PENGASAPAN (FOGGING) OLEH LASKAR LORENG EFEKTIFKAH ?

Oleh : Kholid SST, M.Kes

Pertanyaan ini kita munculkan sehubungan dengan Laskar loreng sedang melakukan pengasapan dikota Banyuwangi. Dengan tidak mengurangi rasa hormat atas kepeduliannya dalam mencegah timbulnya penyakit demam berdarah. Masyarakat harus kita beri pemahaman bahwa tindakan yang dilakukan oleh laskar loreng adalah tidakan sementara. Fogging dengan insektisida masih menjadi perdebatan karena efek residunya mengganggu ekosistem lain. Saat ini masyarakat memiliki persepsi yang perlu diluruskan terhadap tindakan yang dianggap jitu tetapi sangat berbahaya terhadap keselamatan dirinya atau keselamatan umum. Padahal masalah itu sebenarnya bisa dicegah dengan biaya murah dan tidak meninggalkan efek samping.
Kasus demam berdarah tidak bisa diatasi oleh sebagaian dari masyarakat, tatapi kasus demam berdarah dapat diatasi dengan baik apabila melibatkan seluruh lapisan masyarakat, jika satu dari anggota masyarakat itu tidak peduli untuk memutus rantai kehidupan nyamuk aides aygipty (sebagai pembawa virus menyebab demam berdarah) maka tindakan yang kita lakukan itu akan sia-sia. Untuk meluruskan persepsi masyarakat maka Dinas kesehatan kabupaten seharusnya tidak henti-hentinya untuk memberikan contoh tentang perilaku yang benar dalam mencapai derajat kesehatan. Sebenarnya program pemerintah melalui GEMASS (gerakan masyarakat sadar sehat) sudah sangat membantu memberikan pemahaman kepada masyarakat, tetapi menjadi bias hadirnya laskar loreng, walaupun dalam kampanyenya tetap tidak meniggalkan pesan 3 M.
Dalam era otonomi daerah saat ini kita tidak bisa lepas tanpa keikutsertaan masyarakat walaupun modal finansial cukup besar. Kepedulian masyarakat merupakan modal pokok dalam membangun daerah. Maka pemberdayaan masyarakat untuk peduli terhadap pencegahan penyakit sangat diharapkan. Banyak penyakit atau gangguan kesehatan yang perlu kepedulian masyarakat, seperti pencegahan demam berdarah, HIV/AIDS, flu burung dan sebagainya.
Program 3 M ditambah 1 M (memanjat) menjadi 4 M masih sangat efektif dalam memutus rantai kehidupan nyamuk aedes aygipty, yaitu :
1. Menutup
Menyadari air bersih sangat dibutuhkan masyarakat, maka air tersebut kemudian di simpan di bak-bak atau di tandon-tandon tetapi sayangnya air tersebut kemudian digunakan nyamuk untuk berkembang biak. Maka perlu kita tutup rapat-rapat agar tidak berkembang biak.
2. Menguras
Memutus rantai kehidupan nyamuk dengan menguras air dalam tandon-tandon atau bak-bak air harus dibudayakan dalam masyarakat..
3. Mengubur
Tidak kita sadari dilingkungan sekitar banyak ban-ban bekas, kaleng-kaleng bekas, dan bahan-bahan lain yang menampun air. Maka perlu kita periksa lingkungan sekitar, jika ada ban-ban bekas, kaleng-kaleng bekas, atau bahan lain yang tidak manfaat dan memungkinkan untuk tertampungnya air harus di kubur.
4. Memanjat
Sering dilupakan bahwa diatas rumah kita ada tempat yang memungkinkan tergenangnya air seperti talang kita yang tidak lancar, rumah walet, sehingga kita harus memanjat untuk mengontrol kondisi ini untuk dibersihkan.
Ekosistem perlu terus kita selamatkan dari tindakan-tindakan yang salah. Kelangsungan hidup dimasa yang akan datang sangat tergantung dari kehidupan sekarang. Maka perlu kesepakatan bersama terhadap tindakan laskar loreng. Jangan sampai tidakan yang dilakukan laskar loreng membawa masalah.ingsaallah. (*)dosen Stikes Banyuwangi)

MEMENTUM KEBANGKITAN ANSHOR DI ERA OTONOMI DAERAH

Oleh : Kholid SST, M.Kes *)

Anshor merupakan gerakan pemuda Islam yang tidak asing lagi, setiap masyarakat mengetahui nama Anshor, terutama generasi tua dapat langsung menyimpulkan bahwa mereka adalah anak–anak muda NU (Nahdatul Ulama). Anak-anak muda NU yang gigih membela Islam membawa panji panji Ahlus Sunah waljamaah, dengan gagah berani mereka menumpus faham–faham atheis di negeri ini di tahun enam puluh-limaan.
Awal berdirinya Ashor sebagai gerakan sosial keagamaan anak–anak muda NU ini adalah untuk mengkader generasi yang memiliki komitmen tinggi dalam menjaga kehidupan beragama dengan mencontoh kehidupan Rosulullah Shalahualaihi wasalama dan para Shahabat Rodhiayallahu anhum seperti garis perjuangan bapaknya yakni NU. Barangkali memang sudah menjadi keniscayaan sejarah bahwa pemuda memikul beban mitos politik dan gudangnya perubahan sosial. Untuk itu orang tua-orang tua kita terdahulu (masayik-masayik) memahami gejolak anak-anak muda dengan sifat-sifatnya progresif, reaktif, ingin selalu perubahan. Ada beberapa alasan mengapa banyak pihak menaruh harapan kepada pemuda, yang pertama, pemuda mempunyai garis perjuangan tanpa pamrih (tidak vested interest); kedua, memiliki tekad yang besar dan semangat yang membara; ketiga, pemuda sedang atau telah menyelesai pendidikan tingkat menengah atas bahkan sekarang pemuda telah banyak mengeyam pendidikan tinggi.
Namun dalam perjalanan waktu anshor penuh dinamika dan pasang surut. Memang kita menyadari bahwa Anshor lebih tampak dalam pengerahan masa untuk menekan kekuasaan karena ketidakadilan dibanding dengan ajakan melalui pemikiran, seperti saat menekan kekejaman kelompok sosialis-atheis pada orde lama, menekan tirani kekuasaan orde baru. Hemat penulis ini terjadi karena, pertama memang situasi dan kondisi saat itu yakni pemerintahan yang sedang berkuasa menggunakan militeristik; kedua, menyadari minimnya kemampuan shahabat-shahabat Ashor dalam mempengaruhi kebijakan pemerintah karena teralalu minimnya shahabat-shahabat Anshor memperoleh pendidikan yang layak. Akan tetapi berbeda dengan situasi sekarang shahabat-shahabat Anshor telah banyak menempuh pendidikan yang layak, mereka tidak sedikit yang telah menyelesaikan pendidikan tinggi, dan telah banyak yang mapan baik secara ekonomi maupun status sosial. Kemudian, tinggal bagaimana shahabat-shahabat anshor ini kembali menyatukan pikir untuk menghadapi perubahan zaman ini, yakni era mellinium?, seiring dengan situasi ini bangsa kita sedang mengalami proses politik dari sentralistik menjadi desentralistik dengan karakteristik: otonomi daerah (daerah memiliki otoritas yang sangat tinggi), partisipasi aktif masyarakat, dan profesionalisme. Melihat perkembangan ini seharusnya Anshor Banyuwangi tidak berkutat pada politik kekuasaan sebagai tujuan, tetapi lebih mengutamakan kepada warga masyarakat ini memperoleh hak-haknya.
Menyadari bahwa saat ini bangsa Indonesia berada pada abad ke-21 atau abad pertama melinium ketiga yang di tandai dengan globalisasi, industrialisasi, Asianisasi dan sistem informasi yang canggih, maka tantangan utama bangsa ini adalah bagaimana cara mengelola Indonesia ini bermanfaat semaksimal mungkin bagi seluruh rakyat dalam meningkatkan mutu kehidupan?. namun sayangnya banyak orang terpukau dengan era millennium ini, dunia serba medernis, industrialis dan transparansi mereka menyangka bahwa hal itu akan membawa pada kesejahteraan, padahal di balik moderinisasi dan industrialisasi yang serba gemerlap dan memukau itu ada gejala yang namanya The agony of modernization yaitu azab sengsara karena medernisasi dan industrialisasi yang berdampak dehumanisasi, yakni orang yang sudah mengesampingkan atau meninggalkan nilai nilai kemanusiaan, orang-orang meninggalkan nilai nilai kegotong-royongan, hormat–menghormati tepo seliro, yang lebih parah agama mulai di tinggalkan sebaliknya situasi menjadi tidak beradab; tidak lagi satun dalam berkomunikasi, saling menjatuhkan, saling menghina dan ini tontonan setiap hari pada anak-anak kita sebagai penerus bangsa.
Kondisi ini nyata ada di hadapan kita, prosesnya tidak terasa dampaknya sangat jelas berawal dari sedikit demi sedikit akhirnya nilai-nilai moral yang telah tertanam begitu aja lepas dalam masyarakat: anak-anak tidak lagi dapat mengontrol dirinya akhirnya terlibat dalam pergaulan bebas, miras dan narkoba, orang tua tidak mampu mengendalikan dirinya untuk menikmati tanyangan madia yang mengarah pada pornografi, pornoaksi atau kekerasan, pemimpin–pemimpin merasa tidak berdosa hidup dalam kemewahan disaat saudara kita yang masih sulit untuk mencari kerja. Nah ini menurut penulis PR bagi kita dan shahabat–shahabat Anshor, apakah kita masuk dalam katagori dehumanisasi tersebut? dan masihkah kita berorganisasi berjuang atas agama Allah SWT membawa panji–panji akidah Ahlus sunnah waljamaah dengan ikhlas (sebagai ciri-ciri dari seorang pemuda), tanpa embel–embel kedudukan, jabatan atau maksud–maksud?, tetapi dapat menggerakkan warga masyarakat di dunia modern untuk dapat mengamalkan agama: memilih pemimpin yang adil dan beranggung jawab, memakmurkan masjid–masjid Allah SWT, menciptakan suasana beragama menjaga anak-anak dan keluarga dari tanyangan media yang tidak beranggung jawab, menciptakan komunikasi yang beradab, perhatihan terhadap kelestarian lingkungan, pendidikan yang berakhlakul karimah, melawan sifat boros dan kemewahan., membendung peredaran narkoba.
Kondisi ini kita harus usahakan bersama, sehinggga harapannya Allah SWT selalu menurunkan hidayah pada masyarakat Banyuwangi, pemimpin yang memenuhi syariat Islam yakni adil, komunikasi yang beradab, tidak lagi terdengar cacian antar sesama muslim antar sesama warga masyarakat, terciptanya lapangan kerja , masyarakat sehat dan berpendidikan, membangun dengan akhlak, memperhatikan kelestarian lingkungan, dan pembangunan berorientasi masa depan.
Untuk mengahadapi persoalan-persoalan sosial dan akidah tersebut diatas, sudah seharusnya Anshor Banyuwangi bangkit untuk melahirkan pemikiran barunya dalam menghantarkan warga masyarakat di dunia modern, seperti awal berdirinya Anshor di Banyuwangi ini penuh dengan inspirasi-inspirasi. Ada beberapa yang patut shahabat-shahabat Anshor cermati di era ini sebagai garda depan pemuda NU yang menjaga nilai-nilai Islam yang berakhidah Ahli sunnah waljamaah, yakni :

a. Pendidikan yang berakhlakul karimah
Melihat situasi bangsa tersebut di atas, Anshor seharusnya memandegani pendidikan yang berahlakul karimah adanya kurikulum adab–adab dari mulai pendidikan dasar sampai pendidikan menengah, Rosullohllah SAW diutus di muka bumi ini untuk menyempurnakan akhlak. Bagaimana mengembalikan Indonesia seperti dahulu sebagai bangsa timur yang terkenal adab dan sopan satun. Sekarang pendidikan berlomba-lomba untuk mencetak anak-anak yang pintar secara Intelgentia sehingga kurikulumpun sesuai dengan keinginan yakni berbasis kompetensi tanpa memperhatikan akhlak pada anak-anak, apa yang disebut dengan kemampuan emosional atau spiritual. Coba kita bisa rujuk pesantren yang tetap mempertahankan kurikulum/kitab ta’alim muta’alim kitab salaf yang terus di junjung oleh pesantren, ulama paham sekali perilaku santri sehingga umumnya santri itu dengan kyai dan guru hormat, di masyarakat kebiasaan ini terbawah.
b. Perlindungan keluarga
Situasi keluarga saat ini terancam, bagaimana tidak?, coba kita analisis selama 24 jam rumah kita di sodori tayangan–tayangan media yang jelas mempengaruhi image atau pikiran keluarga terutama anak–anak kita, maka wajarlah anak-anak kita mencontoh perilaku media, seperti kasus smick down dan masih banyak lagi tindakan –tindakan amoral akibat media di masyarakat. Ini PR kita bersama, teknologi informasi dan komunikasi memang tidak mungkin kita bendung tetapi bagaimana keluarga kita terlindung dari bahaya ini. Di samping itu masalah penyakit dan narkoba yang sudah mengintai keluarga kita, seperti HIV/AIDS, flu burung, makanan halal haram, makanan yang mengandung zat-zat berbahaya.
c. Pelestarian alam
Banyuwangi merupakan daerah pegunungan, hutan dan perkebunan serta sawah dengan keanekaragaman ekosistem. Jika hutan–hutan dan lingkungan ekosistem di Banyuwangi ini banyak yang digunduli dan dirusak tidak hanya kita mengalami kekeringan maka mungkin kita ini menunggu adab dari Allah SWT. Hutan-hutan ini harus kita kembalikan lagi sesuai fungsinya sebagai penahan erosi, penyimpan air, dan penyelamat ekosistem. Pemerintah seharusnya serius terhadap bahaya yang disebabkan oleh rusaknya lingkungan melalui zona merah/bahaya dengan mendapat perhatian khusus dalam penghijauan seperti hutan lindung, pinggiran sungai, pinggiran pantai, hutan kota dan penataan perumahan. Shahabat–shahabat anshor seharusnya kembali mempelopori untuk menjadikan lingkungan yang sejuk dan aman, mencegah bencana, penanganan bencana melalui tindakan langsung atau mempengaruhi kabijakan pemerintah.
d. Penciptaan lapangan pekerjaan
Pekerjaan merupakan sarana hidup manusia. Banyak dari kita saat ini belum memeperoleh pekerjaan apabila jaminan keselamatan, terutama dalam hal ini adalah warga NU. Setiap tahun bangsa ini disodori anak-anak yang telah lulus pendidikan untuk siap kerja, tetapi bangsa ini belum mampu menyalurkan lulusan itu secara merata. Sehingga bangsa ini memiliki tugas cukup berat terhadap warganya yakni penciptaan lapangan bekerjaan. Belum lagi, perlindungan terhadap tenaga kerja baik itu di perusahaan atau tempat-tempat lain seperti mereka yang bekerja di luar negeri. Anshor sebagai gerakan yang melindungi warga masyarakat dari ketidakadilan dan akidah seharusnya sudah memikirkan bagaimana hubungan sosial/muasyaroh ini tetap mendapat perlindungan, keselamatan dan tunjangan, lebih dari itu memperhatikan akidah dari warga masyarakat, jangan sampai situsi ini meninggalkan akidah yang sudah tertanam sejak kecil.
e. Kepemimpinan bangsa
Bangsa ini telah sedang mengalami krisis kepemimpinan, kita pernah mendengar sabda baginda Rosulullah salah satu turunnya hidayah Allah SWT disebuah kampung adalah oleh karena memiliki pemimpin yang adil. Bagaimana pemimpin yang sesuai sariat Islam, hemat penulis anshor paham masalah ini. Saat ini kalau Banyuwangi diributkan masalah pimpinan, itu tidak serta merta menyalahkan warga masyarakat tetapi kita sendiri harus instropeksi diri bahwa Anshor sebagai kader bangsa. Untuk itu pengkaderan sangatlah penting, Anshor seharusnya sudah sejak dini berfikir bagaimana mencetak pempimpin masa depan yang berahlaq karimah, tangguh, tidak terpengaruh oleh situasi. Kita lihat, mengapa dari kalangan kita disaat menjabat sebagai pemimpin tidak mampu mengendalikan diri terhadap godaan-godaan materi? ini yang perlu menjadi catatan dalam pengkader pemimpin bangsa masa depan. Disamping itu anshor seharusnya bersikap kritis terhadap situasi, terus mengontrol pemerintahan untuk berahlakul karimah , jujur dan professional dan mengontrol perilaku perilaku penguasa yang hidup secara berlebihan.
f. Menghidupkan masjid
Masjid merupakan simbol Islam, Anshor lahir di sebuah surou/masjid. Masjid sebagai sarana ibadah umat Islam. Kita melihat kondisi masjid saat ini cukup memadai dan kadang lebih dari memadai bagus dan indah . tetapi yang menjadikan risau kita adalah jamaah yang memanfaatkan . ini seharusnya menjadi agenda penting bagi anshor bagaimana Anshor kembali ke masjid-masjid Allah SWT untuk membangun bangsa ini. Rosullah mengajak kepada shahabat-shahabatnya apabila ada bahaya untuk lari ke masjid. Kita sekarang berhadapan dengan bahaya media. Bagaimana anshor dalam melawan media ini kembali ke masjid, bagaimana amal masjid dihidupkan kembali. Masjid sebagai sarana perjuangan Rosulullah, sebaik–baik tempat, dan sebagai tempat untuk memeperoleh ketenangan dan kemenangan. Mulailah berjuang lewat masjid seperti di jaman Rosullah.
Akhirnya dalam situasi otonomi daerah ini insyaallah anshor masih ta’dim dan cinta terhadap para kyai, masyayik, ulama, tabiit-tabiin, sahabad rodliayallahuanhu dan taudaladan kita nabi yang Agung Muhammad Rosulullah dan tetap memiliki ruh jihat dalam hatinya kalimat lailahhaillallah muhammadar Rosullalah melalui inovasi dan pemikiran baru sehingga menambah ketawajuhan dalam beramal, pemikiran yang berpihak kepada keadilan, mengkader pemimpin-pemimpin bangsa yang berahlaqkul karimah. Ingsaallah (*Dosen STIKes Banyuwangi & Staf Keperawatan Jiwa PKJM/KKO Licin Banyuwangi)

Etika dan Etiket Profesi Keperawatan

Oleh : Kholid, SST. M.Kes

A. Pengantar
Teknologi maju telah menyebabkan munculnya pertanyaan mengenai hal ikwal kehidupan manusia, kualitas hidup dan etika professional. Pertanyaan moral yang paling mendesak pada era teknologi ini adalah kehidupan yang sejahtera, namun demikian tidak sedikit dijumpai adanya teknologi menjadikan alat untuk melakukan penyimpangan, seperti ; oborsi, penyimpangan penggunaan alat kontrasepsi, penganiayaan, bunuh diri, transplantasi.
Kita tahu manusia itu dinilai oleh manusia lain dalam tindakannya. Ada beberapa macam penilaian tindakan manusia, seperti ; Tindakan dinilai dari keadaan sehat dan sakit, yang menilai ini biasanya dokter, kemudian penilaian ini disebut penilai medis. Tindakan dinilai menurut indah tidaknya tindakannya, orang dinilai indah jalannya, indah nyanyiannya dan seterusnya, kemudian penilaian ini disebut penilaian estetis. Tindakan dinilai baik dan buruknya seseorang, penilaian ini disebut penilaian etis dan moral.
Untuk memahami etika, maka ada 2 aspek dalam menilai baik – buruk, yaitu; 1) aspek tahu, 2) aspek memilih :
Contoh
orang tidur ngorok ------ tidak dapat dinilai baik –buruk
orang mengendarai mobil tiba-tiba menabrak ------- maka ia pun tidak dapat dinilai baik – buruk
pada anak ------ belum mendapatkan penilaian baik - buruk

Berbagai makna terminologi etika. Etika berhubungan dengan bagaimana seseorang harus bertindak dan bagaimana melakukan hubungan dengan orang lain. Etika tidak hanya menggambarkan sesuatu, tetapi lebih kepada perhatian dengan penetapan norma dan standar seseorang dan yang seharusnya dilakukan. Etika menitikberatkan pada pertanyaan atas apa yang baik dan yang buruk, karakter, motif atau tindakan yg benar dan salah. Etika dalam keperawatan kesehatan, dimana etika perawat memfokuskan pada apa yang baik dan benar untuk kesehatan dan kehidupan manusia.
Pandangan tentang ilmu etika dengan ilmu lain, Contoh perbedaan ilmu etika dengan ilmu budaya, 1) Obyek materi : kedua bidang ilmu tersebut sama-sama mempelajari manusia, 2) Obyek forma ; ilmu etika mempelajari tindakan manusia yang dilakukan dengan sengaja, sedangkan ilmu budaya mempelajari hasil cipta manusia.
Etika mempelajari tindakan manusia yang di sengaja, Bagaimana yang dimaksud dengan tindakan sengaja ?, apakah ada kehendak bebas dalam tindakan sengaja itu?
Jika didefinisikan secara umum terminologi moral dan etik adalah sama, meskipun terdapat sedikit perbedaan makna. Moral merupakan perilaku aktual, kebiasaan dan kepercayaan kelompok orang atau kelompok tertentu. Moral memiliki karakter social, sedangkan etika adalah pola atau cara hidup, sehingga etika dalam keperawatan merefleksikan sifat, prinsip, dan standar perawat untuk berperilaku profesional.
Etika terlahir dari nilai yang diyakini. Nilai akan tertanam pada diri seseorang apabila orang tersebut berada dalam sebuah masyarakat. Kekuatan dan keajegan masyarakat dalam mempertahankan nilai-nilai akan mempengaruhi moral masyarakat. Nilai tersebut berupa; agama, budaya, pendidikan. Tertanamnya nilai kedalam diri kemudian membentuk sebuah kepribadian akan membantu seorang dalam bertindak. Nilai dan etika saling berhubungan, penanaman nilai sejak dini akan membentuk moralitas pribadi yang tercermin dalam perilaku dalam berhubungan, pengambilan keputusan seseorang serta tindakannya mengacu kapada kaidah-kaidah profesi.
Penerapan etika sering berbenturan dengan budaya dalam masyarakat, seperti kasus persalinan lama. Seorang perawat atau bidan dengaan pengetahuan yang dimiliki, kasus ini harus segera dirujuk ke Rumah sakit. Tatapi lain dengan masyarakat, ia masih harus mempertimbangkan beberap hal, mengenai masalah yang berkenaan adapt-istiadat, kepercayaan seperti mecari orang yang dipercaya dapat menyelesaikan melalui doa dan sajian-sajian, mengumpulkan keluarga dalam membawa ke pelayanan kesehatan yang menyangkut biaya, dan banyak hal dalam mesyarakat kaitannya pengambilan keputusan tindakan kesehatan yang akan dilakukan.
Berbuatlah baik pada sesama, maka anda etis, benarkah demikian ? Contoh, Ada teman butuh uang satu juta; sebagai orang baik dan etis, anda serta merta meminjami. ternyata uang tersbt digunakan untuk judi dan minum-minuman keras, teman anda kalah dan mabuk, sampai rumah teman anda memukuli istrinya karena lambat buka pintu.. Sudah etiskan anda ?. Lebih rumit lagi etika di tempat kerja. Contoh, Seorang perawat merawat pasien menerima pemberian dari keluarga pasien. Apakah ini etis ?

B. Pengertian Nilai, Moral dan Etika
1. Nilai
Nilai adalah seperangkat keyakinan dan sikap terhadap sesuatu yang benar, indah, berguna mengenai pemikiran, benda, atau perilaku yang dimiliki individu. Nilai terlihat dalam tindakan; memberi arah dan memberi arti untuk menjalani kehidupan.
Nilai berkembang dari pengalaman-pengalaman yang didapat dari orang-orang dan dari lingkungan sekitar. Nilai-nilai membentuk dasar perilaku, sehingga seseorang meyakini suatu nilai, maka perilaku yang ditampakkannya adalah sesuai dengan nilai tersebut. Nilai-nilai yang dianut ini akan mengontrol perilaku dan sangat bermakna untuk mengambil suatu keputusan. Ada 2 bentuk nilai, yaitu : 1) nilai intrinsic ; berhubungan dengan segala sesuatu yang berguna untuk mempertahankan hidup, misalnya makanan, air, udara segar. 2) Nilai ekstrinsik ; berasal dari luar individu dan tidak terlalu perlu untuk mempertahankan hidup, misalnya tentang kemanusiaan, kesejahteraan.
2. Moral
Moral berasal dari bahasa latin : Mores yang berarti : adat kebiasaan. Moral adalah keyakinan individu bahwa sesuatu adalah “mutlak” baik atau buruk walaupun situasi berbeda. Moral salalu dikaitkan dengan ajaran baik buruk yang diterima umum atau masyarakat. Karena itu adapt-istiadat masyarakat menjadi standar dalam menentukan baik dan buruknya suatu perbuatan. Contohnya apabila seseorang mempunyai keyakinan yang kuat meskipun ia bepergian ke suatu tempat yang segala sesuatunya berbeda maka keyakinannya tidak akan berubah.
Perkembangan moral ini dimiliki sejak lahir sesuai dengan keyakinan bahwa manusia berkembang terus sampai ia meninggal moral ini akan berkembang terus. Apabila seseorang masuk ke pendidikan keperawatan maka ia telah memiliki seperangkat moral sampai dengan usia 18 tahun. Keyakinannya melihat yang baik adalah baik dan yang buruk adalah buruk akan memudahkan ia untuk masuk kesuatu kode etik profesi.
3. Etika
Etika berasal dari Etiket (Bahasa Perancis) artinya Undangan. Para raja pada saat itu mengatur bagaimana kegiatan-kegiatan seremonial dapat bejalan secara baik. Kemudian Etika dapat diartikan tatanan perilaku berdasarkan system tata nilai suatu masyarakat tertentu. Etika lebih banyak dikaitkan dengan ilmu filsafat, karena itu standar baik dan buruk itu adalah akal manusia.
4. Akhlak
Akhlak dalam kamus besar Bahasa Indonesia artinya budi pekerti atau kelakuan. Dalam bahasa arab akhlak artinya: tabiat, perangai, kebiasaan.
Akhlak adalah sikap yang melekat pada diri seseorang yang diwujudkan dalam tingkah laku atau perbuatan. Apabila perbuatan itu baik menurut agama maka perbuatan atau tindakan itu disebut akhlakulkarimah (akhlak yang mulia) sebaliknya apabila buruk disebut akhlakul mazmumah (akhlak yang tercela). Standar baik dan buruk akhlak berdasarkan Alquran dan Sunah Rosul. Sedangkan moral dan etika berdasarkan adat istiadat atau kesepakatan yang dibuat oleh suatu masyarakat.
C. Prinsip-prinsip Etika
Etika dalam makalah ini adalah normative ethics, yaitu standar moral yang mengatur benar atau salah. Dalam prinsip normatif klasik mengemukakan; we should do others what we would want others to do us.
Terdapat tiga pendekatan dalam etika normative, yaitu : a) Virtue Theories ( Teori kebajikan), b) Duty Theories ( Teori Kewajiban) dan c) Consequentialist Theorist (Teori Konsekuensi)
1. Virtue Theories ( Teori kebajikan)
Teori ini lebih memberi penekanan pada perilaku baik, sebagai suatu kebajikan atau Virtue. Menurut Plato terdapat empat Cardinal Virtue; Bijak, Berani, sederhana, dan adil. Fieser (2003) menambahkan: tabah, tulus, mempunyai harga diri, sabar dan dermawan.
2. Duty Theories ( Teori Kewajiban)
Menurut Ross ada 7 kewajiban yang harus dilakukan manusia :
1) menepati janji,
2) memberi ganti rugi jika kita merugikan org lain,
3) Berterimakasih kepada orang yang membantu kita,
4) tidak menyakiti orang lain,
5) meningkatkan citra,
6) pengetahuan, dan
7) Ketrampilan pribadi.
Ross menyatakan bahwa dimungkinkan akan terjadi konflik kewajiban. Sehingga kita harus bijak dalam mengambil keputusan. Contoh, seorang direktur yang memecat mahasiswa yang mencuri, jelas menyakiti orang lain, tatapi ia telah berlaku adil dan membantu mahasiswa lainnya.
3. Consequentialist Theorist (Teori Konsekuensi)
Teori ini menetapkan baik buruknya suatu perilaku berdasarkan “analisis harga dan manfaat” atas konsekuensi tindakan. Jadi suatu aksi secara moral dikatakan benar apabila akibat baik dari aksi tersebut lebih banyak dari pada akibat buruknya. Bila konsekuensi baik lebih banyak dari konsekuensi buruk berarti tindakan kita benar.
D. Kode Etik Keperawatan
Karakter dan sikap perawat terbentuk dari hubungan emosional dengan masyarakat. Seorang perawat akan memiliki perasaan empati, apabila perawat memahami situasi yang dialami orang lain. Penerapan perawatan professional harus diawali dengan perubahan dari berfokus pada kepentingan pribadi, kepada kepentingan orang lain atau orang banyak, sehingga seorang perawat ditutut untuk mampu mengambil sebuah keputusan. Untuk itu menjadi seorang perawat professional secara aktif berpartisipasi dalam mengembangkan identitas moral lewat kode etik.
Kode merefleksikan prinsip etik yang secara luas diterima oleh anggota profesi. Kode ditulis secara umum, universal. Kode tidak memaksa seorang perawat untuk menerapkan dalam situasi khusus, namun kode tersebut memberikan panduan untuk membantu perawat dalam pertimbangan moral. Kode merefleksikan autonomi (kebebasan dalam memilih), kemurahan hati (bertindak baik), nonmaleficence (penghindaran dari bahaya), keadilan (memperlakukan semua orang secara adil) serta prinsip skunder dari kejujuran (bicara kebenaran). Kesetiaan (memegang janji) serta kerahasiaan (menghormati informasi tertentu).
E. Tanggung jawab dan tanggung gugat
Seorang perawat memiliki tanggung jawab dan tanggung gugat dalam memberi asuhan keperawatan. Tanggung jawab mengacu pada pelakasanaan tugas yang dikaitkan dengan peran perawat. Seperti seorang perawat ketika memberikan medikasi, maka seorang perawat mempunyai tanggungjawab dalam mengkaji kebutuhan kliean terhadap obat-obatan, memberikannya secara benar dan dalam dosis aman, serta mengevaluasi terhadap respon setelah diberi obat.
Tanggung jawab perawat dalam menjalankan tugas berdasarkan kompetensi. Untuk mempunyai kompetensi seorang perawat harus memiliki pengetahuan dan kemampuan. Seorang perawat memiliki latar belakang pendidikan yang jelas seperti ia harus terlebih dahulu menempuh jenjang pendidikan yang telah dtetapkan oleh profesi seperti, Diploma III Keperawatan atau S-1 Keperawatan dan seterusnya.
Tanggunggugat artinya seorang perawat dalam setiap tindakannya harus dapat memberikan alasan. Seorang perawat bertanggunggugat atas dirinya sendiri, klien, profesi, atasan dan masyarakat. Seperti jika seorang perawat salah dalam memberikan dosis medikasi maka seorang perawat bertanggunggugat kepada klien, dokter yang memberikan perintah atau program terapi, profesi serta masyarakat.
Tanggunggugat memicu evaluasi efektif perawat dalam prakteknya. Tanggunggugat professional memiliki tujuan, sebagai berikut : 1) mengevaluasi atau menkaji ulang terhadap praktek yang telah ada, 2) mempertahankan standar perawatan, 3) memudahkan dalam merefleksikan pemikiran, dan pertumbuhan pribadi, 4) memberikan dasar pengambilan keputusan etis.

Daftar Pustaka
Potter & Perry (1997). Buku Ajar Fundamental Keperawatan; Konsep, Proses, dan Praktek, Yasmin dkk, 1999 (alih bahasa), Yulianti, dkk, 1999 (Editor), Penerbit EGC, Jakarta.

PROBLEMA KESEHATAN JIWA

PROBLEMA KESEHATAN JIWA


Delema dalam menghadapi Krisis di Usia Remaja !
Oleh. Kholid, SST. M.Kes*)

Krisis merupakan gangguan internal yang ditimbulkan oleh peristiwa yang menegangkan dan mendadak apakah itu bencana, kehilangan atau perseteruan. Sehingga keadaan ini membuat orang sulit mempertahankan keseimbangan, yang terjadi orang tersebut tidak mempu berfikir jernih alias bingung atau stres, dan jika keadaan ini tidak kunjung reda maka energi yang dikeluarkan akan habis sehingga orang tersebut pada akhirnya mengalami kelahan atau sakit. Maka apabila situasi krisis ini segara mendapakan penanganan optimal maka akan a) Menurunkan emosi disaat stress, b) lebih produktif dalam mengelola sumber-sumber koping/pertahanan, dan c) mereka tidak jatuh dalam keadaan yang lebih berat yaitu gangguan jiwa. Krisis terjadi secara mendadak, terjadi pada setiap orang, keluarga, kelompok, individu tersebut tidak siap menghadapi kejadian, kegagalan menangani kejadian tersebut dapat berdampak meningkatnya tekanan pada dirinya, perasaan menjadi cemas, takut, merasa bersalah atau berdosa, marah malu dan biasanya keadaan bertambah menderita. Lama atau waktu terjadinya krisis yaitu; krisis yang berjangka pendek antara 23 –36 jam, sedangkan krisis yang berjangka lama berkisar antara 4-6 minggu.
Krisis merupakan istilah umum yang digunakan masyarakat dalam situasi dimana terjadi perubahan keadaan secara tiba-tiba. Menurut Caplan (1964) krisis adalah kondisi kacau pada saat keadaan stabil. Sedangkan Petzold (1985); schnyder and Matter (1993) yang dikutip oleh Schinyder (1997) menyatakan bahwa krisis terjadi karena adanya gangguan dalam sistem diri manusia baik yang ada dalam diri biologis, psikologis dan sosial, hal ini disebabkan oleh karena strategi koping yang dimiliki individu tidak dapat mengembalikan kondisi seimbang. Jika kondisi ini terjadi terus-menerus akan mengacam sistem diri. Krisis dapat dikatogorikan menjadi krisis maturasi/perkembangan, krisis situasi.
Para ahli psikologi dalam menganalisa terhadap situasi krisis. Selama masa perkembangan 2 kali individu mengalami kegoncangan atau krisis; Pertama tahun ketiga dan keempat kehidupan sedang ke-dua masa permulaan pubertas (pada perempuan usia 9 -11 tahun sedang laki-laki usia 13 – 15). Berdasarkan dua masa kegoncangan tersebut, perkembangan individu dapat digambarkan melewati tiga periode, yaitu : a) dari lahir sampai masa kegoncangan pertama ( tahun ketiga atau keempat yang disebut masa anak-anak), b) dari masa kegoncangan pertama sampai masa kegoncangan kedua yang disebut masa keserasian bersekolah, dan c) dari masa kegoncangan kedua sampai akhir masa remaja yang disebut masa kematangan.
Bagaimana dengan kondisi remaja ?
Kegoncangan yang terjadi pada ramaja sangat kompleks jika dibandingkan dengan usia anak-anak, pada anak-anak lebih kepada kecukupan nutrisi dan pola asuh orangtua. Ada 4 faktor yang
perlu dipahami oleh orangtua dan masyarakat menyangkut kehidupan remaja, pertama factor biologi, seiring dengan pertumbuhan maka usia remaja secara progresif tumbuhnya hormone remaja seperti gonadotropin atau prolaktin serta kelenjar-kelenjar tubuh lain, yang ditandai dengan munculnya ciri-ciri sek skunder, factor kedua yaitu psikologi, anak berusaha untuk mengekspresikan perasaannya kedalam emosinya yang ia inginkan atau idolakan, sehingga pada usia remaja ini adalah usia yang penuh intuitif dan inspirasi dalam membangun diri kedepan, dan factor ketiga adalah factor sosial, pada usia ini anak mulai menjalin hubungan dengan kelompoknya/groupnya, ia mulai memisahkan diri dari orangtuannya, maka apabila kelompok-kelompok yang di bangun oleh remaja itu positif maka akan memberikan kontribusi besar terhadap keberhasilan atau kesuksesan , sebaliknya apabila kelompok tersebut mengarah kepada hal-hal negative maka sebaliknya kegagalan yang didapatkan, dan factor yang menentukan adalah spiritual, maka jangan heran atau terperangah terhadap kehidupan beragama seorang anak remaja, kelau mereka mendapat spirit keagamaan yang bagus maka ia korbankan jiwa dan raga demi keyakinannya dalam arti agamanya, bangsa dan negaranya. Tetapi yang terjadi sekarang seiring dengan pertumbuhan dan perkembangan, anak remaja dihadapkan situasi lingkungan yang serba enak dan mudah tetapi dibalik kemudahan dan serba enak akibat teknologi adalah ketidakmampuan untuk menahan diri sehingga tidak sedikit remaja terlena terhadap kesenangan sementara seperti perilaku konsumtif, narkoba, berlama-lama menikmati tayangan TV atau Internet, sek bebas, sehingga menghapus keinginan-keinginan mulia.
Dampak tehnologi memang sangat luar biasa, maka era saat ini banyak kelangan menyebut sebagai The agony of modernization yaitu azab sengsara karena modernisasi dan industrialisasi berdampak pada dehumanisasi, yakni orang sudah mengesampingkan atau meninggalkan nilai-nilai kemanusiaan, orang-orang meninggalkan nilai-nilai kegotong-royongan, hormat–menghormati tepo seliro, yang lebih parah agama mulai di tinggalkan sebaliknya situasi menjadi tidak beradab; tidak lagi santun dalam berkomunikasi, saling menjatuhkan, saling menghina dan ini tontonan setiap hari pada anak-anak remaja kita sebagai penerus bangsa.
Keberhasilan resolusi krisis kemungkinan besar terjadi jika persepsi remaja terhadap peristiwa adalah realistic; menekan atau menseleksi pernyataan-pernyatan yang tidak realistic, tayangan-tayangan media yang tidak realistik, tersedianya dukungan social, yaitu orang yang dapat membantu menyelesaikan masalah seperti guru, ustad, saudara, teman akrab, kemampuan remaja dalam menggunakan pertahanan diri akan membantu mengurangi kegoncangan. Disamping itu untuk memahami makna krisis bagi perkembangan kepribadian, kita mengingat kembali fungsi ego atau fungsi akal. Tugas utama ego ialah menyesuikan diri terhadap dunia luar sesuai dengan kemampuan akal. Kemampuan untuk menghadapi dan menanggulangi tergantung dari kekuatan kepribadian. Seorang yang kuat egonya akan sanggup memelihara keutuhan jiwanya, sebaliknya bila rapuh ia akan mudah tergelincir. Kuat dan rapuh itu tergantung pembawaan dan pengalaman.
Fase-fase krisis
Menurut Eric Lendemen (1965), Gerald Caplan (1964) yang dikutip oleh Chiver (1998) fase-fase krisis meliputi: Pre crisis - status individu dalam kondisi seimbang, individu mampu mengatasi stres setiap hari; Impact, adanya kejadian yang mendadak, individu berusaha menyangkal atau tidak menerima kejadian tersebut; Crisis individu terganggu pola pertahanan dirinya, individu saling menyalahkan, individu merasionalisasikan keadaan, tidak efektifnya perilaku aktifitas sehari-hari; Resolusition, individu mengakui realitas yang sedang terjadi, usaha menggunakan pendekatan pemecahan masalah melalui uji coba (trial and error), secara tidak langsung mulai mengatasi kecemasan, namun individu masih memperlihatkan depresi dan masih tampak mengalami harga diri rendah; Post Crisis Jika kemampuan individu dalam mempertahankan diri potisif sesuai dengan pertumbuhan dan perkembangannya maka akan mudah beradaptasi, sebaliknya jika peran dan fungsinya dibatasi oleh lingkungannya maka akan terjadi penolakan, represi, tidak efektifnya koping serta tidak mampu memecahkan masalah.
Intervensi Krisis
Krisis intervensi adalah sebuah aktifitas sementara dalam situasi stres. Individu dalam hal ini remaja aktif dalam melakukan intervensi krisis; ia menyeleksi atau mengklarifikasi masalah, mengungkapkan perasaan, menyatakan tujuan serta merencanakan pengambilan keputusan. Keberhasilan intervensi krisis sangat ditentukan oleh lingkungan individu terutama keluarga, teman dekat, masyarakat, dan unit perawatan jiwa atau psikiatrik.
Upaya yang dapat membantu mengatasi krisis adalah dengan pendekatan keluarga. Namun sayangnya keluarga ikut terbawah arus modernisme, orangtua tidak menjadi tauladan atau contoh bagi anak-anaknya. Apabila keluarga berfungsi sebagai madrasah diniyah ula maka akan menekan kenakalan remaja. Kedua kelompok sebaya atau group, maka jika remaja berada dalam kelompok yang baik maka remaja tersebut mendapakan support yang konstruktif, namun sebaliknya jika remaja tersebut berada dalam kelompok yang buruk seperti, kebiasaan merokok, minum-minuman keras, pergaulan bebas, maka remaja tersebut beresiko distruktif. Ketiga guru/atau ustad adalah orangtua kedua bagi anak remaja, apabila guru atau ustad dapat mendengarkan keluhan dan memecahkan masalah remaja akan membantu mengurangi situasi krisis. Dan Ke-empat Support system/lingkungan sangat diharapkan oleh seorang anak remaja dalam mengatasi krisis. Lingkungan keluarga misalnya disitu ada ayah, ibu, anak, dan kakek atau nenek dapat memahami anak remajanya yang sedang tumbuh dan berkembang, dan bisa mengatasi masalah yang dihadapi anaknya. Lingkungan sekolah misalnya disitu ada guru, siswa dan orang tua siswa saling bekerja sama dalam pengawasan anak remajanya dan dapat memahami dan meberikan solusi terbaiknya. Lingkungan masyarakat di situ Ingsaallah.(* Dosen STIKes Banyuwangi, Staf Keperawatan Jiwa PKJM/KKO Licin Banyuwangi)

DAMPAK TIDUR TERHADAP GANGGUAN JIWA

(Kholid, SST.M.kes)

A. Pengantar
Tidur merupakan salah satu kebutuhan primer manusia. Kira-kira sepertiga waktu hidup manusia dilewatkan dalam keadaan tidur. Dahulu tidur dianggap sebagai suatu keadaan yang mirip sekali dengan kematian; dalam keadaan tidur tidak terjadi apa-apa, manusia kehilangan kesadarannya, juga kehilangan kemampuannya. Dan mitologi dikisahkan bahwa Dewa tidur bersaudara dengan dewa kematian. Ternyata anggapan seperti itu kemudian terbukti keliru, karena selama tidur terjadi serentetan peristiwa yang punya makna fisik dan psikologis. Dengan tidur manusia menghilangkan kelelahan fisik dan mental.
Kesehariannya aktifitas kita dibagi menjadi tiga yaitu sepertiga untuk bekerja, sepertiga untuk bersenang-senang dan sepertiga untuk tidur. Bagi orang dewasa normal kebutuhan waktu untuk tidur berkisar antara 6 sampai 7 jam dalam sehari, sedangkan lanjut usia waktu tidurnya lebih sedikit. Pada umumnya para pakar tidur menduga tidur mempunyai peran restorasi (pemulihan) yaitu untuk pemeliharaan kesegaran tubuh sepanjang hidup kita. Dalam keadaan normal orang bisa mengalami gangguan tidur (insomnia) disebabkan karena adanya penyakit fisik yang mendadak seperti panas yang tinggi, rasa nyeri hebat, gangguan emosional dan lain-lain.
Jutaan orang di dunia apakah Amirika atau Indonesia telah mengalami insomnia setiap malam dalam tiap tahun. Allan-Rechtschaffen dalam penelitiannya tentang tidur melalui pertanyaan sederhana seperti apakah anda mengalami kesulitan untuk jatuh tidur atau sering terbangun?, hasilnya ternyata 14 dari 100 penduduk menjawab sering, hal ini berarti 14 % dari populasi sering menderita insomnia. Tiga puluh persen (30%) penderita anxietas mengalami insomnia, demikian kasus depresi. Jutaan orang pada setiap hari menderita depresi yang ringan sampai berat. Sebagai contoh proses insomnia patologis pada kasus depresi berlangsung lama, intensitasnya tinggi dan menyebabkan efesiensi kerja keesesokan harinya menjadi kurang. Depresi merupakan manifestasi dari gangguan emosional yang dapat memperlihatkan beberapa bentuk seperti sering terjaga dalam tidur atau terbangun pada dini hari Hal ini terjadi karena adanya gangguan problem finansial, dapat pula karena kesulitan marital dan social, adanya kecelakaan atau kehilangan yang dikasihi atau tak berhasilnya ambisi-ambisi pribadi.
Kekurangan tidur dalam jangka waktu tertentu menimbulkan keluhan rasa lelah, penurunan psikomotor, hipersensitif terhadap rangsangan nyeri (fisik dan mental), kurang gesit, kesulitan dalam hubungan sosial, peningkatan libido, gangguan konsentrasi berfikir, kebingungan, emosi labil, ingatan menurun dan gangguan kejiwaan.

B. Pengertian tidur
Batasan tidur sulit diseragamkan, tergantung dari sisi mana orang melihatnya; Hartmann mengemukakan tentang batasan tidur adalah suatu keadaan tertentu yang teratur dan berulang, ditandai dengan keadaan yang relative tenang/diam dan meningkatnya ambang terhadap rangsangan dari luar dibandingkan dengan saat jaga ( bangun )
Penulis lain membuat batasan tidur sebagai suatu keadaan yang bersifat diurnal, ritmis dimana orang dalam keadaan diam dengan kesadaran ditekan sehingga ia terpisah dari lingkungannya. Fenomena tidur dapat didefinisikan sebagai suatu keadaan menutupnya mata, kontriksi pupil, relaksasi otot-otot, menurunnya tekanan darah, detak jantung dan metabolisme yang fisiologis dan berulang disretai gambaran rekaman otak yang karakteristik.

B. Fase-fase Tidur
Berdasarkan atas tanda-tanda yang baku, terutama gerakan bola matanya, maka tidur sebenarnya terdiri dari 2 fase yaitu :
1. Fase Non REMS ( Non Rapid – Eye – Movement – Sleep ) dan
2. Fase REMS ( Rapid – Eye – Movement – Sleep )


C. Tanda/gejala tidur :
a. Fase Tidur Non REMS
Disebut juga fase sinkronisasi, tidur S atau tidur tanpa mimpi.
Fase ini ditandai dengan timbulnya gelombang lambat dalam rekaman otak yang disebut Slow Wave Sleep dan tidak adanya gerakan bola mata yang intensif dan cepat. Rekaman otot menunjukkan penurunan kegiatan otot dibandingkan waktu bangun.
Tidur S terdiri atas 4 tingkatan, berdasarkan atas kedalaman tidurnya, yaitu
Tingkat 1 Ngantuk ( drawsiness )
Saat masih baru terlena dan merupakan transisi dari bangun ke tidur. Tidurnya masih dangkal dan mudah dibangunkan dengan suara atau sentuhan ringan. Otot-otot mulai relaksasi sehingga tidak lagi mampu menyangga kepala dan tubuh agar tetap tegak, kecuali otot spingter justru berkontraksi untuk mencegah agar tidak beser kencing atau berak. Pada orang normal, tidur tingkat 1 ini merupakan 5 – 10 % bagian dari total waktu tidur. Pada EEG muncul gelombang α, β. dan α ( teta ) ( belum merasa tidur betul ).
Tngkat 2 Tidur ringan ( Light steep )
Permulaan dari tidur yang sebenarnya dan bila dibangunkan orang ini sudah merasakan tidur. Pada rekaman otak sudah mulai muncul gelombang tidur (sleep spindle) dan K – kompleks. Dan akhir tidur tingkat 2 ditandai dengan munculnya gelombang δ ( delta ).
Pada orang normal lamanya tidur ini sekitar 15 – 20 menit, Yang dimaksud dengan sleep Latency adalah mulai munculnya tidur tingkat 2 dengan permulaan orang tersebut memejamkan mata, orang normal sleep latencynya 5 – 13 menit. Pada orang dengan gangguan tidur sleep latency-nya lebih lama dari 13 menit.
Tingkat 3 Tidur sedang ( Moderete sleep )
Tidur yang cukup dalam sehingga lebih sulit dibangunkan dan terjadi sekitar 30 – 45 menit setelah permulaan tidur. Merupakan bagian 3 – 4 % dari seluruh waktu tidur. Pada EEG ada gelombang lambat (slow wave) delta dan teta yang jelas mencapai 50 % gelombang rekaman. K-kompleks jumlahnya menyolok dan dominan.

Tingkat 4 Tidur Dalam ( Deep Sleep )
Tidur lelap atau nyenyak yang paling sulit dibangunkan. Tonus otot hilang sama sekali dan mata berhenti bergerak irama pernafasan dan detak jantung menurun. Rekaman otak dominasi gelombang delta lebih dari 50 %, sleep spindle menurun, sehingga tidur tingkat 4 dan 3 ini disebut juga tidur delta. Pada manusia yang disebut slow wave sleep ( SWS ) adalah tidur delta ini ( tingkat 3 dan 4 )
b. Tidur REMS ( Rapid – Eye – Movement – Sleep )
Atau Tidur D, Pada tidur ini tonus otot yang semula hilang muncul kembali, terutama otot ekstremitas dan rahang bawah, bahkan sekali-kali mengejang. Bola mata bergerak bahkan dengan kecepatan tinggi namun tetap dalam keadaan tidur dalam ( paradox )
Tidur D terjadi sekitar 70 – 90 menit setelah mulai tidur dan lamanya bervariasi dari 5 menit (pada siklus awal) sampai dengan 60 menit (pada siklus akhir tidur). Periode mulai memejamkan mata sampai mulainya REMS disebut REMS latency yang punya arti klinis pada gangguan tidur. Tidur REM merupakan 20 – 25 % total tidur. Rekaman otak menunjukkan adanya gelombang frekwensi tinggi dan voltage rendah yang mirip rekaman otak orang bangun, disertai gerakan mata regular tapi sporadic. Tidak ada gelombang delta, spindle sleep dan K- Kompleks, namun ada gelombang teta didaerah hipokampus.

D. Irama Circardian
Kegiatan berulang (siklus) yang terjadi selama kira-kira sehari. Ritme Circardian adalah suatu keadaan fisiologis hormonal yang fluktuatif secara tetap selama 24 jam.
Irama circardian artinya Circa = kira-kira dan Dian = hari, irama ini merupakan bagian dari irama kegiatan kehidupan yang disebut bioritma. Tidur dan bangun merupakan salah satu manifestasi irama circardian yang berlangsung selama kurang lebih 24 jam mengikuti irama siang dan malam atau terang dan gelap.
Pada malam hari terdapat kemudahan untuk tidur karena pada malam hari lingkungan sekitar kita tenang dan cuaca lebih sejuk. Namun yang terpenting adalah factor dari dalam tubuh sendiri, pada malam hari timbul rasa ngantuk akibat lepasnya berbagai jenis neurohormon yang merangsang tidur. Sebaliknya pada siang hari lebih pas untuk mencari nafkah dan melakukan kegiatan produktif, karena suasana lingkungan yang terang benderang dan hilangnya rasa kantuk.
Irama circardian berkaitan erat dengan kerja susunan syaraf ( SS ) otonom yang terdiri 2 komponen, yaitu syaraf simpatik dan para simpatik. Pada siang hari akibat factor dari luar dan dalam tubuh terjadi peningkatan SS simpatik sehingga tubuh mempunyai kemampuan siap siaga menghadapi perjuangan sebaliknya SS parasimpatik menurun kegiatannya. Pada malam hari Kegiatan SS parasimpatik meningkat sedangkan kegiatan SS simpatik menurun atau tetap. Kondisi ini disebut Trophotropic endophylactic.

E. Lonceng Tubuh
Berkaitan dengan irama circardian diduga ada lonceng didalam otak yang mengatur irama tersebut dengan perubahan pencahayaan oleh mata. Lonceng tubuh didalam otak ini mempunyai jalur saraf dengan mata, lonceng tubuh ini terletak di inti supraklasma hipotalamus.
Hipotalamus merupakan bagian otak yang mengatur SS otonom, sedang SS otonom adalah SS yang mengendalikan fungsi jaringan tubuh yang bekerjanya diluar kemampuan kita, suhu tubuh, tekanan darah, detak jantung, pernafasan, pelepas hormon, serta tidur dan bangun.
1. Persarafan terkait dengan tidur
Struktur bagian otak yang terkait dengan tidur dan bangun;
a. Basal forebrain
b. Inti thalamus intralamina
c. Formasio retikularis
d. Bahan penidur dalam tubuh
Tubuh mengeluarkan beberapa macam bahan yang dapat menimbulkan kantuk dan tidur antara lain :
a. Delta sleep inducing factor
b. Crowth hormone releasing factor
c. Somatostatin
d. Growth hormone
e. Arginine vasotocin
f. Prostadglandins
g. Metil peptides ( Faktor s )
h. Sirotonin
i. Melatonin Uridine
j. Adenosine
Selain itu tubuh juga mengeluarkan beberapa bahan yang menyebabkan bangun ( jaga ) antara lain;
a. Alpa-meinocyte-stimulating hormone
b. Corticotropin releasing factor
c. Thyrotropin releasing hormone dan
d. Endogenous opioids.
2. Fisiologi Tidur dan bangun
Bangun (jaga) berkat rangsangan terus-menerus batang otak melalui ARAS. Rangsangan akan berkurang manakala kegiatan meningkat dari system refe yang letaknya dibatang otang menekan ARAS.
Pada malam hari setelah matahari tenggelam, produksi meltonin meningkat berlipat ganda diduga jumlah serotonin diotak juga meningkat, Berawal dari tidur S ( non REMS). Tidur D ( REMS ) berkaitan dengan SS kolernergik dan SS Andrenergik yang intinya banyak terkumpul didaerah pons tepatnya didaerah Locus Cocruleus.

3. Gangguan Tidur
a. Insomnia
Tanda dan gejala : kesulitan mulai tidur, mudah terjaga saat tidur, bangun pagi sebelum waktunya
b. Excessive sleepiness, excessive day-time sleepiness ( EDS ), Day Time Sleepinees
Tanda gejala : tidur siang berlebihan, hypersomnia, kesadaran terganggu kesiapsiagaan dan koordinasi gerakan menurun.
c. Circardian sleep-wake Rhythm disorders ( kelainan irama circardian tidur dan bangun
Tanda gejala : pola tidur dan bangun tidak lagi sesuai, rasa capai, ngantuk tidak pada waktunya performen menurun selama bangun
d. Parasomnia
Tanda dan gejala : kelainan fisiologik dan patologik dari gerakan, Fungsi susunan saraf otonomik dan tingkah laku sebelum selam dan sesudah tidur.
F. Manfaat tidur
Restorasi pemulihan kesegaran tubuh ditunjukkan ;
Selama tidur S terjadi ;
a. anabolisme yaitu sintesa protein dan RNA
b. Mencegah kelelahan fisik dan psikik
c. Restorasi setelah mengalami kerja keras, nyeri dan cedera
Selama tidur D terjadi :
a. Memulihkan kemampuan belajar
b. Mengkonsolidasi ingatan
c. Restorasi sistem andrenergik ( Katekolamin )
d. Restorasi sistem Retikuler ( ARAS ) untuk menyiapkan kesiapsiagaan
G. Mimpi
Di dalam fase tidur D ini diyakini sebagai saat timbulnya mimpi, oleh karena 85 % orang yang dibangunkan pada saat tidur D dapat menceritakan mimpinya secara rinci, sedangkan bila dibangunkan pada fase tidur S orang tersebut tidak dapat bercerita tentang mimpinya.
Penelitian Detre dari Yale Medical School pada penderita depresi yang berat, yang pernah mencoba bunuh diri, maka mimpi-mimpinya bukanlah hal-hal yang menakutkan ataupun yang kasar (violence). Mereka terutama bermimpi tentang kesepian dan kesendirian kadang-kadang bermimpi diatas bukit dan melihat jurang yang dalam, kadang-kadang bermimpi ditepi pantai yang sepi disekitar batu-batu karang. Biasanya penderita depresi berat bermimpi tentang kesendirian dan kesepian di alam luas, tak berdaya mengahdapi kebesaran dan kekuatan alam.

H. Manajemen Keperawatan
a. Pengkajian
Ada beberapa hal yang perlu dikaji sehubungan dengan kebutuhan tidur dan istirahat yaitu :
1. Kebiasaan tidur
Perawat harus memperhatikan :
a. Kebiasaan banyaknya tidur pasien
b. Kebiasaan menjelang tidur
c. Jam berangkat tidur
d. Waktu yang diperlukan untuk dapat tidur
e. Jumlah terjaga selama tidur
f. Obat-obat yang diminum pasien dan pengaruhnya terhadap tidur
g. Lingkungan tidur sehari-hari
h. Persepsi pasien terhadap kebutuhan tidur
i. Posisi tubuh waktu tidur
2. Simptom dan tanda-tanda klinis kebutuhan tidur
a. Pasien mengungkapkan rasa capai
b. Pasien mudah tersinggung dan kurang santai
c. Apatis
d. Warna kehitam-hitaman disekitar mata, konjungtiva merah
e. Sering kurang perhatian
f. Pusing
g. Mual
Bila gangguan tidur atau kurang istirahat ini berlangsung lama maka dapat terjadi gangguan tubuh. Beberapa tanda-tanda gangguan tidur yang perlu diperhatikan adalah :
1) Perubahan kepribadian dan perilaku : agresif, menarik diri atau depresi
2) Rasa capai meningkat
3) Gangguan persepsi
4) Halusinasi pandangan dan pendengaran
5) Bingung dan disorientasi terhadap tempat dan waktu.
6) Koordinasi menurun
7) Bicara tidak jelas
2. Faktor-faktor yang mempengaruhi istirahat dan tidur
1) Penyakit yang disertai nyeri
2) Keadaan lingkungan yang tidak nyaman/tidak tenang
3) Kelelahan
4) Emosi tidak stabil
5) Beberapa jenis obat-obatan : penggunaan alkohol
3. Tahap perkembangan
Lama tidur seseorang tergantung pula pada usia
No Tingkat Perkembangan Pola tidur normal
1. BBL Tidur 14 – 18 jam/hari
Pernafasan teratur, gerak tubuh sedikit
50 % Tidur REM
Siklus tidur 45 sampai 60 menit
2. Bayi Tidur 12 sampai 14 jam/hari
20 sampai 30 % tidur REM
Tidur sepanjang malam dan tidur siang
3. Merangkak Tidur sekitar 11 s/d 12 malam/hari
( 1 s/d 3 tahun ) 25 % Tidur REM
Tidur sepanjang malam dan tidur siang
4. Pra sekolah Tidur sekitar 11 jam/hari
20 % tidur REM
5. Akil balik Tidur sekitar 7 sampai 8,5 jam/hari
20 % tidur REM
6. Dewasa muda Tidur 7 sampai 8 jam/hari
20 sampai 25 % tidur REM
7. Dewasa Tidur 7 sampai 8 jam/hari
pertengahan 20 % tidur REM mungkin mengalami
Insomnia dan sulit untuk dapat tidur
8. Dewasa tua Tidur sekitar 6 jam/hari
( diatas 60 thn ) 20 sampai 25 % tidur REM mungkin
Mengalami insomnia
Dan sering mengalami terjaga

4. Masalah – masalah tidur
a. Insomnia
Ketidakmampuan untuk mencukupi kebutuhan tidur baik kuantitas maupun kualitas.
Jenis insomnia ada 3 macam :
1) Insomnia inisial ( tidak dapat memulai tidur )
2) Insomnia intermiten ( tidak dapat mempertahankan tidur/sering terjaga )
3) Insomnia terminal ( bangun secara dini dan tidak dapat tidur lagi )
Jenis insomnia juga dapat dibedakan menjadi 2 menurut sumber penyebab :
1) Insomnia primer
2) Insomnia skunder
Pada insomnia primer penyebab belum diketahui, sedang insomnia skunder penyebabnya :
a) Gangguan jiwa : skizofrenia, mania, depresi, anxietas.
b) Gangguan fisik : hipertiroid, kurang gizi, gagal jantung, gagal ginjal kronik, penyakit nyeri.
c) Pengaruh lingkungan : tempat baru, terlalu gaduh, temperature meningkat atau menurun, jet lag ( perjalanan jauh yang beda waktu 6 – 10 jam
d) Makan/minuman : Cafein, teh, coca cola
e) Obat-obatan : amfetamin, diuretika, kopi, minuman keras, nikotin
b. Hypersomnia
Kebalikan insomnia yaitu kelebihan tidur (tidur lebih 9 jam dimalam hari), penyebab adalah:
1) Gangguan psikologis ( depresi atau kegelisahan )
2) Gangguan fisik (kerusakan sistem saraf pusat, ganggguan ginjal, hati atau metabolisme )
c. Para somnia
Suatu rangkaian gangguan yang mempengaruhi tidur anak seperti somnabolisme (tidur berjalan), ketakutan, dan enuresis (ngompol). Cenderung terjadi pada tahap III dan IV dari tidur Non-REM, gangguan ini sering dialami anak secara bersamaan dan diturunkan dalam keluarga.
d. Narkolepsi
Serangan menggantung secara mendadak disiang hari. Penyebabnya tidak diketahui diperkirakan akibat kerusakan genetic sistem saraf pusat, yang mana tidur REM tidak dapat dikendalikan.
e. Apnea saat tidur
Henti nafas saat tidur, tanda-tanda yang dapat dialami ; mengorok ngantuk berlebihan, kadang-kadang insomnia
f. Sudden Infant death Syndrome/SIDS (sindroma kematian bayi mendadak). Gangguan ini dapat terjadi pada bayi usia 12 tahun.

2. Diagnosa keperawatan :
a. Insomnia sehubungan dengan :
- Keadaan stress
- Nyeri atau ketidaknyamanan
- Menjauhkan diri dari obat-obatan akibat kecanduan
- Olahraga tidak mencukupi atau rasa bosan
b. Gangguan tidur sehubungan dengan :
- Gaduh
- Apnea
c. Hipersomnia sehubungan dengan penyakit hati
d. Potensial cedera sehubungan dengan somnabolisme

3. Perencanaan / pelaksanaan tindakan
Tujuan keperawatan secara luas adalah memenuhi kebutuhan tidur.
Tujuan lebih khusus lagi adalah mencegah kelelahan, menjaga keseimbangan aktifitas dan istirahat, menghemat energi fisik, mental dan emosional.
Dalam membuat rencana keperawatan pada klien gangguan tidur perlu dipertimbangkan lingkungan fisik; ruangan bersih/rapi; suhu ruangan; lampu/pencahayaan; dan lingkungan psikologis.

4. Tindakan keperawatan
a. Latihan secara rutin
b. Menciptakan lingkungan terapeutik
c. Menghindari perangsangan di sore hari
d. Melakukan aktifitas relaksasi sebelum berangkat tidur seperti membaca, bermain dan lain-lain.
e. Berangkat tidur hanya kalau mengantur
f. Bila tak dapat tidur sampai malam, segera bangun untuk melakukan relaksasi sampai merasa mengantuk.
g. Khusus untuk kolaborasi medik; pada insomnia bila penyebabnya tidak jelas dapat diberikan hipnotika. Akan tetapi bila penyebab primernya diketahui maka penyebab utama ini yang harus diobati.
Bila penyebabnya gangguan psikiatrik maka diberikan obat-obat psikotropik (neuroleptika )
Bila penyebabnya depresi, maka diberikan obat anti depresan.
Bila penyebabnya cemas, maka diberikan obat anti anxietas.
Insomnia akibat stress dengan gangguan penyesuaian maka dilakukan psikoterapi yaitu mengatasi sumber stress dan mekanisme pembelaan yang benar.

5. Evaluasi
a. Terpenuhinya tidur baik kualitas maupun kuantitas tidur
b. Pulihnya energi sehingga kemudian dapat melakukan aktifitas kembali
c. Menunjukkan keadaan emosial yang lebih baik tidak mudah tersinggung.

Referensi
Salan, R., Iskandar, Y., Reo.P., dkk (1985). Psikiatrik Biologik, Yayasan Darma Graha, Kebayoran lama, Jakarta

Kaplan, H.I., Sadock, B.J. & Grebb (1996). Sinopsis Psikiatri, Kusuma, W (alih bahasa), Binarupa aksara, Jakarta.

Shives, L.R. (1998). Basic Concepts of Psychiatric-Mental Health Nursing, Lippincott, Philadelphia, New York.