat mampu mengekspresikan sikapnya terhadap perilaku
klien yang menyimpang untuk tujuan memperluas kesadaran diri klien
8. B - S Komunikasi perawat – klien adalah komunikasi intrapersonal
9. B - S Membusungkaan dada atau bertopang dagu merupakan isyarat proksemik
10.B - S Pertanyaan terbuka, ” apakah anda tinggal sendiri ?”

PENGASAPAN (FOGGING) OLEH LASKAR LORENG EFEKTIFKAH ?

Oleh : Kholid SST, M.Kes

Pertanyaan ini kita munculkan sehubungan dengan Laskar loreng sedang melakukan pengasapan dikota Banyuwangi. Dengan tidak mengurangi rasa hormat atas kepeduliannya dalam mencegah timbulnya penyakit demam berdarah. Masyarakat harus kita beri pemahaman bahwa tindakan yang dilakukan oleh laskar loreng adalah tidakan sementara. Fogging dengan insektisida masih menjadi perdebatan karena efek residunya mengganggu ekosistem lain. Saat ini masyarakat memiliki persepsi yang perlu diluruskan terhadap tindakan yang dianggap jitu tetapi sangat berbahaya terhadap keselamatan dirinya atau keselamatan umum. Padahal masalah itu sebenarnya bisa dicegah dengan biaya murah dan tidak meninggalkan efek samping.
Kasus demam berdarah tidak bisa diatasi oleh sebagaian dari masyarakat, tatapi kasus demam berdarah dapat diatasi dengan baik apabila melibatkan seluruh lapisan masyarakat, jika satu dari anggota masyarakat itu tidak peduli untuk memutus rantai kehidupan nyamuk aides aygipty (sebagai pembawa virus menyebab demam berdarah) maka tindakan yang kita lakukan itu akan sia-sia. Untuk meluruskan persepsi masyarakat maka Dinas kesehatan kabupaten seharusnya tidak henti-hentinya untuk memberikan contoh tentang perilaku yang benar dalam mencapai derajat kesehatan. Sebenarnya program pemerintah melalui GEMASS (gerakan masyarakat sadar sehat) sudah sangat membantu memberikan pemahaman kepada masyarakat, tetapi menjadi bias hadirnya laskar loreng, walaupun dalam kampanyenya tetap tidak meniggalkan pesan 3 M.
Dalam era otonomi daerah saat ini kita tidak bisa lepas tanpa keikutsertaan masyarakat walaupun modal finansial cukup besar. Kepedulian masyarakat merupakan modal pokok dalam membangun daerah. Maka pemberdayaan masyarakat untuk peduli terhadap pencegahan penyakit sangat diharapkan. Banyak penyakit atau gangguan kesehatan yang perlu kepedulian masyarakat, seperti pencegahan demam berdarah, HIV/AIDS, flu burung dan sebagainya.
Program 3 M ditambah 1 M (memanjat) menjadi 4 M masih sangat efektif dalam memutus rantai kehidupan nyamuk aedes aygipty, yaitu :
1. Menutup
Menyadari air bersih sangat dibutuhkan masyarakat, maka air tersebut kemudian di simpan di bak-bak atau di tandon-tandon tetapi sayangnya air tersebut kemudian digunakan nyamuk untuk berkembang biak. Maka perlu kita tutup rapat-rapat agar tidak berkembang biak.
2. Menguras
Memutus rantai kehidupan nyamuk dengan menguras air dalam tandon-tandon atau bak-bak air harus dibudayakan dalam masyarakat..
3. Mengubur
Tidak kita sadari dilingkungan sekitar banyak ban-ban bekas, kaleng-kaleng bekas, dan bahan-bahan lain yang menampun air. Maka perlu kita periksa lingkungan sekitar, jika ada ban-ban bekas, kaleng-kaleng bekas, atau bahan lain yang tidak manfaat dan memungkinkan untuk tertampungnya air harus di kubur.
4. Memanjat
Sering dilupakan bahwa diatas rumah kita ada tempat yang memungkinkan tergenangnya air seperti talang kita yang tidak lancar, rumah walet, sehingga kita harus memanjat untuk mengontrol kondisi ini untuk dibersihkan.
Ekosistem perlu terus kita selamatkan dari tindakan-tindakan yang salah. Kelangsungan hidup dimasa yang akan datang sangat tergantung dari kehidupan sekarang. Maka perlu kesepakatan bersama terhadap tindakan laskar loreng. Jangan sampai tidakan yang dilakukan laskar loreng membawa masalah.ingsaallah. (*)dosen Stikes Banyuwangi)

MEMENTUM KEBANGKITAN ANSHOR DI ERA OTONOMI DAERAH

Oleh : Kholid SST, M.Kes *)

Anshor merupakan gerakan pemuda Islam yang tidak asing lagi, setiap masyarakat mengetahui nama Anshor, terutama generasi tua dapat langsung menyimpulkan bahwa mereka adalah anak–anak muda NU (Nahdatul Ulama). Anak-anak muda NU yang gigih membela Islam membawa panji panji Ahlus Sunah waljamaah, dengan gagah berani mereka menumpus faham–faham atheis di negeri ini di tahun enam puluh-limaan.
Awal berdirinya Ashor sebagai gerakan sosial keagamaan anak–anak muda NU ini adalah untuk mengkader generasi yang memiliki komitmen tinggi dalam menjaga kehidupan beragama dengan mencontoh kehidupan Rosulullah Shalahualaihi wasalama dan para Shahabat Rodhiayallahu anhum seperti garis perjuangan bapaknya yakni NU. Barangkali memang sudah menjadi keniscayaan sejarah bahwa pemuda memikul beban mitos politik dan gudangnya perubahan sosial. Untuk itu orang tua-orang tua kita terdahulu (masayik-masayik) memahami gejolak anak-anak muda dengan sifat-sifatnya progresif, reaktif, ingin selalu perubahan. Ada beberapa alasan mengapa banyak pihak menaruh harapan kepada pemuda, yang pertama, pemuda mempunyai garis perjuangan tanpa pamrih (tidak vested interest); kedua, memiliki tekad yang besar dan semangat yang membara; ketiga, pemuda sedang atau telah menyelesai pendidikan tingkat menengah atas bahkan sekarang pemuda telah banyak mengeyam pendidikan tinggi.
Namun dalam perjalanan waktu anshor penuh dinamika dan pasang surut. Memang kita menyadari bahwa Anshor lebih tampak dalam pengerahan masa untuk menekan kekuasaan karena ketidakadilan dibanding dengan ajakan melalui pemikiran, seperti saat menekan kekejaman kelompok sosialis-atheis pada orde lama, menekan tirani kekuasaan orde baru. Hemat penulis ini terjadi karena, pertama memang situasi dan kondisi saat itu yakni pemerintahan yang sedang berkuasa menggunakan militeristik; kedua, menyadari minimnya kemampuan shahabat-shahabat Ashor dalam mempengaruhi kebijakan pemerintah karena teralalu minimnya shahabat-shahabat Anshor memperoleh pendidikan yang layak. Akan tetapi berbeda dengan situasi sekarang shahabat-shahabat Anshor telah banyak menempuh pendidikan yang layak, mereka tidak sedikit yang telah menyelesaikan pendidikan tinggi, dan telah banyak yang mapan baik secara ekonomi maupun status sosial. Kemudian, tinggal bagaimana shahabat-shahabat anshor ini kembali menyatukan pikir untuk menghadapi perubahan zaman ini, yakni era mellinium?, seiring dengan situasi ini bangsa kita sedang mengalami proses politik dari sentralistik menjadi desentralistik dengan karakteristik: otonomi daerah (daerah memiliki otoritas yang sangat tinggi), partisipasi aktif masyarakat, dan profesionalisme. Melihat perkembangan ini seharusnya Anshor Banyuwangi tidak berkutat pada politik kekuasaan sebagai tujuan, tetapi lebih mengutamakan kepada warga masyarakat ini memperoleh hak-haknya.
Menyadari bahwa saat ini bangsa Indonesia berada pada abad ke-21 atau abad pertama melinium ketiga yang di tandai dengan globalisasi, industrialisasi, Asianisasi dan sistem informasi yang canggih, maka tantangan utama bangsa ini adalah bagaimana cara mengelola Indonesia ini bermanfaat semaksimal mungkin bagi seluruh rakyat dalam meningkatkan mutu kehidupan?. namun sayangnya banyak orang terpukau dengan era millennium ini, dunia serba medernis, industrialis dan transparansi mereka menyangka bahwa hal itu akan membawa pada kesejahteraan, padahal di balik moderinisasi dan industrialisasi yang serba gemerlap dan memukau itu ada gejala yang namanya The agony of modernization yaitu azab sengsara karena medernisasi dan industrialisasi yang berdampak dehumanisasi, yakni orang yang sudah mengesampingkan atau meninggalkan nilai nilai kemanusiaan, orang-orang meninggalkan nilai nilai kegotong-royongan, hormat–menghormati tepo seliro, yang lebih parah agama mulai di tinggalkan sebaliknya situasi menjadi tidak beradab; tidak lagi satun dalam berkomunikasi, saling menjatuhkan, saling menghina dan ini tontonan setiap hari pada anak-anak kita sebagai penerus bangsa.
Kondisi ini nyata ada di hadapan kita, prosesnya tidak terasa dampaknya sangat jelas berawal dari sedikit demi sedikit akhirnya nilai-nilai moral yang telah tertanam begitu aja lepas dalam masyarakat: anak-anak tidak lagi dapat mengontrol dirinya akhirnya terlibat dalam pergaulan bebas, miras dan narkoba, orang tua tidak mampu mengendalikan dirinya untuk menikmati tanyangan madia yang mengarah pada pornografi, pornoaksi atau kekerasan, pemimpin–pemimpin merasa tidak berdosa hidup dalam kemewahan disaat saudara kita yang masih sulit untuk mencari kerja. Nah ini menurut penulis PR bagi kita dan shahabat–shahabat Anshor, apakah kita masuk dalam katagori dehumanisasi tersebut? dan masihkah kita berorganisasi berjuang atas agama Allah SWT membawa panji–panji akidah Ahlus sunnah waljamaah dengan ikhlas (sebagai ciri-ciri dari seorang pemuda), tanpa embel–embel kedudukan, jabatan atau maksud–maksud?, tetapi dapat menggerakkan warga masyarakat di dunia modern untuk dapat mengamalkan agama: memilih pemimpin yang adil dan beranggung jawab, memakmurkan masjid–masjid Allah SWT, menciptakan suasana beragama menjaga anak-anak dan keluarga dari tanyangan media yang tidak beranggung jawab, menciptakan komunikasi yang beradab, perhatihan terhadap kelestarian lingkungan, pendidikan yang berakhlakul karimah, melawan sifat boros dan kemewahan., membendung peredaran narkoba.
Kondisi ini kita harus usahakan bersama, sehinggga harapannya Allah SWT selalu menurunkan hidayah pada masyarakat Banyuwangi, pemimpin yang memenuhi syariat Islam yakni adil, komunikasi yang beradab, tidak lagi terdengar cacian antar sesama muslim antar sesama warga masyarakat, terciptanya lapangan kerja , masyarakat sehat dan berpendidikan, membangun dengan akhlak, memperhatikan kelestarian lingkungan, dan pembangunan berorientasi masa depan.
Untuk mengahadapi persoalan-persoalan sosial dan akidah tersebut diatas, sudah seharusnya Anshor Banyuwangi bangkit untuk melahirkan pemikiran barunya dalam menghantarkan warga masyarakat di dunia modern, seperti awal berdirinya Anshor di Banyuwangi ini penuh dengan inspirasi-inspirasi. Ada beberapa yang patut shahabat-shahabat Anshor cermati di era ini sebagai garda depan pemuda NU yang menjaga nilai-nilai Islam yang berakhidah Ahli sunnah waljamaah, yakni :

a. Pendidikan yang berakhlakul karimah
Melihat situasi bangsa tersebut di atas, Anshor seharusnya memandegani pendidikan yang berahlakul karimah adanya kurikulum adab–adab dari mulai pendidikan dasar sampai pendidikan menengah, Rosullohllah SAW diutus di muka bumi ini untuk menyempurnakan akhlak. Bagaimana mengembalikan Indonesia seperti dahulu sebagai bangsa timur yang terkenal adab dan sopan satun. Sekarang pendidikan berlomba-lomba untuk mencetak anak-anak yang pintar secara Intelgentia sehingga kurikulumpun sesuai dengan keinginan yakni berbasis kompetensi tanpa memperhatikan akhlak pada anak-anak, apa yang disebut dengan kemampuan emosional atau spiritual. Coba kita bisa rujuk pesantren yang tetap mempertahankan kurikulum/kitab ta’alim muta’alim kitab salaf yang terus di junjung oleh pesantren, ulama paham sekali perilaku santri sehingga umumnya santri itu dengan kyai dan guru hormat, di masyarakat kebiasaan ini terbawah.
b. Perlindungan keluarga
Situasi keluarga saat ini terancam, bagaimana tidak?, coba kita analisis selama 24 jam rumah kita di sodori tayangan–tayangan media yang jelas mempengaruhi image atau pikiran keluarga terutama anak–anak kita, maka wajarlah anak-anak kita mencontoh perilaku media, seperti kasus smick down dan masih banyak lagi tindakan –tindakan amoral akibat media di masyarakat. Ini PR kita bersama, teknologi informasi dan komunikasi memang tidak mungkin kita bendung tetapi bagaimana keluarga kita terlindung dari bahaya ini. Di samping itu masalah penyakit dan narkoba yang sudah mengintai keluarga kita, seperti HIV/AIDS, flu burung, makanan halal haram, makanan yang mengandung zat-zat berbahaya.
c. Pelestarian alam
Banyuwangi merupakan daerah pegunungan, hutan dan perkebunan serta sawah dengan keanekaragaman ekosistem. Jika hutan–hutan dan lingkungan ekosistem di Banyuwangi ini banyak yang digunduli dan dirusak tidak hanya kita mengalami kekeringan maka mungkin kita ini menunggu adab dari Allah SWT. Hutan-hutan ini harus kita kembalikan lagi sesuai fungsinya sebagai penahan erosi, penyimpan air, dan penyelamat ekosistem. Pemerintah seharusnya serius terhadap bahaya yang disebabkan oleh rusaknya lingkungan melalui zona merah/bahaya dengan mendapat perhatian khusus dalam penghijauan seperti hutan lindung, pinggiran sungai, pinggiran pantai, hutan kota dan penataan perumahan. Shahabat–shahabat anshor seharusnya kembali mempelopori untuk menjadikan lingkungan yang sejuk dan aman, mencegah bencana, penanganan bencana melalui tindakan langsung atau mempengaruhi kabijakan pemerintah.
d. Penciptaan lapangan pekerjaan
Pekerjaan merupakan sarana hidup manusia. Banyak dari kita saat ini belum memeperoleh pekerjaan apabila jaminan keselamatan, terutama dalam hal ini adalah warga NU. Setiap tahun bangsa ini disodori anak-anak yang telah lulus pendidikan untuk siap kerja, tetapi bangsa ini belum mampu menyalurkan lulusan itu secara merata. Sehingga bangsa ini memiliki tugas cukup berat terhadap warganya yakni penciptaan lapangan bekerjaan. Belum lagi, perlindungan terhadap tenaga kerja baik itu di perusahaan atau tempat-tempat lain seperti mereka yang bekerja di luar negeri. Anshor sebagai gerakan yang melindungi warga masyarakat dari ketidakadilan dan akidah seharusnya sudah memikirkan bagaimana hubungan sosial/muasyaroh ini tetap mendapat perlindungan, keselamatan dan tunjangan, lebih dari itu memperhatikan akidah dari warga masyarakat, jangan sampai situsi ini meninggalkan akidah yang sudah tertanam sejak kecil.
e. Kepemimpinan bangsa
Bangsa ini telah sedang mengalami krisis kepemimpinan, kita pernah mendengar sabda baginda Rosulullah salah satu turunnya hidayah Allah SWT disebuah kampung adalah oleh karena memiliki pemimpin yang adil. Bagaimana pemimpin yang sesuai sariat Islam, hemat penulis anshor paham masalah ini. Saat ini kalau Banyuwangi diributkan masalah pimpinan, itu tidak serta merta menyalahkan warga masyarakat tetapi kita sendiri harus instropeksi diri bahwa Anshor sebagai kader bangsa. Untuk itu pengkaderan sangatlah penting, Anshor seharusnya sudah sejak dini berfikir bagaimana mencetak pempimpin masa depan yang berahlaq karimah, tangguh, tidak terpengaruh oleh situasi. Kita lihat, mengapa dari kalangan kita disaat menjabat sebagai pemimpin tidak mampu mengendalikan diri terhadap godaan-godaan materi? ini yang perlu menjadi catatan dalam pengkader pemimpin bangsa masa depan. Disamping itu anshor seharusnya bersikap kritis terhadap situasi, terus mengontrol pemerintahan untuk berahlakul karimah , jujur dan professional dan mengontrol perilaku perilaku penguasa yang hidup secara berlebihan.
f. Menghidupkan masjid
Masjid merupakan simbol Islam, Anshor lahir di sebuah surou/masjid. Masjid sebagai sarana ibadah umat Islam. Kita melihat kondisi masjid saat ini cukup memadai dan kadang lebih dari memadai bagus dan indah . tetapi yang menjadikan risau kita adalah jamaah yang memanfaatkan . ini seharusnya menjadi agenda penting bagi anshor bagaimana Anshor kembali ke masjid-masjid Allah SWT untuk membangun bangsa ini. Rosullah mengajak kepada shahabat-shahabatnya apabila ada bahaya untuk lari ke masjid. Kita sekarang berhadapan dengan bahaya media. Bagaimana anshor dalam melawan media ini kembali ke masjid, bagaimana amal masjid dihidupkan kembali. Masjid sebagai sarana perjuangan Rosulullah, sebaik–baik tempat, dan sebagai tempat untuk memeperoleh ketenangan dan kemenangan. Mulailah berjuang lewat masjid seperti di jaman Rosullah.
Akhirnya dalam situasi otonomi daerah ini insyaallah anshor masih ta’dim dan cinta terhadap para kyai, masyayik, ulama, tabiit-tabiin, sahabad rodliayallahuanhu dan taudaladan kita nabi yang Agung Muhammad Rosulullah dan tetap memiliki ruh jihat dalam hatinya kalimat lailahhaillallah muhammadar Rosullalah melalui inovasi dan pemikiran baru sehingga menambah ketawajuhan dalam beramal, pemikiran yang berpihak kepada keadilan, mengkader pemimpin-pemimpin bangsa yang berahlaqkul karimah. Ingsaallah (*Dosen STIKes Banyuwangi & Staf Keperawatan Jiwa PKJM/KKO Licin Banyuwangi)

Etika dan Etiket Profesi Keperawatan

Oleh : Kholid, SST. M.Kes

A. Pengantar
Teknologi maju telah menyebabkan munculnya pertanyaan mengenai hal ikwal kehidupan manusia, kualitas hidup dan etika professional. Pertanyaan moral yang paling mendesak pada era teknologi ini adalah kehidupan yang sejahtera, namun demikian tidak sedikit dijumpai adanya teknologi menjadikan alat untuk melakukan penyimpangan, seperti ; oborsi, penyimpangan penggunaan alat kontrasepsi, penganiayaan, bunuh diri, transplantasi.
Kita tahu manusia itu dinilai oleh manusia lain dalam tindakannya. Ada beberapa macam penilaian tindakan manusia, seperti ; Tindakan dinilai dari keadaan sehat dan sakit, yang menilai ini biasanya dokter, kemudian penilaian ini disebut penilai medis. Tindakan dinilai menurut indah tidaknya tindakannya, orang dinilai indah jalannya, indah nyanyiannya dan seterusnya, kemudian penilaian ini disebut penilaian estetis. Tindakan dinilai baik dan buruknya seseorang, penilaian ini disebut penilaian etis dan moral.
Untuk memahami etika, maka ada 2 aspek dalam menilai baik – buruk, yaitu; 1) aspek tahu, 2) aspek memilih :
Contoh
orang tidur ngorok ------ tidak dapat dinilai baik –buruk
orang mengendarai mobil tiba-tiba menabrak ------- maka ia pun tidak dapat dinilai baik – buruk
pada anak ------ belum mendapatkan penilaian baik - buruk

Berbagai makna terminologi etika. Etika berhubungan dengan bagaimana seseorang harus bertindak dan bagaimana melakukan hubungan dengan orang lain. Etika tidak hanya menggambarkan sesuatu, tetapi lebih kepada perhatian dengan penetapan norma dan standar seseorang dan yang seharusnya dilakukan. Etika menitikberatkan pada pertanyaan atas apa yang baik dan yang buruk, karakter, motif atau tindakan yg benar dan salah. Etika dalam keperawatan kesehatan, dimana etika perawat memfokuskan pada apa yang baik dan benar untuk kesehatan dan kehidupan manusia.
Pandangan tentang ilmu etika dengan ilmu lain, Contoh perbedaan ilmu etika dengan ilmu budaya, 1) Obyek materi : kedua bidang ilmu tersebut sama-sama mempelajari manusia, 2) Obyek forma ; ilmu etika mempelajari tindakan manusia yang dilakukan dengan sengaja, sedangkan ilmu budaya mempelajari hasil cipta manusia.
Etika mempelajari tindakan manusia yang di sengaja, Bagaimana yang dimaksud dengan tindakan sengaja ?, apakah ada kehendak bebas dalam tindakan sengaja itu?
Jika didefinisikan secara umum terminologi moral dan etik adalah sama, meskipun terdapat sedikit perbedaan makna. Moral merupakan perilaku aktual, kebiasaan dan kepercayaan kelompok orang atau kelompok tertentu. Moral memiliki karakter social, sedangkan etika adalah pola atau cara hidup, sehingga etika dalam keperawatan merefleksikan sifat, prinsip, dan standar perawat untuk berperilaku profesional.
Etika terlahir dari nilai yang diyakini. Nilai akan tertanam pada diri seseorang apabila orang tersebut berada dalam sebuah masyarakat. Kekuatan dan keajegan masyarakat dalam mempertahankan nilai-nilai akan mempengaruhi moral masyarakat. Nilai tersebut berupa; agama, budaya, pendidikan. Tertanamnya nilai kedalam diri kemudian membentuk sebuah kepribadian akan membantu seorang dalam bertindak. Nilai dan etika saling berhubungan, penanaman nilai sejak dini akan membentuk moralitas pribadi yang tercermin dalam perilaku dalam berhubungan, pengambilan keputusan seseorang serta tindakannya mengacu kapada kaidah-kaidah profesi.
Penerapan etika sering berbenturan dengan budaya dalam masyarakat, seperti kasus persalinan lama. Seorang perawat atau bidan dengaan pengetahuan yang dimiliki, kasus ini harus segera dirujuk ke Rumah sakit. Tatapi lain dengan masyarakat, ia masih harus mempertimbangkan beberap hal, mengenai masalah yang berkenaan adapt-istiadat, kepercayaan seperti mecari orang yang dipercaya dapat menyelesaikan melalui doa dan sajian-sajian, mengumpulkan keluarga dalam membawa ke pelayanan kesehatan yang menyangkut biaya, dan banyak hal dalam mesyarakat kaitannya pengambilan keputusan tindakan kesehatan yang akan dilakukan.
Berbuatlah baik pada sesama, maka anda etis, benarkah demikian ? Contoh, Ada teman butuh uang satu juta; sebagai orang baik dan etis, anda serta merta meminjami. ternyata uang tersbt digunakan untuk judi dan minum-minuman keras, teman anda kalah dan mabuk, sampai rumah teman anda memukuli istrinya karena lambat buka pintu.. Sudah etiskan anda ?. Lebih rumit lagi etika di tempat kerja. Contoh, Seorang perawat merawat pasien menerima pemberian dari keluarga pasien. Apakah ini etis ?

B. Pengertian Nilai, Moral dan Etika
1. Nilai
Nilai adalah seperangkat keyakinan dan sikap terhadap sesuatu yang benar, indah, berguna mengenai pemikiran, benda, atau perilaku yang dimiliki individu. Nilai terlihat dalam tindakan; memberi arah dan memberi arti untuk menjalani kehidupan.
Nilai berkembang dari pengalaman-pengalaman yang didapat dari orang-orang dan dari lingkungan sekitar. Nilai-nilai membentuk dasar perilaku, sehingga seseorang meyakini suatu nilai, maka perilaku yang ditampakkannya adalah sesuai dengan nilai tersebut. Nilai-nilai yang dianut ini akan mengontrol perilaku dan sangat bermakna untuk mengambil suatu keputusan. Ada 2 bentuk nilai, yaitu : 1) nilai intrinsic ; berhubungan dengan segala sesuatu yang berguna untuk mempertahankan hidup, misalnya makanan, air, udara segar. 2) Nilai ekstrinsik ; berasal dari luar individu dan tidak terlalu perlu untuk mempertahankan hidup, misalnya tentang kemanusiaan, kesejahteraan.
2. Moral
Moral berasal dari bahasa latin : Mores yang berarti : adat kebiasaan. Moral adalah keyakinan individu bahwa sesuatu adalah “mutlak” baik atau buruk walaupun situasi berbeda. Moral salalu dikaitkan dengan ajaran baik buruk yang diterima umum atau masyarakat. Karena itu adapt-istiadat masyarakat menjadi standar dalam menentukan baik dan buruknya suatu perbuatan. Contohnya apabila seseorang mempunyai keyakinan yang kuat meskipun ia bepergian ke suatu tempat yang segala sesuatunya berbeda maka keyakinannya tidak akan berubah.
Perkembangan moral ini dimiliki sejak lahir sesuai dengan keyakinan bahwa manusia berkembang terus sampai ia meninggal moral ini akan berkembang terus. Apabila seseorang masuk ke pendidikan keperawatan maka ia telah memiliki seperangkat moral sampai dengan usia 18 tahun. Keyakinannya melihat yang baik adalah baik dan yang buruk adalah buruk akan memudahkan ia untuk masuk kesuatu kode etik profesi.
3. Etika
Etika berasal dari Etiket (Bahasa Perancis) artinya Undangan. Para raja pada saat itu mengatur bagaimana kegiatan-kegiatan seremonial dapat bejalan secara baik. Kemudian Etika dapat diartikan tatanan perilaku berdasarkan system tata nilai suatu masyarakat tertentu. Etika lebih banyak dikaitkan dengan ilmu filsafat, karena itu standar baik dan buruk itu adalah akal manusia.
4. Akhlak
Akhlak dalam kamus besar Bahasa Indonesia artinya budi pekerti atau kelakuan. Dalam bahasa arab akhlak artinya: tabiat, perangai, kebiasaan.
Akhlak adalah sikap yang melekat pada diri seseorang yang diwujudkan dalam tingkah laku atau perbuatan. Apabila perbuatan itu baik menurut agama maka perbuatan atau tindakan itu disebut akhlakulkarimah (akhlak yang mulia) sebaliknya apabila buruk disebut akhlakul mazmumah (akhlak yang tercela). Standar baik dan buruk akhlak berdasarkan Alquran dan Sunah Rosul. Sedangkan moral dan etika berdasarkan adat istiadat atau kesepakatan yang dibuat oleh suatu masyarakat.
C. Prinsip-prinsip Etika
Etika dalam makalah ini adalah normative ethics, yaitu standar moral yang mengatur benar atau salah. Dalam prinsip normatif klasik mengemukakan; we should do others what we would want others to do us.
Terdapat tiga pendekatan dalam etika normative, yaitu : a) Virtue Theories ( Teori kebajikan), b) Duty Theories ( Teori Kewajiban) dan c) Consequentialist Theorist (Teori Konsekuensi)
1. Virtue Theories ( Teori kebajikan)
Teori ini lebih memberi penekanan pada perilaku baik, sebagai suatu kebajikan atau Virtue. Menurut Plato terdapat empat Cardinal Virtue; Bijak, Berani, sederhana, dan adil. Fieser (2003) menambahkan: tabah, tulus, mempunyai harga diri, sabar dan dermawan.
2. Duty Theories ( Teori Kewajiban)
Menurut Ross ada 7 kewajiban yang harus dilakukan manusia :
1) menepati janji,
2) memberi ganti rugi jika kita merugikan org lain,
3) Berterimakasih kepada orang yang membantu kita,
4) tidak menyakiti orang lain,
5) meningkatkan citra,
6) pengetahuan, dan
7) Ketrampilan pribadi.
Ross menyatakan bahwa dimungkinkan akan terjadi konflik kewajiban. Sehingga kita harus bijak dalam mengambil keputusan. Contoh, seorang direktur yang memecat mahasiswa yang mencuri, jelas menyakiti orang lain, tatapi ia telah berlaku adil dan membantu mahasiswa lainnya.
3. Consequentialist Theorist (Teori Konsekuensi)
Teori ini menetapkan baik buruknya suatu perilaku berdasarkan “analisis harga dan manfaat” atas konsekuensi tindakan. Jadi suatu aksi secara moral dikatakan benar apabila akibat baik dari aksi tersebut lebih banyak dari pada akibat buruknya. Bila konsekuensi baik lebih banyak dari konsekuensi buruk berarti tindakan kita benar.
D. Kode Etik Keperawatan
Karakter dan sikap perawat terbentuk dari hubungan emosional dengan masyarakat. Seorang perawat akan memiliki perasaan empati, apabila perawat memahami situasi yang dialami orang lain. Penerapan perawatan professional harus diawali dengan perubahan dari berfokus pada kepentingan pribadi, kepada kepentingan orang lain atau orang banyak, sehingga seorang perawat ditutut untuk mampu mengambil sebuah keputusan. Untuk itu menjadi seorang perawat professional secara aktif berpartisipasi dalam mengembangkan identitas moral lewat kode etik.
Kode merefleksikan prinsip etik yang secara luas diterima oleh anggota profesi. Kode ditulis secara umum, universal. Kode tidak memaksa seorang perawat untuk menerapkan dalam situasi khusus, namun kode tersebut memberikan panduan untuk membantu perawat dalam pertimbangan moral. Kode merefleksikan autonomi (kebebasan dalam memilih), kemurahan hati (bertindak baik), nonmaleficence (penghindaran dari bahaya), keadilan (memperlakukan semua orang secara adil) serta prinsip skunder dari kejujuran (bicara kebenaran). Kesetiaan (memegang janji) serta kerahasiaan (menghormati informasi tertentu).
E. Tanggung jawab dan tanggung gugat
Seorang perawat memiliki tanggung jawab dan tanggung gugat dalam memberi asuhan keperawatan. Tanggung jawab mengacu pada pelakasanaan tugas yang dikaitkan dengan peran perawat. Seperti seorang perawat ketika memberikan medikasi, maka seorang perawat mempunyai tanggungjawab dalam mengkaji kebutuhan kliean terhadap obat-obatan, memberikannya secara benar dan dalam dosis aman, serta mengevaluasi terhadap respon setelah diberi obat.
Tanggung jawab perawat dalam menjalankan tugas berdasarkan kompetensi. Untuk mempunyai kompetensi seorang perawat harus memiliki pengetahuan dan kemampuan. Seorang perawat memiliki latar belakang pendidikan yang jelas seperti ia harus terlebih dahulu menempuh jenjang pendidikan yang telah dtetapkan oleh profesi seperti, Diploma III Keperawatan atau S-1 Keperawatan dan seterusnya.
Tanggunggugat artinya seorang perawat dalam setiap tindakannya harus dapat memberikan alasan. Seorang perawat bertanggunggugat atas dirinya sendiri, klien, profesi, atasan dan masyarakat. Seperti jika seorang perawat salah dalam memberikan dosis medikasi maka seorang perawat bertanggunggugat kepada klien, dokter yang memberikan perintah atau program terapi, profesi serta masyarakat.
Tanggunggugat memicu evaluasi efektif perawat dalam prakteknya. Tanggunggugat professional memiliki tujuan, sebagai berikut : 1) mengevaluasi atau menkaji ulang terhadap praktek yang telah ada, 2) mempertahankan standar perawatan, 3) memudahkan dalam merefleksikan pemikiran, dan pertumbuhan pribadi, 4) memberikan dasar pengambilan keputusan etis.

Daftar Pustaka
Potter & Perry (1997). Buku Ajar Fundamental Keperawatan; Konsep, Proses, dan Praktek, Yasmin dkk, 1999 (alih bahasa), Yulianti, dkk, 1999 (Editor), Penerbit EGC, Jakarta.

PROBLEMA KESEHATAN JIWA

PROBLEMA KESEHATAN JIWA


Delema dalam menghadapi Krisis di Usia Remaja !
Oleh. Kholid, SST. M.Kes*)

Krisis merupakan gangguan internal yang ditimbulkan oleh peristiwa yang menegangkan dan mendadak apakah itu bencana, kehilangan atau perseteruan. Sehingga keadaan ini membuat orang sulit mempertahankan keseimbangan, yang terjadi orang tersebut tidak mempu berfikir jernih alias bingung atau stres, dan jika keadaan ini tidak kunjung reda maka energi yang dikeluarkan akan habis sehingga orang tersebut pada akhirnya mengalami kelahan atau sakit. Maka apabila situasi krisis ini segara mendapakan penanganan optimal maka akan a) Menurunkan emosi disaat stress, b) lebih produktif dalam mengelola sumber-sumber koping/pertahanan, dan c) mereka tidak jatuh dalam keadaan yang lebih berat yaitu gangguan jiwa. Krisis terjadi secara mendadak, terjadi pada setiap orang, keluarga, kelompok, individu tersebut tidak siap menghadapi kejadian, kegagalan menangani kejadian tersebut dapat berdampak meningkatnya tekanan pada dirinya, perasaan menjadi cemas, takut, merasa bersalah atau berdosa, marah malu dan biasanya keadaan bertambah menderita. Lama atau waktu terjadinya krisis yaitu; krisis yang berjangka pendek antara 23 –36 jam, sedangkan krisis yang berjangka lama berkisar antara 4-6 minggu.
Krisis merupakan istilah umum yang digunakan masyarakat dalam situasi dimana terjadi perubahan keadaan secara tiba-tiba. Menurut Caplan (1964) krisis adalah kondisi kacau pada saat keadaan stabil. Sedangkan Petzold (1985); schnyder and Matter (1993) yang dikutip oleh Schinyder (1997) menyatakan bahwa krisis terjadi karena adanya gangguan dalam sistem diri manusia baik yang ada dalam diri biologis, psikologis dan sosial, hal ini disebabkan oleh karena strategi koping yang dimiliki individu tidak dapat mengembalikan kondisi seimbang. Jika kondisi ini terjadi terus-menerus akan mengacam sistem diri. Krisis dapat dikatogorikan menjadi krisis maturasi/perkembangan, krisis situasi.
Para ahli psikologi dalam menganalisa terhadap situasi krisis. Selama masa perkembangan 2 kali individu mengalami kegoncangan atau krisis; Pertama tahun ketiga dan keempat kehidupan sedang ke-dua masa permulaan pubertas (pada perempuan usia 9 -11 tahun sedang laki-laki usia 13 – 15). Berdasarkan dua masa kegoncangan tersebut, perkembangan individu dapat digambarkan melewati tiga periode, yaitu : a) dari lahir sampai masa kegoncangan pertama ( tahun ketiga atau keempat yang disebut masa anak-anak), b) dari masa kegoncangan pertama sampai masa kegoncangan kedua yang disebut masa keserasian bersekolah, dan c) dari masa kegoncangan kedua sampai akhir masa remaja yang disebut masa kematangan.
Bagaimana dengan kondisi remaja ?
Kegoncangan yang terjadi pada ramaja sangat kompleks jika dibandingkan dengan usia anak-anak, pada anak-anak lebih kepada kecukupan nutrisi dan pola asuh orangtua. Ada 4 faktor yang
perlu dipahami oleh orangtua dan masyarakat menyangkut kehidupan remaja, pertama factor biologi, seiring dengan pertumbuhan maka usia remaja secara progresif tumbuhnya hormone remaja seperti gonadotropin atau prolaktin serta kelenjar-kelenjar tubuh lain, yang ditandai dengan munculnya ciri-ciri sek skunder, factor kedua yaitu psikologi, anak berusaha untuk mengekspresikan perasaannya kedalam emosinya yang ia inginkan atau idolakan, sehingga pada usia remaja ini adalah usia yang penuh intuitif dan inspirasi dalam membangun diri kedepan, dan factor ketiga adalah factor sosial, pada usia ini anak mulai menjalin hubungan dengan kelompoknya/groupnya, ia mulai memisahkan diri dari orangtuannya, maka apabila kelompok-kelompok yang di bangun oleh remaja itu positif maka akan memberikan kontribusi besar terhadap keberhasilan atau kesuksesan , sebaliknya apabila kelompok tersebut mengarah kepada hal-hal negative maka sebaliknya kegagalan yang didapatkan, dan factor yang menentukan adalah spiritual, maka jangan heran atau terperangah terhadap kehidupan beragama seorang anak remaja, kelau mereka mendapat spirit keagamaan yang bagus maka ia korbankan jiwa dan raga demi keyakinannya dalam arti agamanya, bangsa dan negaranya. Tetapi yang terjadi sekarang seiring dengan pertumbuhan dan perkembangan, anak remaja dihadapkan situasi lingkungan yang serba enak dan mudah tetapi dibalik kemudahan dan serba enak akibat teknologi adalah ketidakmampuan untuk menahan diri sehingga tidak sedikit remaja terlena terhadap kesenangan sementara seperti perilaku konsumtif, narkoba, berlama-lama menikmati tayangan TV atau Internet, sek bebas, sehingga menghapus keinginan-keinginan mulia.
Dampak tehnologi memang sangat luar biasa, maka era saat ini banyak kelangan menyebut sebagai The agony of modernization yaitu azab sengsara karena modernisasi dan industrialisasi berdampak pada dehumanisasi, yakni orang sudah mengesampingkan atau meninggalkan nilai-nilai kemanusiaan, orang-orang meninggalkan nilai-nilai kegotong-royongan, hormat–menghormati tepo seliro, yang lebih parah agama mulai di tinggalkan sebaliknya situasi menjadi tidak beradab; tidak lagi santun dalam berkomunikasi, saling menjatuhkan, saling menghina dan ini tontonan setiap hari pada anak-anak remaja kita sebagai penerus bangsa.
Keberhasilan resolusi krisis kemungkinan besar terjadi jika persepsi remaja terhadap peristiwa adalah realistic; menekan atau menseleksi pernyataan-pernyatan yang tidak realistic, tayangan-tayangan media yang tidak realistik, tersedianya dukungan social, yaitu orang yang dapat membantu menyelesaikan masalah seperti guru, ustad, saudara, teman akrab, kemampuan remaja dalam menggunakan pertahanan diri akan membantu mengurangi kegoncangan. Disamping itu untuk memahami makna krisis bagi perkembangan kepribadian, kita mengingat kembali fungsi ego atau fungsi akal. Tugas utama ego ialah menyesuikan diri terhadap dunia luar sesuai dengan kemampuan akal. Kemampuan untuk menghadapi dan menanggulangi tergantung dari kekuatan kepribadian. Seorang yang kuat egonya akan sanggup memelihara keutuhan jiwanya, sebaliknya bila rapuh ia akan mudah tergelincir. Kuat dan rapuh itu tergantung pembawaan dan pengalaman.
Fase-fase krisis
Menurut Eric Lendemen (1965), Gerald Caplan (1964) yang dikutip oleh Chiver (1998) fase-fase krisis meliputi: Pre crisis - status individu dalam kondisi seimbang, individu mampu mengatasi stres setiap hari; Impact, adanya kejadian yang mendadak, individu berusaha menyangkal atau tidak menerima kejadian tersebut; Crisis individu terganggu pola pertahanan dirinya, individu saling menyalahkan, individu merasionalisasikan keadaan, tidak efektifnya perilaku aktifitas sehari-hari; Resolusition, individu mengakui realitas yang sedang terjadi, usaha menggunakan pendekatan pemecahan masalah melalui uji coba (trial and error), secara tidak langsung mulai mengatasi kecemasan, namun individu masih memperlihatkan depresi dan masih tampak mengalami harga diri rendah; Post Crisis Jika kemampuan individu dalam mempertahankan diri potisif sesuai dengan pertumbuhan dan perkembangannya maka akan mudah beradaptasi, sebaliknya jika peran dan fungsinya dibatasi oleh lingkungannya maka akan terjadi penolakan, represi, tidak efektifnya koping serta tidak mampu memecahkan masalah.
Intervensi Krisis
Krisis intervensi adalah sebuah aktifitas sementara dalam situasi stres. Individu dalam hal ini remaja aktif dalam melakukan intervensi krisis; ia menyeleksi atau mengklarifikasi masalah, mengungkapkan perasaan, menyatakan tujuan serta merencanakan pengambilan keputusan. Keberhasilan intervensi krisis sangat ditentukan oleh lingkungan individu terutama keluarga, teman dekat, masyarakat, dan unit perawatan jiwa atau psikiatrik.
Upaya yang dapat membantu mengatasi krisis adalah dengan pendekatan keluarga. Namun sayangnya keluarga ikut terbawah arus modernisme, orangtua tidak menjadi tauladan atau contoh bagi anak-anaknya. Apabila keluarga berfungsi sebagai madrasah diniyah ula maka akan menekan kenakalan remaja. Kedua kelompok sebaya atau group, maka jika remaja berada dalam kelompok yang baik maka remaja tersebut mendapakan support yang konstruktif, namun sebaliknya jika remaja tersebut berada dalam kelompok yang buruk seperti, kebiasaan merokok, minum-minuman keras, pergaulan bebas, maka remaja tersebut beresiko distruktif. Ketiga guru/atau ustad adalah orangtua kedua bagi anak remaja, apabila guru atau ustad dapat mendengarkan keluhan dan memecahkan masalah remaja akan membantu mengurangi situasi krisis. Dan Ke-empat Support system/lingkungan sangat diharapkan oleh seorang anak remaja dalam mengatasi krisis. Lingkungan keluarga misalnya disitu ada ayah, ibu, anak, dan kakek atau nenek dapat memahami anak remajanya yang sedang tumbuh dan berkembang, dan bisa mengatasi masalah yang dihadapi anaknya. Lingkungan sekolah misalnya disitu ada guru, siswa dan orang tua siswa saling bekerja sama dalam pengawasan anak remajanya dan dapat memahami dan meberikan solusi terbaiknya. Lingkungan masyarakat di situ Ingsaallah.(* Dosen STIKes Banyuwangi, Staf Keperawatan Jiwa PKJM/KKO Licin Banyuwangi)

DAMPAK TIDUR TERHADAP GANGGUAN JIWA

(Kholid, SST.M.kes)

A. Pengantar
Tidur merupakan salah satu kebutuhan primer manusia. Kira-kira sepertiga waktu hidup manusia dilewatkan dalam keadaan tidur. Dahulu tidur dianggap sebagai suatu keadaan yang mirip sekali dengan kematian; dalam keadaan tidur tidak terjadi apa-apa, manusia kehilangan kesadarannya, juga kehilangan kemampuannya. Dan mitologi dikisahkan bahwa Dewa tidur bersaudara dengan dewa kematian. Ternyata anggapan seperti itu kemudian terbukti keliru, karena selama tidur terjadi serentetan peristiwa yang punya makna fisik dan psikologis. Dengan tidur manusia menghilangkan kelelahan fisik dan mental.
Kesehariannya aktifitas kita dibagi menjadi tiga yaitu sepertiga untuk bekerja, sepertiga untuk bersenang-senang dan sepertiga untuk tidur. Bagi orang dewasa normal kebutuhan waktu untuk tidur berkisar antara 6 sampai 7 jam dalam sehari, sedangkan lanjut usia waktu tidurnya lebih sedikit. Pada umumnya para pakar tidur menduga tidur mempunyai peran restorasi (pemulihan) yaitu untuk pemeliharaan kesegaran tubuh sepanjang hidup kita. Dalam keadaan normal orang bisa mengalami gangguan tidur (insomnia) disebabkan karena adanya penyakit fisik yang mendadak seperti panas yang tinggi, rasa nyeri hebat, gangguan emosional dan lain-lain.
Jutaan orang di dunia apakah Amirika atau Indonesia telah mengalami insomnia setiap malam dalam tiap tahun. Allan-Rechtschaffen dalam penelitiannya tentang tidur melalui pertanyaan sederhana seperti apakah anda mengalami kesulitan untuk jatuh tidur atau sering terbangun?, hasilnya ternyata 14 dari 100 penduduk menjawab sering, hal ini berarti 14 % dari populasi sering menderita insomnia. Tiga puluh persen (30%) penderita anxietas mengalami insomnia, demikian kasus depresi. Jutaan orang pada setiap hari menderita depresi yang ringan sampai berat. Sebagai contoh proses insomnia patologis pada kasus depresi berlangsung lama, intensitasnya tinggi dan menyebabkan efesiensi kerja keesesokan harinya menjadi kurang. Depresi merupakan manifestasi dari gangguan emosional yang dapat memperlihatkan beberapa bentuk seperti sering terjaga dalam tidur atau terbangun pada dini hari Hal ini terjadi karena adanya gangguan problem finansial, dapat pula karena kesulitan marital dan social, adanya kecelakaan atau kehilangan yang dikasihi atau tak berhasilnya ambisi-ambisi pribadi.
Kekurangan tidur dalam jangka waktu tertentu menimbulkan keluhan rasa lelah, penurunan psikomotor, hipersensitif terhadap rangsangan nyeri (fisik dan mental), kurang gesit, kesulitan dalam hubungan sosial, peningkatan libido, gangguan konsentrasi berfikir, kebingungan, emosi labil, ingatan menurun dan gangguan kejiwaan.

B. Pengertian tidur
Batasan tidur sulit diseragamkan, tergantung dari sisi mana orang melihatnya; Hartmann mengemukakan tentang batasan tidur adalah suatu keadaan tertentu yang teratur dan berulang, ditandai dengan keadaan yang relative tenang/diam dan meningkatnya ambang terhadap rangsangan dari luar dibandingkan dengan saat jaga ( bangun )
Penulis lain membuat batasan tidur sebagai suatu keadaan yang bersifat diurnal, ritmis dimana orang dalam keadaan diam dengan kesadaran ditekan sehingga ia terpisah dari lingkungannya. Fenomena tidur dapat didefinisikan sebagai suatu keadaan menutupnya mata, kontriksi pupil, relaksasi otot-otot, menurunnya tekanan darah, detak jantung dan metabolisme yang fisiologis dan berulang disretai gambaran rekaman otak yang karakteristik.

B. Fase-fase Tidur
Berdasarkan atas tanda-tanda yang baku, terutama gerakan bola matanya, maka tidur sebenarnya terdiri dari 2 fase yaitu :
1. Fase Non REMS ( Non Rapid – Eye – Movement – Sleep ) dan
2. Fase REMS ( Rapid – Eye – Movement – Sleep )


C. Tanda/gejala tidur :
a. Fase Tidur Non REMS
Disebut juga fase sinkronisasi, tidur S atau tidur tanpa mimpi.
Fase ini ditandai dengan timbulnya gelombang lambat dalam rekaman otak yang disebut Slow Wave Sleep dan tidak adanya gerakan bola mata yang intensif dan cepat. Rekaman otot menunjukkan penurunan kegiatan otot dibandingkan waktu bangun.
Tidur S terdiri atas 4 tingkatan, berdasarkan atas kedalaman tidurnya, yaitu
Tingkat 1 Ngantuk ( drawsiness )
Saat masih baru terlena dan merupakan transisi dari bangun ke tidur. Tidurnya masih dangkal dan mudah dibangunkan dengan suara atau sentuhan ringan. Otot-otot mulai relaksasi sehingga tidak lagi mampu menyangga kepala dan tubuh agar tetap tegak, kecuali otot spingter justru berkontraksi untuk mencegah agar tidak beser kencing atau berak. Pada orang normal, tidur tingkat 1 ini merupakan 5 – 10 % bagian dari total waktu tidur. Pada EEG muncul gelombang α, β. dan α ( teta ) ( belum merasa tidur betul ).
Tngkat 2 Tidur ringan ( Light steep )
Permulaan dari tidur yang sebenarnya dan bila dibangunkan orang ini sudah merasakan tidur. Pada rekaman otak sudah mulai muncul gelombang tidur (sleep spindle) dan K – kompleks. Dan akhir tidur tingkat 2 ditandai dengan munculnya gelombang δ ( delta ).
Pada orang normal lamanya tidur ini sekitar 15 – 20 menit, Yang dimaksud dengan sleep Latency adalah mulai munculnya tidur tingkat 2 dengan permulaan orang tersebut memejamkan mata, orang normal sleep latencynya 5 – 13 menit. Pada orang dengan gangguan tidur sleep latency-nya lebih lama dari 13 menit.
Tingkat 3 Tidur sedang ( Moderete sleep )
Tidur yang cukup dalam sehingga lebih sulit dibangunkan dan terjadi sekitar 30 – 45 menit setelah permulaan tidur. Merupakan bagian 3 – 4 % dari seluruh waktu tidur. Pada EEG ada gelombang lambat (slow wave) delta dan teta yang jelas mencapai 50 % gelombang rekaman. K-kompleks jumlahnya menyolok dan dominan.

Tingkat 4 Tidur Dalam ( Deep Sleep )
Tidur lelap atau nyenyak yang paling sulit dibangunkan. Tonus otot hilang sama sekali dan mata berhenti bergerak irama pernafasan dan detak jantung menurun. Rekaman otak dominasi gelombang delta lebih dari 50 %, sleep spindle menurun, sehingga tidur tingkat 4 dan 3 ini disebut juga tidur delta. Pada manusia yang disebut slow wave sleep ( SWS ) adalah tidur delta ini ( tingkat 3 dan 4 )
b. Tidur REMS ( Rapid – Eye – Movement – Sleep )
Atau Tidur D, Pada tidur ini tonus otot yang semula hilang muncul kembali, terutama otot ekstremitas dan rahang bawah, bahkan sekali-kali mengejang. Bola mata bergerak bahkan dengan kecepatan tinggi namun tetap dalam keadaan tidur dalam ( paradox )
Tidur D terjadi sekitar 70 – 90 menit setelah mulai tidur dan lamanya bervariasi dari 5 menit (pada siklus awal) sampai dengan 60 menit (pada siklus akhir tidur). Periode mulai memejamkan mata sampai mulainya REMS disebut REMS latency yang punya arti klinis pada gangguan tidur. Tidur REM merupakan 20 – 25 % total tidur. Rekaman otak menunjukkan adanya gelombang frekwensi tinggi dan voltage rendah yang mirip rekaman otak orang bangun, disertai gerakan mata regular tapi sporadic. Tidak ada gelombang delta, spindle sleep dan K- Kompleks, namun ada gelombang teta didaerah hipokampus.

D. Irama Circardian
Kegiatan berulang (siklus) yang terjadi selama kira-kira sehari. Ritme Circardian adalah suatu keadaan fisiologis hormonal yang fluktuatif secara tetap selama 24 jam.
Irama circardian artinya Circa = kira-kira dan Dian = hari, irama ini merupakan bagian dari irama kegiatan kehidupan yang disebut bioritma. Tidur dan bangun merupakan salah satu manifestasi irama circardian yang berlangsung selama kurang lebih 24 jam mengikuti irama siang dan malam atau terang dan gelap.
Pada malam hari terdapat kemudahan untuk tidur karena pada malam hari lingkungan sekitar kita tenang dan cuaca lebih sejuk. Namun yang terpenting adalah factor dari dalam tubuh sendiri, pada malam hari timbul rasa ngantuk akibat lepasnya berbagai jenis neurohormon yang merangsang tidur. Sebaliknya pada siang hari lebih pas untuk mencari nafkah dan melakukan kegiatan produktif, karena suasana lingkungan yang terang benderang dan hilangnya rasa kantuk.
Irama circardian berkaitan erat dengan kerja susunan syaraf ( SS ) otonom yang terdiri 2 komponen, yaitu syaraf simpatik dan para simpatik. Pada siang hari akibat factor dari luar dan dalam tubuh terjadi peningkatan SS simpatik sehingga tubuh mempunyai kemampuan siap siaga menghadapi perjuangan sebaliknya SS parasimpatik menurun kegiatannya. Pada malam hari Kegiatan SS parasimpatik meningkat sedangkan kegiatan SS simpatik menurun atau tetap. Kondisi ini disebut Trophotropic endophylactic.

E. Lonceng Tubuh
Berkaitan dengan irama circardian diduga ada lonceng didalam otak yang mengatur irama tersebut dengan perubahan pencahayaan oleh mata. Lonceng tubuh didalam otak ini mempunyai jalur saraf dengan mata, lonceng tubuh ini terletak di inti supraklasma hipotalamus.
Hipotalamus merupakan bagian otak yang mengatur SS otonom, sedang SS otonom adalah SS yang mengendalikan fungsi jaringan tubuh yang bekerjanya diluar kemampuan kita, suhu tubuh, tekanan darah, detak jantung, pernafasan, pelepas hormon, serta tidur dan bangun.
1. Persarafan terkait dengan tidur
Struktur bagian otak yang terkait dengan tidur dan bangun;
a. Basal forebrain
b. Inti thalamus intralamina
c. Formasio retikularis
d. Bahan penidur dalam tubuh
Tubuh mengeluarkan beberapa macam bahan yang dapat menimbulkan kantuk dan tidur antara lain :
a. Delta sleep inducing factor
b. Crowth hormone releasing factor
c. Somatostatin
d. Growth hormone
e. Arginine vasotocin
f. Prostadglandins
g. Metil peptides ( Faktor s )
h. Sirotonin
i. Melatonin Uridine
j. Adenosine
Selain itu tubuh juga mengeluarkan beberapa bahan yang menyebabkan bangun ( jaga ) antara lain;
a. Alpa-meinocyte-stimulating hormone
b. Corticotropin releasing factor
c. Thyrotropin releasing hormone dan
d. Endogenous opioids.
2. Fisiologi Tidur dan bangun
Bangun (jaga) berkat rangsangan terus-menerus batang otak melalui ARAS. Rangsangan akan berkurang manakala kegiatan meningkat dari system refe yang letaknya dibatang otang menekan ARAS.
Pada malam hari setelah matahari tenggelam, produksi meltonin meningkat berlipat ganda diduga jumlah serotonin diotak juga meningkat, Berawal dari tidur S ( non REMS). Tidur D ( REMS ) berkaitan dengan SS kolernergik dan SS Andrenergik yang intinya banyak terkumpul didaerah pons tepatnya didaerah Locus Cocruleus.

3. Gangguan Tidur
a. Insomnia
Tanda dan gejala : kesulitan mulai tidur, mudah terjaga saat tidur, bangun pagi sebelum waktunya
b. Excessive sleepiness, excessive day-time sleepiness ( EDS ), Day Time Sleepinees
Tanda gejala : tidur siang berlebihan, hypersomnia, kesadaran terganggu kesiapsiagaan dan koordinasi gerakan menurun.
c. Circardian sleep-wake Rhythm disorders ( kelainan irama circardian tidur dan bangun
Tanda gejala : pola tidur dan bangun tidak lagi sesuai, rasa capai, ngantuk tidak pada waktunya performen menurun selama bangun
d. Parasomnia
Tanda dan gejala : kelainan fisiologik dan patologik dari gerakan, Fungsi susunan saraf otonomik dan tingkah laku sebelum selam dan sesudah tidur.
F. Manfaat tidur
Restorasi pemulihan kesegaran tubuh ditunjukkan ;
Selama tidur S terjadi ;
a. anabolisme yaitu sintesa protein dan RNA
b. Mencegah kelelahan fisik dan psikik
c. Restorasi setelah mengalami kerja keras, nyeri dan cedera
Selama tidur D terjadi :
a. Memulihkan kemampuan belajar
b. Mengkonsolidasi ingatan
c. Restorasi sistem andrenergik ( Katekolamin )
d. Restorasi sistem Retikuler ( ARAS ) untuk menyiapkan kesiapsiagaan
G. Mimpi
Di dalam fase tidur D ini diyakini sebagai saat timbulnya mimpi, oleh karena 85 % orang yang dibangunkan pada saat tidur D dapat menceritakan mimpinya secara rinci, sedangkan bila dibangunkan pada fase tidur S orang tersebut tidak dapat bercerita tentang mimpinya.
Penelitian Detre dari Yale Medical School pada penderita depresi yang berat, yang pernah mencoba bunuh diri, maka mimpi-mimpinya bukanlah hal-hal yang menakutkan ataupun yang kasar (violence). Mereka terutama bermimpi tentang kesepian dan kesendirian kadang-kadang bermimpi diatas bukit dan melihat jurang yang dalam, kadang-kadang bermimpi ditepi pantai yang sepi disekitar batu-batu karang. Biasanya penderita depresi berat bermimpi tentang kesendirian dan kesepian di alam luas, tak berdaya mengahdapi kebesaran dan kekuatan alam.

H. Manajemen Keperawatan
a. Pengkajian
Ada beberapa hal yang perlu dikaji sehubungan dengan kebutuhan tidur dan istirahat yaitu :
1. Kebiasaan tidur
Perawat harus memperhatikan :
a. Kebiasaan banyaknya tidur pasien
b. Kebiasaan menjelang tidur
c. Jam berangkat tidur
d. Waktu yang diperlukan untuk dapat tidur
e. Jumlah terjaga selama tidur
f. Obat-obat yang diminum pasien dan pengaruhnya terhadap tidur
g. Lingkungan tidur sehari-hari
h. Persepsi pasien terhadap kebutuhan tidur
i. Posisi tubuh waktu tidur
2. Simptom dan tanda-tanda klinis kebutuhan tidur
a. Pasien mengungkapkan rasa capai
b. Pasien mudah tersinggung dan kurang santai
c. Apatis
d. Warna kehitam-hitaman disekitar mata, konjungtiva merah
e. Sering kurang perhatian
f. Pusing
g. Mual
Bila gangguan tidur atau kurang istirahat ini berlangsung lama maka dapat terjadi gangguan tubuh. Beberapa tanda-tanda gangguan tidur yang perlu diperhatikan adalah :
1) Perubahan kepribadian dan perilaku : agresif, menarik diri atau depresi
2) Rasa capai meningkat
3) Gangguan persepsi
4) Halusinasi pandangan dan pendengaran
5) Bingung dan disorientasi terhadap tempat dan waktu.
6) Koordinasi menurun
7) Bicara tidak jelas
2. Faktor-faktor yang mempengaruhi istirahat dan tidur
1) Penyakit yang disertai nyeri
2) Keadaan lingkungan yang tidak nyaman/tidak tenang
3) Kelelahan
4) Emosi tidak stabil
5) Beberapa jenis obat-obatan : penggunaan alkohol
3. Tahap perkembangan
Lama tidur seseorang tergantung pula pada usia
No Tingkat Perkembangan Pola tidur normal
1. BBL Tidur 14 – 18 jam/hari
Pernafasan teratur, gerak tubuh sedikit
50 % Tidur REM
Siklus tidur 45 sampai 60 menit
2. Bayi Tidur 12 sampai 14 jam/hari
20 sampai 30 % tidur REM
Tidur sepanjang malam dan tidur siang
3. Merangkak Tidur sekitar 11 s/d 12 malam/hari
( 1 s/d 3 tahun ) 25 % Tidur REM
Tidur sepanjang malam dan tidur siang
4. Pra sekolah Tidur sekitar 11 jam/hari
20 % tidur REM
5. Akil balik Tidur sekitar 7 sampai 8,5 jam/hari
20 % tidur REM
6. Dewasa muda Tidur 7 sampai 8 jam/hari
20 sampai 25 % tidur REM
7. Dewasa Tidur 7 sampai 8 jam/hari
pertengahan 20 % tidur REM mungkin mengalami
Insomnia dan sulit untuk dapat tidur
8. Dewasa tua Tidur sekitar 6 jam/hari
( diatas 60 thn ) 20 sampai 25 % tidur REM mungkin
Mengalami insomnia
Dan sering mengalami terjaga

4. Masalah – masalah tidur
a. Insomnia
Ketidakmampuan untuk mencukupi kebutuhan tidur baik kuantitas maupun kualitas.
Jenis insomnia ada 3 macam :
1) Insomnia inisial ( tidak dapat memulai tidur )
2) Insomnia intermiten ( tidak dapat mempertahankan tidur/sering terjaga )
3) Insomnia terminal ( bangun secara dini dan tidak dapat tidur lagi )
Jenis insomnia juga dapat dibedakan menjadi 2 menurut sumber penyebab :
1) Insomnia primer
2) Insomnia skunder
Pada insomnia primer penyebab belum diketahui, sedang insomnia skunder penyebabnya :
a) Gangguan jiwa : skizofrenia, mania, depresi, anxietas.
b) Gangguan fisik : hipertiroid, kurang gizi, gagal jantung, gagal ginjal kronik, penyakit nyeri.
c) Pengaruh lingkungan : tempat baru, terlalu gaduh, temperature meningkat atau menurun, jet lag ( perjalanan jauh yang beda waktu 6 – 10 jam
d) Makan/minuman : Cafein, teh, coca cola
e) Obat-obatan : amfetamin, diuretika, kopi, minuman keras, nikotin
b. Hypersomnia
Kebalikan insomnia yaitu kelebihan tidur (tidur lebih 9 jam dimalam hari), penyebab adalah:
1) Gangguan psikologis ( depresi atau kegelisahan )
2) Gangguan fisik (kerusakan sistem saraf pusat, ganggguan ginjal, hati atau metabolisme )
c. Para somnia
Suatu rangkaian gangguan yang mempengaruhi tidur anak seperti somnabolisme (tidur berjalan), ketakutan, dan enuresis (ngompol). Cenderung terjadi pada tahap III dan IV dari tidur Non-REM, gangguan ini sering dialami anak secara bersamaan dan diturunkan dalam keluarga.
d. Narkolepsi
Serangan menggantung secara mendadak disiang hari. Penyebabnya tidak diketahui diperkirakan akibat kerusakan genetic sistem saraf pusat, yang mana tidur REM tidak dapat dikendalikan.
e. Apnea saat tidur
Henti nafas saat tidur, tanda-tanda yang dapat dialami ; mengorok ngantuk berlebihan, kadang-kadang insomnia
f. Sudden Infant death Syndrome/SIDS (sindroma kematian bayi mendadak). Gangguan ini dapat terjadi pada bayi usia 12 tahun.

2. Diagnosa keperawatan :
a. Insomnia sehubungan dengan :
- Keadaan stress
- Nyeri atau ketidaknyamanan
- Menjauhkan diri dari obat-obatan akibat kecanduan
- Olahraga tidak mencukupi atau rasa bosan
b. Gangguan tidur sehubungan dengan :
- Gaduh
- Apnea
c. Hipersomnia sehubungan dengan penyakit hati
d. Potensial cedera sehubungan dengan somnabolisme

3. Perencanaan / pelaksanaan tindakan
Tujuan keperawatan secara luas adalah memenuhi kebutuhan tidur.
Tujuan lebih khusus lagi adalah mencegah kelelahan, menjaga keseimbangan aktifitas dan istirahat, menghemat energi fisik, mental dan emosional.
Dalam membuat rencana keperawatan pada klien gangguan tidur perlu dipertimbangkan lingkungan fisik; ruangan bersih/rapi; suhu ruangan; lampu/pencahayaan; dan lingkungan psikologis.

4. Tindakan keperawatan
a. Latihan secara rutin
b. Menciptakan lingkungan terapeutik
c. Menghindari perangsangan di sore hari
d. Melakukan aktifitas relaksasi sebelum berangkat tidur seperti membaca, bermain dan lain-lain.
e. Berangkat tidur hanya kalau mengantur
f. Bila tak dapat tidur sampai malam, segera bangun untuk melakukan relaksasi sampai merasa mengantuk.
g. Khusus untuk kolaborasi medik; pada insomnia bila penyebabnya tidak jelas dapat diberikan hipnotika. Akan tetapi bila penyebab primernya diketahui maka penyebab utama ini yang harus diobati.
Bila penyebabnya gangguan psikiatrik maka diberikan obat-obat psikotropik (neuroleptika )
Bila penyebabnya depresi, maka diberikan obat anti depresan.
Bila penyebabnya cemas, maka diberikan obat anti anxietas.
Insomnia akibat stress dengan gangguan penyesuaian maka dilakukan psikoterapi yaitu mengatasi sumber stress dan mekanisme pembelaan yang benar.

5. Evaluasi
a. Terpenuhinya tidur baik kualitas maupun kuantitas tidur
b. Pulihnya energi sehingga kemudian dapat melakukan aktifitas kembali
c. Menunjukkan keadaan emosial yang lebih baik tidak mudah tersinggung.

Referensi
Salan, R., Iskandar, Y., Reo.P., dkk (1985). Psikiatrik Biologik, Yayasan Darma Graha, Kebayoran lama, Jakarta

Kaplan, H.I., Sadock, B.J. & Grebb (1996). Sinopsis Psikiatri, Kusuma, W (alih bahasa), Binarupa aksara, Jakarta.

Shives, L.R. (1998). Basic Concepts of Psychiatric-Mental Health Nursing, Lippincott, Philadelphia, New York.