TEKNIK KOMUNIKASI DALAM KEPERAWATAN

Tujuan Instruksional Khusus
1. Mahasiswa mampu menjelaskan maksud dan tujuan komunikasi terapeutik
2. Mahasiswa mampu menyebutkan fase-fase komunikasi
3. Mahasiswa mampu menyusun strategi komunikasi terapeutik
4. Mahasiswa mampu menjelaskan maksud dan tujuan Analisa Proses Interaksi
5. Mahasiswa mampu menganalisis proses interakasi


A. Pengantar
WE WERE GIVEN TWO EARS BUT ONLY ONE MOUTH, BECAUSE LISTENING IS TWICE AS HARD AS TALKING (kita diberi dua telinga satu mulut tatapi mendegar lebih berat dari pada berbicara)

Komunikasi merupakan fasilitatif praktek keperawatan. Perawat dalam 24 jam prakteknya selalu berhubungan dengan klien dan relasi kerja apakah itu perawat-klien, perawat-keluarga, perawat-perawat dan perawat-dokter serta perawat dengan petugas kesehatan lain. Sehingga seorang perawat sudah seharusnya menyadari bahwa setiap perilaku merupakan komunikasi baik verbal maupun nonverbal. Seorang perawat dituntut untuk memiliki kemampuan dalam menjalin hubungan lebih-lebih 80 % hubungan kita lebih banyak nonverbalnya.
Menurut Towsend (1996), keperawatan kesehatan jiwa merupakan pemberian bantuan secara total kepada klien yang didukung oleh situasi belajar bersama perawat-klien. Hubungan terapeutik perawat-klien merupakan pengalaman belajar timbal balik dan pengalaman emosional korektif bagi klien. Dalam hubungan ini perawat menggunakan diri (self) dan teknik-teknik klinik tertentu dalam bekerja dengan klien untuk meningkatkan penghayatan dan perubahan perilaku klien. Untuk memenuhi hubungan yang terapeutik perlu fasilitatif yaitu komunikasi (stuart & sundeen, 1996). Ada dua syarat komunikasi itu efektif apabila, pertama komunikasi itu ditujukan untuk menghormati kedua belah pihak pengirim dan penerima dalam hal ini perawat dank lien, ke-dua adanya penerima atau terjalin trust (Varcarolis, 1990).
Dalam upaya membantu dan mempermudah dalam komunikasi maka sebelum melakukan komunikasi terlebih dahulu seorang perawat pemula harus menyusun strategi pelaksanaan komunikasi. Strategi pelaksanaan komunikasi merupakan rangkaian percakapan perawat dengan klien atau rekanan pada saat melaksanakan tindakan keperawatan. Strategi pelaksanaan ini melatih kemampuan intelektual tentang pola komunikasi serta kemampuan intelektual, psikomotor dan afektif secara terintegrasi.
Selanjutnya bila terjadi miskomunikasi maka perawat harus memiliki kemampuan untuk menganalisis pola komunikasi. Sebagai contoh Analisa Proses Interakasi (API), adalah sarana menganalisa tahap-tahap komunikasi antara perawat dan klien baik verbal maupun nonverbal. Kemudian keduanya dilakukan interpretasi.
Strategi pelaksanaan terdiri dari 2 (dua) bagian yaitu
1) Proses keperawatan dan
2) Strategi komunikasi pada saat melaksanakan tindakan keperawatan.

(1)Proses keperawatan merupakan kemampuan intelektual perawat dalam menjustifikasi sumber tindakan keperawatan yang akan dilakukan secara ilmiah.
Contoh 1.
Seorang perawat yang akan melakukan pengukuran tanda-tanda vital (TTV), sebelumnya ia harus mengetahui : 1) apa diagnosenya, 2) apa tujuan yang akan dilakukan TTV, dan 3) apa saja prosedur tindakan TTV.
Contoh 2
Seorang perawat akan membina hubungan saling percaya (BHSP), sebelumnya ia harus mengetahui : 1) Kondisi klien,
2) Apa diagnosenya,
3) Apa tujuan dilakukan BHSP, dan
4) Langkah-langkah dalam membina hubungan saling percaya.

(2) Strategi komunikasi dalam pelaksanaan tindakan keperawatan adalah tahapan komunikasi terapeutik perawat-klien; pra interaksi, perkenalan/orientasi, kerja dan terminasi.
Contoh
Salam terapeutik pada saat perkenalan, “Selamat pagi bu, saya Ana Maria, saya seorang perawat di ruang perawatan ini, saya biasa di panggil suster maria, nama ibu siapa? “saya pungki irawati”, senang dipanggil siapa ibu?, “ saya senang dipanggil ibu Pungki. Begini, ibu pungki saya suster maria yang akan merawat ibu pada sift pagi……. Dan seterusnya.

B.Maksud dan tujuan komunikasi
Menurut Echols dan Shadily (1997), Komunikasi merupakan upaya mengirim pesan sedangkan terapeutik berarti pengobatan, sehingga komunikasi dapat diartikan sebagai proses pengiriman pesan kepada satu atau lebih orang yang bertujuan untuk memberikan pengobatan atau kesembuhan.
Menurut Berlo’s (1960) yang dikutip varcarolis (1990) komunikasi merupakan proses pengiriman berita kepada satu atau lebih orang.
Tujuan membina hubungan terapeutik adalah
1) meningkatkan kesadaran diri,
2) meningkatkan identitas dan integritas diri,
3) meningkatkan kemampuan berhubungan intim dan interdependen,
4) meningkatkan fungsi dan kemampuan memenuhi kebutuhan diri.

C.Hubungan unsur unsur dalam komunikasi
Unsur-unsur dalam komunikasi, meliputi ;
1.Komunikator atau sumber adalah penyampai pesan
2.Incoding atau perumusan pesan adalah sebelum pesan disampaikan terlebih dahulu dirumuskan
oleh komunikator
3.Komunikan atau penerima adalah penerima pesan
4.Decoding atau menafsirkan adalah komunikan penafsirkan pesan yang telah disampaikan oleh
komunikator
5.Chanel atau saluran adalah sarana atau fasilitas sehingga pesan dapat tersalurkan
6.Massage atau berita adalah informasi

D.Teknik-teknik komunikasi
Perawat perlu memahami seluruh proses agar komunikasi mencapai tujuan dan waktu yang digunakan efektif. Perawat menghadirkan dirinya saat komunikasi harus totalitas, yaitu; fisik dan psikologis.
Ada lima sikap untuk mengahdirkan diri secara fisik, yaitu;
1) berhadapan,
2) mempertahankan kontak mata,
3) membungkuk kearah klien,
4) mempertahankan sikap terbuka, dan rileks.

Ada banyak teknik-tenik komunikasi, diantaranya adalah:
1.Pertanyaan terbuka
Pertanyaan terbuka adalah perawat memberikan dorongan kepada klien untuk dapat mengungkapkan perasaannya. Nilai terapeutiknya adalah seorang perawat penunjukkan penerimaan serta mendorong munculnya inisiatif klien. Untuk klien jiwa usahakan untuk menggunakan teknik pertanyaan terbuka dari pada tertutup.
Contoh :
”saya merasa gembira bapak bisa menjenguk anaknya, sehingga saya bisa tahu lebih banyak dari bapak, Bagaimana sebenarnya yang menimpa anak bapak di rumah ?

2.Diam
Diam adalah seorang perawat tidak melakukan komunikasi verbal dengan alasan terapeutik. Nilai terapeutiknya adalah memberi waktu kepada klien untuk berfikir dan menghayati sementara perawat memberikan dukungan dan penerimaan.
Saat kita berkomunikasi, baik dlm pergaulan di kantor, mengikuti seminar, maupun komunikasi dlm keluarga serta hubungan sosial lainnya, diperlukan komunikasi yang baik, bila tidak bisa lebih baik diam, dan untuk dpt merespon dengan baik kita perlu atau harus mendengar dengan baik
Manusia berbicara setiap masa. Bicara yang baik akan membawa keselamatan dan kebaikan. Oleh karena itu diam adalah benteng bagi lidah manusia. Dari pada mengucapkan perkataan yang sia-sia.
Diam pada saat yang tepat merupakan karakter orang-orang besar, sebagaimana berbicara pada saat yang tepat merupakan tabiat termulia.
Hikmah diam
1) Benteng tanpa pagar
2) Perhiasan tanpa berhias
3) Kehebatan tanpa kerajaan
4) Kekayaan tanpa meminta maaf kepada orang
5) Menutupi segala aib
6) Istirahat bagi ke-dua malaikat pencatat amal

3.Mendengar
Mendengar adalah proses aktif perawat dalam menerima informasi dan menelaah reaksi atau respon klien. Nilai terapeutiknya adalah secara nonverbal seorang perawat menerima dan mampu mengkomunikasikan kepada klien dengan menunjukkan minat serta memperhatikan masalah yang dihadapi


How to be a good listener

Good Listener


Active Listening ----------> Reflectif listening


Effective Listening


Ketrampilan mendengar dengan baik (good listening skill) sangat penting, baik di tempat kerja maupun dalam kehidupan sehari-hari
a.Skill atau ketrampilan adalah sesuatu yang kita latihkan dengan sungguh-sungguh, sehingga
akan dipraktekkan dan kmd menjd kebiasaan
b.Sangat sedikit kita mendapatkan pelatihan bagaimana mendengar aktif (Active listening) sehingga kita dapat mendengar sacara efektif (efektif Listening)

Apakah anda tahu, bahwa :
a. Sebagian besar kita tidak pernah berfikir tentang bagaimana “mendengar”, padahal kita
sebenarnya telah mengeluarkan separo waktu kita dlm mendengarkan
b. Sekitar 50% “kesalah pahaman” terjadi akibat org tdk mendegar secara efektif
c. Sebagian dari kita tahu dan percaya bahwa menjadi pendengar (being heard) sudah cukup!,
tidak perlu mendengar dengan baik (listening).
d. Orang percaya hal tersbt (hanya mendengar saja), krn seseorang mempyi kemampuan dengar
(hearing ability) dan dgn sendirinya menganggap dirinya “pendengar yg aktif” (?)
e. Sebagian kita tdk pernah memahami bahwa mendengar aktif (active listening) sangatlah penting
f. Perlu diketahui : 80% dari komunikasi (interpersonal communication) adalah Non verbal
g. Faktor perintang “tdk bisa menjadi pendengar aktif”
(a)menghayal
(b)berfikir ttg org lain, tempat lain atau barang
(c) menyiapkan respon dengan membthkan
(d) banyak waktu
Strategi menjadi pendengar aktif
(a)Dibutuhkan waktu utk mendengar
(b)Berikan penuh perhatian
(c)Memulai membuat point utama
(d)Jangan bereaksi berlbhan dalam menyampaikan respon
(e)Jangan bereaksi berlbhan dlm mengulas isi
(f)Jangan mengganggu perhatian
(g)Dengarkan baik-baik
(h)Pahami isi pikiran
(i)Jangan memonopoli
(j)Sesuaikan kecepatan pada berfikir


Reflekting skills/kemampuan merefleksikan ide, pikiran, perasaan adalah dengan cara
memberikan umpan balik

4.Refleksi
Refleksi adalah seorang perawat mampu mengarahkan kembali ide, pikiran, perasaan, pertanyaan dan isi pembicaraan kepada klien. Nilai terapeutiknya adalam mampu memvalidasi apa yang diucapkan klien dan menekankan empati, minat dan rasa hormat terhadap klien
Contoh
Klien , ”apakah saya sudah diperkenankan pulang akhir minggu ini ?”
Perawat, ”menurutmu apakah kamu sudah merasakan dapat mengatasi masalah, sehingga kemudian kamu ingin pulang?”
Keterampilan refleksi
(1) Paraphrase
Seorang berkata : “saya pikir, kita seharusnya menambah lebih banyak sumber dana untuk menyelesaikan program ini”
Pendengar berkata: “menambah sumber dana”

(2)Repeating
Seorang berkata : “ saya tidak dapat menunggu untuk mendapatkan perumahan di Banyuwangi”.
Pendengar berkata: “Banyuwangi.

(3) Summarizing
Seorang berkata: “ pesanan barang sudah datang melalui Kantor Suvervisor, tapi melihatnya isinya menurut pendapatku pesanan itu lebih cocok untuk kantor manager. Jika kamu setuju, saya akan menulis suatu penjelasan dan mengirim barang inike kantor manajer
Penengar berkata : “ Mari kita melihat langsung permasalahannya. Pesanan dikirim Ke Kantor suvervisor. Menurut kamu kiriman itu lebih cocok untuk kantor manager. Dan kamu akan menulis sebagai penjelasan dan mengirim barang tersbt ke kantor manager, Apakah saya benar ?

(4) Cofirmation
Seorang berkata : “ saya mau meyakinkan, apakah pegawai baru datang tepat pada waktu dan siap kerja”
pendengar berkata : “ Tampaknya kamu sangat concern pada masalah itu”.

5.Klarifikasi
Klarifikasi adalah seorang perawat mampu menjelaskan ide, perasaan, pikiran yang tidak jelas atau meminta klien untuk menjelaskan maksudnya. Nilai terapeutiknya adalah membantu mengklarifikasi perasaan, ide dan pikiran klien dan memberikan penjelasan tentang hubungan antara perasaan dengan tindakan.
Contoh
Klien, ”saya benci tempat ini, saya tidak betah disini”
Perawat, ”kamu tidak betah disini?”

6.Memfokuskan
Memfokuskan adalah membantu klien bicara pada topik yang telah dipilih. Nilai terapeutiknya adalah pembicaraan tidak keluar dari topik yang dipilih, sehingga klien tidak mengalami kesulitan dalam memberikan kesimpulan.
Pasien, ”wanita sering menjadi bulan-bulanan”
Perawat, ”coba ceritakan bagaimana perasaan anda sebagai wanita?

E.Demensi hubungan
Kualitas hubungan sangat dibutuhkan oleh seorang perawat, sehingga bagaimana perawat dapat secara totalitas yaitu fisik dan psikologis dapat hadir dalam komunikasi. Kualitas tersebut menggabungkan perilaku verbal dan non verbal serta sikap dan perasaan pada saat komunikasi.
Menurut Stuart & Sundeen (1995), untuk mencapai kualitas hubungan yang efektif ditentukan oleh 2 demensi besar, yaitu dimensi responsif dan demensi yang berorientasi tindakan.

Dimensi responsif lebih kepada upaya menjalin kepercayaan yaitu pada fase orientasi. Demensi ini akan menentukan keberhasilan fase-fase berikutnya. Demensi responsi ini meliputi;
(a) Kesejatian yaitu seorang perawat mempunyai sikap iklas, terbuka dan transparan,
(b) Hormat atau respek yaitu seorang perawat memperlakukan klien tanpa syarat, menghargai,dan
menghormati sebagai seorang yang membutuhkan pertolongan,
(c) empati,
(d) konkrit yaitu seorang perawat mampu menggunakan bahasa yang jelas.

Demensi yang berorientasi pada tindakan ini adalah demensi yang memberi ruang untuk perawat mengobservasi hambatan klien dalam berhubungan. Hambatan ini terjadi bisa karena sisi internal klien seperi kepribadian klien tetapi bisa terjadi karena sisi ekternal karena lingkungan kurang adaptif.
Demensi ini meliputi;
(a) Konfrontasi yaitu seorang perawat mampu mengekspresikan sikapnya terhadap perilaku klien
yang menyimpang untuk tujuan memperluas kesadaran diri klien,
(b) kesegeraan yaitu seorang perawat sensitif terhadap perbaikan fungsi klien melalui
kemamdirian untuk pemenuhan kebutuhan dasar,
(c) Pengungkapan diri perawat yaitu seorang mampu memberikan informasi tentang diri, nilai,
perasaan dan sikapnya dalam rangka memfasilitasi klien belajar untuk mengungkapkan
perasaannya dan
(d) katarsis emosional yaitu seorang perawat mampu mendorong klien untuk mengungkapkan
perasaan yang mengganggu.

F.Faktor-faktor yang mempengaruhi unsur-unsur komunikasi

Situasi
(a) Tempat melakukan komunikasi
(b) Pesan tdk lengkap
(c) Tekanan waktu

Pengirim
(a) Tdk memahami pesan yang disampaikan
(b) Melibatkan emosi
(c) Penggunaan bahasa yg berbeda / tdk setara

Penerima
(a) Pengetahuan dan pengalaman
(b) Perasaan/feeling
(c) Perhatian
(d) Pandangan norma/ budaya
(e) Mood/suasana hati
(f) Keadaan fisik
(g) mekanisme koping


Sumber kesalahan
(a) Pesan yg tdk lengkap
(b) Kesimpulan yg terll cepat
(c) Generalisasi
(d) Prasangka
(e) Kesan pertama
(f) Norma individu yg tak sama


G.Faktor-faktor yang mempengaruhi komunikasi
(1)Fisik (iklim, cuaca, suhu udara, bentuk ruangan, warna dinding, penataan tempat duduk,
alat-alat yang tersedia)
(2)Waktu (hari apa, jam berapa, pagi, siang sore)
(3)Psikologis (stirotipe, prasangka, emosi)
(4)Sosial ( nilai, sikap dan keyakinan, agama, budaya, status)
(5)Biologis (usia perkembangan, jenis kelamin )

H.Tahap- tahap komunikasi dalam proses keperawatan
Sebelum menjalin hubungan terapeutik seorang perawat terlebih dahulu memahami proses keperawatan, yaitu proses dalam memberikan asuhan keperawatan, disamping itu dalam memberikan asuhan keperawatan terlebih dahulu tercipta hubungan yang saling menerima sehingga perlu komunikasi dengan kiat-kiat tertentu.

1. Tahapan proses keperawatan
a. Kondisi klien
Keadaan klien yang terkait dengan komunikasi yang akan dilakukan pada kondisi awal umumnya
terkait dengan keluhan utama.
b. Diagnose keperawatan
Masalah atau diagnose keperawatan yang akan dilakukan tindakan keperawatan
c. Tujuan Umum
Tujuan yang akan dicapai dengan tindakan keperawatan yang dilakukan
d. Tindakan keperawatan
Tindakan keperawatan yang akan dilakukan sesuai rencana dan tujuan
2. Tahapan proses komunikasi
1. Pra Interaksi
Pra interaksi merupakan masa persiapan sebelum berhubungan dengan orang lain. Jika
saudara telah siap maka saudara membuat rencana interaksi dengan klien, tetapi
sebaliknya jika saudara belum siap maka saudara perlu berdiskusi dengan teem, atasan,
dan lebih banyak membaca standar operaional prosedur. Hal-hal yang saudara siapkan pada
saat interaksi adalah :

a. Evaluasi diri
Evaluasi diri ini merupakan cara untuk mengetahui kesiapan dalam berinteraksi dengan
klien, dengan mempertanyakan kepada diri kita, seperti :
(1) Apa pengetahuan dan kemampuan saya miliki tentang kondisi pasien ?
(2) Apa yang saya ucapkan saat bertemu nanti ?
(3) Bagaimana respon saya selanjutnya ?
(4) Apakah ada pengelaman negatif sebelumnya ?
(5) Jika ada lakukan koreksi dengan cara membaca, konsultasikan dengan teem atau
kelompok
(6) Bagaimana tingkat kecemasan saya ?

b.Penetapan tahapan interaksi/hubungan
(1) Apakah ini interaksi yang pertama atau lanjutan ?
(2) Apa tujuan pertemuan ?
(3) Apa tindakan yang akan dilakukan ?
(4) Bagaimana cara melakukannya ?

c. Rencana interaksi
(1) Untuk interaksi dengan klien dan keluarga perlu direncakan : Rencana percakapan
tertulis, teknik komunikasi dan langkah-langkah tindakan (SOP).

2. Perkenalan/orientasi
Perkenalan merupakan kegiatan yang dilakukan saat pertama kali bertemu atau kontak
klien. Sedangkan orientasi adalah awal setiap pertemuan kedua dan seterusnya.
(1) Perkenalan
(a) Salam terapeutik disertai perkenalan
(a) Ucapan salam :
Assalammualaikum, Selamat pagi, Selamat siang, Selamat Sore,
Selamat Malam, permisi dan sebagainya
(b) Mengulurkan tangan untuk berjabat tangan (disesuaikan dengan kondisi)
(c) Memperkenalkan diri
Nama saya Joni Suratno, saya seorang perawat dan biasa dipanggil
joni, saya yang akan merawat bapak pagi ini.....
(d) Menanyakan nama klien
Nama bapak, ibu, atau saudara siapa ?
Biasanya senang di panggil siapa ?
(2) Validasi
Apa yang ibu tuti rasakan di rumah ?
Apa yang terjadi di rumah sampai ibu tuti datang ke RS ?
(3) Kontrak
(a) Topik
Bagaimana kalau kita bicara mengenai apa yang dirasakan ibu tuti ?
Bagaimana kalau ibu saya periksa?
(b) Waktu
Kita akan bicara lebih kurang 10 – 15 menit ?
(c) Tempat (sesuaikan dengan keinginan klien)
Dimana tempat yang cocok untuk bicara menurut ibu ?

(2) Orientasi
(a) Salam terapeutik
Selamat pagi bu tuti
(b) Validasi
Bagaimana perasaan ibu tuti pagi ini ?
Bagaimana tidur ibu tuti tadi malam ?
(c) Kontrak
(a) Topik
Bu tuti masih ingat yang akan kita bicarakan pagi ini ?
Baik bu, pagi ini saya akan ganti verban ibu dan nanti saya bantu ibu tuti
latihan duduk ?
(b) Tempat dan waktu di sesuaikan dengan kondisi


3. Kerja
Inti hubungan perawat-pasien yang terkait erat dengan pelaksanaan rencana tindakan
keperawatan yang akan dilaksanakan sesuai dengan tujuan yang akan di capai :
a) Meningkatkan pengertian, perasaannya, pikiran dan perilakunya
b) Mengembangkan, mempertahankan dan meningkatkan kemampuan klien
c) Melaksanakan pendidikan kesehatan
d) Melaksanakan terapi
e) Melaksanakan kolaborasi
f) Melaksanakan observasi/monitoring

4. Terminasi
a. Terminasi sementara
Terminasi sementara adalah akhir dari setiap pertemuan, misalnya pada saat dinas
pagi perawat akan melaksanakan 3 (tiga) macam kegiatan : jam 08.00 memandikan, jam
10.00 ganti verban, jam 12.00 memasukkan obat intravena (antibiotik)

Isi percakapan, “setelah memandikan” pada terminasi sementara
1) Evaluasi hasil
Bagaimana perasaan ibu setelah mandi ?
2) Tindak lanjut
Ibu sudah boleh miring kiri dan kanan serta menggerakkan tungkai.
3) Kontrak (topik, waktu)
Sampai nanti jam 10.00 bu, tapi kalau ada apa-apa panggil saya, ya.

b. Terminasi akhir
Terminasi akhir terjadi jika pasien akan pulang dari Rumah Sakit
(apakah dalam kondisi sembuh/sehat, pindah ke RS lain atau meninggal)
Isi percakapan meliputi seluruh tindakan keperawatan yang telah
dilaksanakan terutama kemampuan dan kegiatan yang diperlukan di rumah
( discharge planning )
Isi percakapan ”pasien sehabis melahirkan” sebagai berikut :
1) Evaluasi akhir
Bagaimana perasaan ibu rencana pulang hari ini ?
Apa saja yang telah ibu dapatkan tentang perawatan selama dirawat di RS?
2) Tindak lanjut
Coba ibu sebutkan apa saja yang perlu ibu lakukan di Rumah ?
3) Kontrak (topik, waktu, dan tempat)
Ibu jangan lupa kontrol, satu bulan lagi, jam 09.00 di Poli kebidanan,
tetapi jika ada gejala yang dirasakan segera telpon atau datang kemari.

I. Aplikasi komunikasi
1. Rencana strategi komunikasi perawat – klien
Untuk mempermudah hubungan perawat dan klien, seorang mahasiswa perawat sebelum ketemu
klien terlebih dahulu menyusun strategi; 1) laporan pendahuluan, 2) strategi komunikasi ,
yaitu :
a. Laporan pendahuluan tentang kasus
Pertama, memahami kondisi klien/karakteristik klien, sebagai contoh klien dengan perilaku
kekerasan, dengan tanda dan gejala; - ruman muka merah, bicara keras, tidak terarah,
aktifitas meningkat.
Kedua, menentukan masalah atau diagnosa keperawatan
Perilaku kekerasan
Ketiga, menentukan tujuan umum (TUM) dan Tujuan khusus (TUK)
Tujuan umumnya PK, adalah;
- Klien mampu mengungkapkan emosional secara adaptif
Tujuan khususnya, adalah;
1. Klien dapat membina hubungan saling percaya
2. klien dapat mengidentifikasi penyebab marah
3. Klien dapat mengidentifikasi tanda dan gejala marah
4. Klien dapat mengidentifikasi kebiasaan marah
5. Klien dapat mengidentifikasi akibat marah
Kemudian ke-empat menentukan tindakan keperawatan,
1. Bina hubungan saling percaya
2. Identifikasi penyebab marah
3. Identifikasi tanda dan gejala marah
4. Identifikasi kebiasaan marah
5. Identifikasi akibat marah


b.Strategi pelaksanaan komunikasi
Setelah menyusun laporan pendahuluan, seorang mahasiswa dituntut untuk membuat skenario
bagaimana komunikasi dengan klien sesuai dengan tahap-tahap hubungan.
1. Rencana strategi komunikasi perawat – keluarga

Contoh dibawah ini dengan kasus perilaku kekerasan.

1) SP 1 - klien

Strategi komunikasi pada pertemuan pertama (SP 1):
(a) membina hubungan saling percaya,
(b) Identifikasi penyebab perasaan marah,
(c) Indentifikasi tanda dan gejala marah,
(d) Identifikasi perilaku kekerasaan yang sering dilakukan,
(e) Ajarkan cara mengontrol

(1) Tahap Orientasi
Salam terapeutik
”assalamu’alaikum pak, perkenalkan nama saya gunawan sasmita, panggil saya sasmita, saya
perawat yang didinas di ruang Arjuna ini, hari ini saya dinas pagi dari pukul 07.00-14.30.
saya yang akan merawat bapak selama bapak di rumah sakit ini. Agar kita lebih dekat saya
kenal nama bapak, Nama bapak siapa?, biasanya senang dipanggil siapa?”
Validasi
“Bagaimana perasaan bapak saat ini?, baik, apa sebenarnya yang menyebabkan bapak diantar
oleh saudara datang ke RS ini?.
Kontrak (topik, waktu dan tempat)
“Baiklah bapak saya ingin mengajak bapat untuk dapat menceritakan tentang masalah bapak
saat ini, bersedia bapak?”, “ada waktu berapa lama bapak bersedia untuk menceritakan
masalah bapak?” ....., “bagaimana kalau 10 menit?”........, “dimana ya pak enaknya kita
berbincang-bincang?”....., “Bagaimana kalau kita berbincang-bincang di ruang tamu?”
(2) Tahap kerja
“apa yang menyebabkan bapak marah?”, “apakah sebelumnya bapak pernah marah?”, “terus
penyebabnya apa?”, Samakah dengan yang sekarang?”, “ O...iya, jadi ada 2 penyebab marah?”
“Pada saat penyebab marah itu ada, apa yang bapak rasakan?” ( misalkan penyebab marah belum
tersedianya hidangan makan, karena istri sibuk bekerja) , “apakah bapak merasakan kesal
kemudian dada bapak berdebar-debar, mata melotot, rahang terkatup rapat dan tangan
mengepal?”,
Setelah itu, “apa yang bapak lakukan?”, O....ya..., jadi bapak memukul istri, memecah
piring, apakah kemudian cara ini makanan dapat terhidangkan?”(tunggu respon klien.....jawab
klien, “tidak” ), tidakan kan, “apa kerugian dari tindakan bapak?”,....... betul, istri
sakit dan jadi takut, piring-piring pecah, menurut bapak bagaimana perasaan bapak setelah
kejadian ini?”, maukah bapak belajar cara mengungkapkan kemarahan dengan baik tanpa
menimbulkan kerugian?”, “ada cara-cara yang sangat bermanfaat guna mengontrol kemarahan
bapak, salah satunya adalah dengan cara fisik, yaitu dengan cara melakukan kegiatan fisik
yang bapak sukai, apakah olah raga, aktifitas lain seperti membersihkan rumah, maka marah
bapak dapat tersalurkan dengan baik?”,
“Bagaimana kita belajar cara yang satu dulu?’, “begini pak, kalau tanda-tanda marah itu
bapak rasakan maka bapak berdiri, lalu tarik nafas panjang, tahan sebentar, lalu keluarkan,
berlahan-lahan melalui mulut seperti mengeluarkan kemarahan. Ayo,... coba lagi tarik dari
hidung, bagus... tahan, kemudian keluarkan melalui mulut. Nah lakukan 5 kali, bagus
sekali.
Bapak sudah bisa melakukannya. Bagaimana perasaan bapak sekarang?’.
”Nah, sebaiknya latihan ini bapak lakukan secara rutin, sehingga bila sewaktu-waktu rasa
marah itu muncul, bapak sudah terbiasa.
(3) Fase terminasi
”Bagaimana perasaan bapak setelah berbincang-bincang tentang kemarahan bapak?”
”Jadi, ada 2 penyebab marah, .......(coba sebutkan) dan yang bapak rasakan saat itu
bagaimana?..... (coba sebutkan) dan yang bapak lakukan apa?..... (coba sebutkan) yang
bapak rasakan saat itu bagaimana?..... (coba sebutkan)
”coba selama saya tidak ada, ingat-ingat lagi penyebab marah bapak yang lalu, apa yang
bapak lakukan kalau perasaan marah itu muncul?”, dan jangan lupa cara mengatasi seperti yang
kita pelajari bersama, sekarang kita buat jadwal latihan ya pak, .... berapa kali sehari
bapak mau latihan nafas dalam?, jam berapa saja pak?”, baik, bagaimana kalau 2 jam sekali
saya datang dan kita latihan cara yang lain untuk mencegah atau mengontrol marah, tempatnya
disini saja ya pak’.... sampai nanti, asalamu’alaikum.

2) SP 2 - klien

Strategi komunikasi pada pertemuan ke-dua (SP 2) : Latihan mengontrol perilaku kekerasan
secara fisik, meliputi (a) evaluasi latihan nafas dalam, (b) latihan cara fisik ke-2; pukul
kasur dan bantal, (c) susun jadwal kegiatan harian,
(1) Tahap Orientasi
”Assalamu’alaikum pak (usahakan sebut nama), sesuai janji saya dua jam yang lalu, saya
sekarang datang lagi.
”bagaimana perasaan bapak saat ini, adakah hal yang menyebabkan bapak marah?”
”Baik sekarang kita akan belajar cara mengontrol perasaan marah dengan kegiatan fisik untuk
cara yang kedua”, Bapak bersedia,
”mau berapa lama ? Bagaiman kalau 20 menit?
”dimana kita bicara? Bagaiman kalau diruang tamu?
(2) Tahap kerja
”Kalau ada yang menyebabkan bapak marah dan muncul perasaan kesal, berdebar-debar, mata
melotot, salain dengan menggunakan cara nafas dalam, dapat bapak lampiaskan dengan cara
melakukan tindakan yang tidak merugikan atau membayakan, seperti bapak memukul bantal atau
kasur”.
”sekarang mari kita latihan memukul bantal atau kasur. Mana kamar bapak?”. jadi kalau nanti
bapak kesal atau ingin marah, langsung ke kamar dan lampiaskan kemarahan tersebut dengan
memukul kasur dan bantal. Nah coba bapak lakukan, pukul kasur dan bantal”. Nah bagus
sekali bapak dapat melakukannya”. Kekesalan lampiaskan kekasur atau bantal”. ”nah cara
inipun dapat dilakukan secara rutin jika ada perasaan marah, kemudian jangan lupa merapikan
tempat tidurnya”.
(3) Tahap terminasi
”bagaimana perasaan bapak setelah latihan cara menyalurkan marah tadi?”,
”ada berapa cara latihan kita, coba bapak sebutkan?, bagus!”
“mari kita masukkan kedalam jadual kegiatan sehari-hari bapak. Jam berapa kita tebah-tebah
kasur atau bantal? Bagaimana kalau setiap pagi?”, baik, jadi jam 08.00 pagi dan jam 17.00
sore. Lalu kalau ada keinginan marah sewaktu-waktu lakukan hal yang sama.
Besuk pagi kita ketemu lagi, kita akan latihan cara mengontrol dengan belajar bicara yang
baik, besuk jam berapa pak?” baik, besuk pagi jam 10.00 kita ketemu lagi ditempat ini,
sampai besuk. Assalamu’alaikum.

3) SP 3 - Klien

Strategi Komunikasi pada pertemuan ke-tiga (SP 3) : Latihan mengontrol perilaku kekerasan
secara sosial dan verbal, meliputi; (a) evaluasi jadual harian untuk 2 cara fisik, (b)
latihan mengungkapkan cara marah secara verbal; menolak dengan baik, meminta dengan baik,
mengungkapkan perasaan dengan baik.

(1) Tahap Orientasi
”Assalamu’alaikum pak sesuai janji saya kemarin, saya sekarang ketemu lagi.
”bagaimana perasaan bapak pagi ini, sudahkah dilakukan latihan tarik nafas dalam atau saat
sedang mengalami perasaan marah bapak melampiaskan dengan memukul bantal?”
”coba saya lihat jadwal kegiatan hariannya?
”Baagus, nah kalau tarik nafas dalamnya dilakukan sendiri tulis ”M” artinya mandiri, kalau
diingatkan oleh perawat tulis ”B” artinya dibantu, kalau tidak dilakukan tulis ”T” artinya
belum bisa dilakukan.
”Bagaimana kalau sekarang kita latihan cara bicara untuk mencegah marah?, ”mau berapa
lama?”, ”Bagaimana kalau 20 menit?, ”dimana kita bicara?, ”Bagaiman kalau diruang tamu?”
(2) Tahap kerja
”sekarang kita latihan cara bicara yang baik untuk mencegah marah. Kalau marah disalurkan
melalui taraik nafas dalam dan memukul kasur atau bantal dan sudah lega, maka kita perlu
bicara dengan orang yang membuat kita marah”, ada 3 caranya pak, yaitu :
”Pertama, meminta dengan baik tanpa marah dengan nada suara yang rendah serta tidak
menggunakan kata-kata kasar. Kemarin bapak bilang penyebab marahnya karena minta uang sama
istri tidak diberi” Coba bapak minta dengan baik, ”Bu, saya perlu uang untuk beli
rokok”. Kalau dirumah, bapak bisa melakukannya bila ada keperluan sama istri, anak atau
saudara dengan baik seperti meminta sesuatu, meminjam sesuatu, menyuruh kepada orang
lain. Nah sekarang coba bapak praktekkan, bagus pak.
”Ke-dua, menolak dengan baik. Jika ada yang menyuruh dan bapak tidak ingin melakukannya”,
katakan; ”maaf, saya tidak bisa melakukannya karena sedang ada kerjaan”. Coba bapak
praktekkan. Bagus pak.
”Ke-tiga, mengungkapkan perasaan kesal, jika ada perlakuan orang lain yang membuat kesal
bapak dapat mengatakan; ”saya jadi ingin marah karena perkataanmu itu”. Coba praktek.
Bagus pak.
(3) Tahap Terminasi
”bagaimana perasaan bapak setelah bercakap-cakap tentang cara mengontrol marah dengan
bicara yang baik?”, ”coba bapak sebutkan lagi cara bicara yang baik setalah kita belajar
tadi?”, bagus, sekarang kita masukan dalam jadual. ”barapa kali bapak mau latihan bicara
yang baik?”, bisa kita buat jadwalnya?”. coba masukkan dalam jadual latihan sehari-hari,
misalnya meminta obat, uang atau yang lain. ”Bagus, nanti dicoba ya, pak?”
”bagaimana kalau dua jam lagi kita ketemu lagi?”, nanti kita akan bicarakan cara lain
untuk mengatasi rasa marah bapak dengan cara ibdah, bapak setuju? Mau dimana, pak?”,
Nanti kita akan bicarakan cara lain untuk mengatasi rasa marah bapak yaitu dengan cara
ibadah, ”bapak setuju?”, ”Mau dimana pak?”, ”Disini lagi?”, ”Baik sampai nanti, ya”.

4) SP 4 - Klien
Strategi Komunikasi pada pertemuan ke-empat (SP 4) : Latihan mengontrol perilaku kekerasan
secara spiritual, meliputi; (a) diskusikan hasil latihan mengontrol perilaku kekerasan
secara fisik dan sosial, (b) latihan sholat atau berdoa, dan (c) buat jadual latihan
sholat atau berdoa.
(1) Tahap Orientasi
”Assalamualaikum pak, sesuai dengan janji saya dua jam yang lalu sekarang saya datang
lagi”. Baik, yang mana yang mau dicoba?”
”bagaimana pak, apakah sudah berlatih?”, apa yang dirasakan setelah melakukan latihan secara
teratur?”, Bagus sekali, kemudian bagaimana rasa marahnya?”
”Bagaimana kalau sekarang kita latihan cara lain untuk mencegah rasa marah yaitu dengan
ibadah kepada Tuhan yang kuasa?”.
”Dimana tempat kita berbincang-bincang?”, bagaimana kalau ditempat tadi?”, Berapa lama
kesediaan bapak untuk berbincang-bincang?”, Bagaimana kalau 15 menit?”.
(2) Tahap Kerja
”Coba ceritakan kegiatan ibadah yang biasa bapak lakukan?”, ”Bagus,........ Baik, yang mana
mau dicoba?
”Nah, kalau bapak sedang marah coba bapak langsung duduk dan tarik nafas dalam.
”Jika tidak reda juga marahnya, rebahkan badan agar tetap rileks, jika tidak reda juga ambil
air wudhu kemudian sholat”(untuk ibadah sholat dilakukan bagi muslim).
”Bapak bisa melakukan solat secara teratur untuk meredakan kemarahan”.
”coba bapak sebutkan sholat lima waktu?”, bagus, mau coba yang mana?”, sebutkan caranya.
(3) Tahap terminasi
”bagaimana perasaan bapak setelah bercakap-cakap tentang cara yang ketiga ini?”, jadi sudah
berapa cara untuk mengontrol marah kita pelajari?”, bagus, sekarang kita masukan dalam
jadual.
”kapan waktunya bapak ingin melakukan sholat?”, bisa kita buat jadwalnya?”. coba masukkan
dalam jadual kegiatan sehari-hari.
”coba bapak sebutkan lagi cara mengendalikan dengan berdoa bila bapak marah?”
”bagaimana kalau besuk kita ketemu lagi?”, besuk kita akan bicarakan cara lain untuk
mengatasi rasa marah bapak dengan menepati minum obat, bapak setuju? Mau jam berapa,
pak?”,
”Mau dimana pak?”, ”Disini lagi?”, ”Baik sampai besuk, ya”. Assalamu’alaikum

5) SP 5 -Klien

Strategi Komunikasi pada pertemuan ke-lima (SP 5) : Latihan mengontrol perilaku kekerasan
dengan obat, meliputi; (a) evaluasi jadual kegiatan harian pasien untuk cara mencegah marah
yang sudah dilatih, (b) latih pasien minum obat secara teratur dengan prinsip lima benar,
yaitu; benar nama pasien, benar nama obat, benar cara minum obat, benar waktu minum obat,
dan benar dosis obat. Disertai penjelasan guna obat dan akibat berhenti minum obat. Dan
susun jadual minum obat secara teratur.
(1) Tahap Orientasi
”Assalamualaikum pak, sesuai dengan janji saya kemarin sekarang saya datang lagi”.
”bagaimana pak, apakah sudah berlatih latihan tarik nafas dalam, pukul kasur atau bantal,
bicara yang baik, kemudian dengan solat?”, mari kita bersama-sama lihat jadual yang telah
bapak tetapkan?”, Bagus, ”apa yang dirasakan setelah melakukan latihan secara teratur?”,
Bagus sekali, kemudian bagaimana rasa marahnya?”
”Bagaimana kalau sekarang kita latihan cara lain untuk mencegah rasa marah yaitu dengan
mematuhi minum obat?”.
”Dimana tempat kita berbincang-bincang, ya?”, bagaimana kalau ditempat kemarin?”, Berapa
lama kesediaan bapak untuk berbincang-bincang?”, Bagaimana kalau 15 menit?”.
(2) Tahap Kerja
”Bapak sudah dapat obat dari dokter?”, ”Berapa macam obat yang Bapak minum?”, “apa
warnanya?”, Bagus, “jam berapa bapak minum obat ?”, Bagus.
”Begini pak, untuk mencegah timbulnya marah bapak harus mematuhi minum obat secara
teratur. Ada 3 jenis obat yang harus bapak ketahui, yaitu; pertama, warnnya oranye namanya
CPZ gunanya agar bapak pikirannya tenang, yang putih ini namanya THP gunanya agar bapak
lebih rileks dan tenang, sedangkan yang merah jambu namanya HLP gunanya agar pikiran
teratur dan rasa marah berkurang, semua ini bapak minum 3 kali sehari jam 7 pagi, jam 1
siang, dan jam 7 malam”.
”bila nanti setelah minum obat mulut bapak terasa kering, untuk membantu, mengatasinya
bapak bisa minum air putih sedikit-sedikit tapi sering”. ”bila tarasa mata bapak berkunang-
kunang, bapak sebaiknya istirahat dan jangan beraktifitas dulu”.
”nanti bila di rumah, sebelum minum obat ini bapak lihat dulu label dikotak obat, apakah
nama bapak tertulis dalam label tersebut, berapa dosis yang harus diminum, jam berapa
saja harus diminum, baca apakah nama obatnya sudah benar?.
”jangan pernah menghentikan obat sebelum konsultasi dengan dokter ya bak, karena dapat
terjadi kekambuhan”.
”sekarang kita masukkan waktu minum obatnya kedalam jadual ya pak”.
(3) Tahap terminasi
”bagaimana perasaan bapak setelah bercakap-cakap tentang cara mematuhi minum obat?”, ”coba
bapak sebutkan lagi jenis obat yang bapak minum?”, bagus, bagaimana cara minum obat yang
benar?”, Nah, sudah arapa kali bapak belajar mengontrol perasaan marah?”, bisa kita
tambahkan dalam jadwal kegiatan bapak yaitu minum obat secara terjadual?”. coba masukkan
dalam jadual bapak?”, Bagus, nanti bapak tepati,..... ya?”
Baik pak, besuk kita bertemu lagi untuk terus berlatih cara-cara yang telah kita pelajari
kemarin dan hari ini, ”bapak bersedia?”, ”Mau dimana, pak?”, Besuk kita akan praktek
kembali, ”bapak setuju?”, ”Baik, sampai besuk,..... ya”. Assalamu’alaikum.



2. Rencana strategi komunikasi perawat – keluarga
a). Tujuan
Keluarga dapat merawat klien di rumah
b) Tindakan
1) Diskusikan masalah yang dihadapi keluarga dalam merawat pasien
2) Diskusikan bersama keluarga perilaku kekerasan
3) Diskusikan bersama keluarga kondisi klien yang perlu segera dilaporkan kepada
perawat, seperti melempar atau memukul benda atau orang lain
4) Latih keluarga merawat pasien dengan perilaku kekerasan
(a) Anjurkan keluarga untuk memotivasi pasien melakukan tindakan yang telah
diajarkan oleh perawat.
(b) Ajarkan keluarga untuk memberikan pujian kepada pasien bila pasien dapat
melakukan kegiatan tersebut secara tepat.
(c) Diskusikan bersama keluarga tindakan yang harus dilakukan bila pasien
menunjukkan gejala-gejala perilaku kekerasan
(d) Buatlah perencanaan pulang bersama keluarga

c) Strategi komunikasi pada keluarga

SP - 1 keluarga
Pertemuan pertama (SP 1. keluarga); memberi penyuluhan kepada keluarga tentang cara
merawat klien perilaku kekerasan di rumah, meliputi; (1) diskusikan masalah yang
dihadapi keluarga dalam merawat klien, (2) diskusikan bersama keluarga tentang perilaku
yang muncul dan akibat dari perilaku tersebut, (3) diskusikan bersama keluarga kondisi-
kondisi pasien yang perlu segera dilaporkan kepada perawat, seperti melempar atau
memukul benda atau oranglain.
(1) Tahap Orientasi
Salam terapeutik
”assalamu’alaikum Bu, perkenalkan nama saya gunawan sasmita, panggil saya sasmita, saya
perawat yang didinas di ruang Arjuna ini, hari ini saya dinas pagi dari pukul
07.00-14.30. saya yang merawat bapak selama bapak di rumah sakit ini. Agar kita lebih
dekat saya ingin perkenalan dengan ibu, Nama ibu siapa?, biasanya senang dipanggil
siapa, bu?”, betulkah ibu istri bapak?
Validasi
“Bagaimana perasaan bu selama suami ibu dirawat di rumah sakit ini?, baik, apa
sebenarnya yang menyebabkan bapak diantar oleh saudara datang ke RS ini, bu?.
Kontrak (topik, waktu dan tempat)
“Baiklah bu, saya ingin tahu lebih banyak dari ibu tentang masalah bapaknya, yaitu
suami ibu, bersedia ibu?”, “ada waktu berapa lama ibu bersedia untuk menceritakan
masalah bapak?” ....., “bagaimana kalau 10 menit?”........, “dimana ya ibu enaknya
kita berbincang-bincang?”....., “Bagaimana kalau kita berbincang-bincang di ruang
saya?”
(2) Tahap Kerja
”Bu, apa masalah yang ibu hadapai dalam merawat bapak?, ”apa yang ibu lakukan ?”, Baik
bu, saya akan coba jelaskan tentang marah bapak dan hal-hal yang perlu diperhatikan”.
”Bu, marah adalah suatu perasaan yang wajar tapi bila tidak disalurkan dengan cara yang
benar akan membahayakan dirinya sendiri, orang lain dan lingkungan, begini bu, biasanya
seorang suami itu marah dan ngamuk kepada istrinya adalah kalau dia merasa direndahkan,
keinginan tidak terpenuhi, ”kalau bapak apa bu penyebabnya?”, ya, baik.
”nanti kalau di rumah, bila bapak kelihatan gelisah, mondar mandir, tegang dan merah
matanya, itu artinya bapak sedang marah dan biasanya akan dibarengi dengan melampiaskan
emosinya dengan berbagai cara seperti membanting-banting perabotan rumah tangga atau
mumukul kasar istrinya atau anaknya?” , sedangkan bapak, apa yang biasa dilakukan
ketika bapak marah?”, ya, baik.
”bila hal tersebut terjadi lagi sebaiknya ibu tetap tenang tapi waspada, jauhkan
benda-benda yang berbahaya atau berharga atau anak-anak, bicaralah yang lembut dan
penuhi kebutuhannya selama tidak membahayakan, jawablah dengan tegas bila tidak
memiliki apa yang dibutuhkan”. Bila bapak masih ngamuk dan marah segera bawa ke
Puskesmas atau RSJ terdekat. Minta bantuan keluarga untuk melakukan ikatan secara baik.
Dalam melakukan ikatan tetap waspada, lindungi diri kita dulu. Beri penjelasan saat
mengikat yaitu bapak diikat ini tidak ada maksud jelek tetapi ingin mengamankan bapak
agar tidak mencederai diri, saudara, atau orang lain dan merusak lingkungan”
”bu, mengertikan apa yang saya jelaskan tadi, seperti penyebab marah?”, coba ibu
sebutkan penyebab marah dan bagaimana cara menghadapai bila marah?” bagus, berarti ibu
sudah paham.
”ibu bisa bantu bapak dengan cara mengingatkan jadual latihan cara mengontrol marah yang
sudah dibuat, yaitu; secara fisik, verbal, spiritual dan obat secara teratur”
”kalau bapak bisa melakukan latihan dengan baik, jangan lupa di puji ya bu”
(3) Tahap terminasi
”Bagaimana perasaan ibu setelah kita bercakap-cakap tentang cara merawat, bapak?”, coba
ibu sebutkan lagi cara merawat bapak”, setelah di rumah coba ibu selalu ingatkan jadual
yang telah dibuat untuk bapak ya bu”. ”kapan ibu akan berkunjung lagi?”.
”Bagaimana kalau kita ketemu 1 minggu lagi untuk belajar langsung cara mengontrol marah
bersama bapak ?”, ingsaallah tempatnya besuk disini?”, ibu bersedia ? baik, kita
ketemulagi besuk 1 minggu lagi, trimakasih atas kedatang ibu, selamat jalan.

SP - 2 Keluarga
Pertemuan ke-dua (SP 2. keluarga) : melatih keluarga melakukan cara-cara mengontrol
kemarahan, meliputi; (a) evaluasi pengetahuan keluarga tentang marah, (b) anjurkan
keluarga untuk memotivasi pasien melakukan tindakan yang telah diajarkan oleh perawat,
(c) ajarkan keluarga untuk memberikan pujian kepada pasien bila pasien dapat melakukan
kegiatan tersebut secara tepat. dan (d) diskusikan bersama keluarga tindakan yang harus
dilakukan bila pasien menunjukkan gejala-gejala perilaku kekerasan.
(1) Tahap Orientasi
Salam terapeutik
”assalamu’alaikum Bu, sesuai dengan janji kita 1 minggu yang lalu, ibu bisa menyisihkan
waktu untuk datang?”, ”bagaimana khabarnya ibu?”, Sehatkan, bu?”
Validasi
"Baik, masih ingat diskusi kita yang lalu?”
”adakah yang ingin ibu tanyakan?”
”bagaimana sekarang kita latiahan bersama bapak?, baik, kalau ibu bersedia nanti kita
panggilkan agar bersama-sama kita untuk mengatasi perihal marah, bapak.
“Baiklah bu, kita hadirkan bapak disini, ada waktu berapa lama ibu bersedia untuk
menemani bapak?” ....., “bagaimana kalau 10 menit?”........, “dimana ya ibu enaknya
kita berbincang-bincang?”....., “Bagaimana kalau kita berbincang-bincang di ruang saya
ini ?”
(2) Tahap Kerja
” Nah pak, coba ceritakan keada ibu, latihan yang sudah bapak lakukan. Bagus sekali. Coba
perlihatkan kepada ibu jadwal harian bapak!, bagus!
”nanti dirumah ibu bisa membantu bapak latihan mengontrol kemarahan bapak”,
”sekarang kita coba latihan bersama-sama ya, pak?”
”Masih ingat ya pak!,
”coba, kalau ada perasaan marah, apa yang harus dilakukan pak?”, ”ya.... betul sekali,
bapak berdiri, lalu tarik nafas dari hidung, tahan sebentar lalu keluarkan, atau tiup
berlahan-lahan lewat mulut seperti mengeluarkan kemarahan. ”ayo,......coba lagi, tari
dari hidung, .......bagus, .....tahan, dan tiup berlahan-lahan lewat mulut. Nah, lakukan
sampai lima kali !,
”coba ibu temani dan bantu bapak menghitung latihan ini sampai 5 kali !, ..... bagus
sekali, bapak dan ibu sudah bisa melakukannya dengan baik”.
”cara yang kedua masih ingat, pak, bu ?” (tunggu respon klien)
”ya, ...... benar, kalau ada yang menyebabkan bapak marah dan muncul perasaan kesal dan
berdebar-debar, mata melotot, selain nafas dalam dapat memukul kasur atau bantal !”.
”sekarang coba kita latihan memukul kasur dan bantal, mana kamar bapak?, jadi, kalau
nanti bapak kesal dan ingin marah, langsung kekamar dan lampiaskan kemarahan tersebut
dengan memukul kasur dan bantal.
”Nah, coba bapak lakukan sambil didampingi ibu, berikan bapak semangat ya bu”.
”ya,..... bagus sekali bapak melakukannya”.
”cara yang ketiga adalah bicara yang baik bila sedang marah. Ada tiga cara, coba
praktekan langsung kepada ibu cara bicara ini, yaitu :
Pertama, meminta dengan baik tanpa marah denagn nada suara yang rendah serta tidak
menggunakan kata-kata kasar, misalnya: “bu, saya perlu uang untuk beli rokok ?”, coba
bapak praktekkan, Bagus pak.
Ke-dua, menolak dengan baik, jika ada yang menyuruh dan bapak tidak ingin melakukannya,
katakan: “maaf saya tidak bisa melakukannya karena sedang ada kerjaan”, coba bapak
praktekan.
“ya,....coba prktekkan”, .....”bagus pak”,
Ke-tiga, mengungkapkan perasaan kesal, jika ada perlakuan orang lain yang membuat kesal
bapak dapat mengatakan: ”saya jadi ingin marah karena perkataanmu itu”
”ya,.... coba praktekkan !, ya, bagus !,
”Cara berikutnya adalah kalau bapak sedang marah apa yang harus dilakukan?” , ”baik
sekali”, bapak coba langsung duduk dan tarik nafas dalam. Jika tidak reda juga
marahnya maka rebahkan badan bapak agar rileks. Jika tidak reda juga, ambil air wudhu
kemudian sholat. ”bapak bisa melakan secara teratur dengan didampingi ibu untuk
meredakan kemarahan”.
”cara terakhir adalah minum obat secara teratur ya pak, agar pikiran bapak menjadi
tenang, tidurnya tenang, tidak ada rasa marah”
”Coba bapak, jelaskan berapa macam obatnya !”, ”bagus”, jam berapa minum obat’,
”bagus. “apa gunanya obat?”, “bagus”. Apakah boleh mengurangi atau menghentikan obat.
“wah, bagus sekali”, satu minggu yang lalu sudah saya jelaskan kepada bapak
atau ibu tentang terapi pengobatan. Ibu tolong selama di rumah, ingatkan bapak
untuk meminum obat secara teratur?

(3) Tahap terminasi
“baiklah bu, latihan kita sudah selesai”, “bagaimana perasaan ibu setelah kita latihan
cara-cara mengontrol marah langsung kepada bapak ?”
“bisa ibu sebutkan lagi ada berapa cara mengontrol marag?
“selanjutnya tolong pantau dan motivasi bapak dalam melaksanakan jadual latihan yang
telah dibuat selama di rumah nanti. Jangan lupa berikan pujian untuk bapak, bila dapat
melakukan dengan benar, ya.....bu !.
”karena bapak sebentar lagi sudah diizinkan pulang, bagaimana 1 minggu lagi bertemu
untuk membicarakan jadual aktifitas di rumah dan puskesmas, ”ibu bersedia”, ya,
....baik, ingsaalloh swt ibu masih diberikan sehat sehingga kita masih dipertemukan
pada minggu depan, di tempat ini, jam 09.30 dengan topik yang sama, terimaksih, wassalam
Wr. Wb.

SP - 3 Keluarga
Pertemuan ke-tiga (SP 3. keluarga) : membuat perencanaan pulang bersama keluarga,
meliputi; (a) buat perencanaan pulang bersama keluarga.
(1) Tahap Orientasi
”assalamu’alaikum Bu, sesuai dengan janji kita 1 minggu yang lalu, ibu bisa menyisihkan
waktu untuk datang?”, ”bagaimana khabarnya ibu?”, Sehatkan, bu?”
Validasi
Baik, masih ingat diskusi kita sekarang?”
”Ya,....betul, karena bapak ini sudah diperkenankan pulang, maka kita perlu diskusikan
bagaimana perawatan di rumah bapak?
”bagaimana bu, selama bapak di rawat di rumah sakit ini ada nggak perubahan ?”. baik,
kita sekarang diskusi rencana perawatan di rumah ya bu, sehingga ibu akan lebih mudah,
ibu bersedia, kan ?”, ”baik”, ”berapa lama ibu ada waktu?”, “bagaimana kalau 10
menit?”........, “dimana ya ibu enaknya kita berbincang-bincang?”....., “Bagaimana kalau
kita berbincang-bincang di ruang saya ini ?”
(2) Tahap Kerja
”Pak, bu, jadual yang telah di buat selama di rumah sakit tolong dilanjutkan di rumah,
baik jadual aktifitas maupun jadual minum obatnya. Mari kita lihat jadwal bapak, ya
bu!
”hal-hal yang perlu diperhatikan lebih lanjut adalah perilaku yang ditampilkan oleh
bapak selama di rumah, ....... berikan kesempatan bapak untuk mengekspresikan
perasaannya ya, bu!
”Kalau misalnya bapak menolak minum obat atau memperlihatkan perilaku membahayakan orang
lain. Jika hal ini terjadi hubungi perawat di puskesmas terdekat. Jika ibu kesulitan
maka ibu bisa menghubungi tim krisis di RS ini
(3) Tahap terminasi
”bagaimana bu? Ada yang ingin ditanyakan? Coba ibu sebutkan apa saja yang perlu
diperhatikan (jadual kegiatan, tanda atau gejala, follow up ke puskesmas). Baiklah,
silahkan menyelesaikan administrasi!, saya akan mempersiapkan pakaian dan obat, bapak”.
selamat jalan,



3. Rencana strategi komunikasi perawat – dokter
a) Tujuan
Kolaborasi pemberian obat untuk menurunkan gaduh gelisah
b) Tindakan
(a) Beritahu kondisi klien saat ini
(b) beritahu tindakan yang sudah dilakukan
(c) Mintalah saran tindakan apa yang harus dilakukan
c) Strategi pelaksanaan komunikasi
(1) Tahap oreintasi
Salam terapeutik
”Selamat pagi dokter ”,
Validasi
”bagaimana khabarnya dok,
Kontrak
”Dakter ini saya perawat pasien nana, ada yang ingin saya konsulkan”, dokter ada
waktu”
(2) Tahap kerja
"Begini dokter, perlu saya sampaikan mengenai keadaan pasien nana”, ”Kondisi pasien
nana tadi malam tidak dapat tidur, berteriak-teriak, sulit makan, sudah diijeksi
valium 2 ml?
"Apa tindakan yang tepat ya dok, agar gaduh gelisah berkurang?"
(3) Tahap terminasi
”ya, jadi kita observasi terus, ....kemudian kalau toh tidak ada reaksinya kita
lakukan tindakan ECT, begitu dokter”
”kapan dokter akan mengobservasi langsung”
”terimakasih dokter, kita tunggu berkembangannya”.



4. Rencana strategi komunikasi perawat – perawat
a) Tujuan
Operan sift jaga
b) Tindakan
(a) Beritahu kondisi klien saat ini
(b) Beritahu tindakan yang sudah dilakukan
(c) Diskusikan bersama tindakan apa yang harus dilakukan
c Strategi komunikasi terapeutik
(1) Tahap orientasi
Salam terapeutik
”Selamat pagi bapak, ibu”,
Validasi
”bagaimana kabarnya pagi hari ini, mudah-mudah bapak ibu mendapatkan lindungan
Allah swt, begini bapak ibu pagi hari ini kita akan evaluasi pasien, bersamaan
dengan operan jaga,
Kontrak
”kita tahu tujuan evaluasi ini untuk mengetahui berkembangan klien, dan mohon
petugas jaga malam dapat menyampaikan infiormasinya, bapak-ibu setujukan, untuk
bersabar sebentar, ya kurang lebih 10 menit?
(2) Tahap kerja
”bapak ibu kita mulai ya dari klien A.. klien A ini tadi malam tenang, tidur sering
terjaga bolak-balik ke kamar mandi, makan dihabiskan minum obat, tetapi kadang
emosinya masih dangkal, persepsinya realitis”
”Bapak ibu ada yang perlu didiskusikan?”
dan seterusnya ke pasien berikutnya
(3) Tahap terminasi
”bapak ibu, ada 3 pasien yang menunjukkan perkembangan bagus, tinggal bagaimana
memulihkan sosialnya dengan keluarga”,
”oh ya, 3 pasien tersebut perlu mendapatkan dukungan dari keluarga”. Sebelum pulang
tolong keluarga perlu mendapatkan terapi, sehingga keluarga siap menerima. itu saja
pertemuan pagi, sampai ketemu besuk pagi.


J. Analisis Proses Interaksi
Proses terapi dalam konsep komunikasi denagan melalui Analisis Proses Interaksi (API) yaitu menguraikan kegiatan baik verbal (percakapan) maupun non verbal (perbuatan).
Menurut Ellis, dkk (1995), komunikasi dimulai dari pikiran dan perasaan pengirim pesan dari dalam diri, jika mereka ingin dikeluarkan dari intra psikis atau berkomunikasi dengan orang lain pengirim pesan mengubah pengetahuan yang ada dalam pikiran dan perasaan menjadi sandi dalam bentuk perilaku atau pesan.
Maksud analisis interakasi adalah menganalisis pertukaran kata, pikiran, dan perilaku dari 2 orang sedang berdialog dalam kondisi tampak atau disembunyikan.
1. Tujuan API
a. Meningkatkan ketrampilan perawat mendengar secara aktif
b. Meningkatkan ketrampilan perawat berkomunikasi
c. Mengembangkan dasar kemampuan perawat berkomunikasi, sebagai alat pengkajian, interaksi
perawat-klien, memberi intruksi, supervisi klinis, bimbingan klinis
d. Pemahaman diri bagi perawat dan dampaknya
e. Mempersiapkan diri bagi perawat dalam dinamika perilaku
f. Membantu perawat dalam menyusun intervensi keperawatan
2. Komponen API
a. Komuniksi verbal dan non verbal
b. Analisis interpretasi
c. Mengenal perasaan perawat
d. Persepsi perawat, untuk melihat emosi klien
e. Evaluasi, untuk mengetahui efektifitas
f. Alternatif keperawatan, melalui rasionalisasi
3. Analisis berpusat pada perawat
a. Perilaku non verbal perawat
b. Isi pembicaraan perawat
c. Perasaan perawat
d. Tujuan interaksi
e. Mengubah interaksi
4. Analisis berpusat pada klien
a. Perilaku non verbal
b. Isi pembicaraan
c. Perasaan klien
d. Kebutuhan klien

5. Analisis teoritis, yaitu alasan teoritis intervensi


Referensi
Keliat, B.A. (2001). Laporan Pendahuluan dan Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan,
makalah disampaikan pada pelatihan nasional Asuhan Keperawatan Profesional jiwa dan
komunikasi terapeutik Keperawatanm, Batu, Malang.
Varcarolis, E. M. (1990). Foundations of Psychiatric Mental Health Nursing, W.B. Sounders
Company.
Tawnsend, M. C. (1996). Psychiatric Mental Health Nursing Consept of Care, Davis Company,
Philadelphia.


Jawablah pertanyaan dibawah ini singkat dan jelas !
1. Dalam hubungan terapeutik ada dimensi responsif dan dimensi tindakan yang harus diketahui
dan dikuasai oleh perawat. Apa yang anda ketahui demensi responsif ?
2. Sebutkan fase-fase hubungan terapeutik ?
3. Sebutkan faktor-faktor yang mempengaruhi unsur-unsur komunikasi ?
4. Jelaskan fase orientasi atau perkenalan dan tahapan-tahapannya ?
5. WE WERE GIVEN TWO EARS BUT ONLY ONE MOUTH, BECAUSE LISTENING IS TWICE AS HARD AS TALKING.
Apa maksudnya ? dan bagaimana menjadi pendengar efektif ?


1. B – S Hubungan terapeutik perawat-klien merupakan pengalaman belajar timbal balik dan
pengalaman emosional korektif bagi klien
2. B – S Encoding atau menafsirkan adalah komunikan penafsirkan pesan yang telah disampaikan
oleh komunikator
3. B – S Menurut Johari Window, sukses komunikasi interperosnal tergantung oleh kualitas
konsep diri yaitu konsep diri positif atau transparan.
4. B – S Sikap responsif sebagai sarana untuk menjalin hubungan saling percaya, seperti,
ikhlas dalam bertindak, respek, empati, ungkapannya jelas.
5. B – S Perbedaan komunikasi pria dan wanita jika pria itu merindukan tempat/space sedang
wanita merindukan keintiman.
6. B – S Steriotipe dapat menggangu komunikasi, yaitu mengeneralisasikan orang-orang
berdasarkan sedikit informasi.
7. B - S Konfrontasi yaitu seorang perawat mampu mengekspresikan sikapnya terhadap perilaku
klien yang menyimpang untuk tujuan memperluas kesadaran diri klien
8. B - S Komunikasi perawat – klien adalah komunikasi intrapersonal
9. B - S Membusungkaan dada atau bertopang dagu merupakan isyarat proksemik
10.B - S Pertanyaan terbuka, ” apakah anda tinggal sendiri ?”